𝐁𝐂⁰⁴μ♪{BC04}

69 21 19
                                    

“Aku sudah membaca beberapa buku sejarah tentang goa maupun wilayah terlarang tapi, belum ada penjelasan detail tentang penjaga-penjaga yang ada di wilayah itu.” Putri Rysta berujar seraya tetap memantau area hutan dan bersiaga akan serangan dadakan.

Dichra mencoba menerawang menggunakan alam batinnya. Sejauh 5 kilometer ke depan, akan ada serangan dari arah tenggara. Namun, wujud dari si penyerang tidak bisa terlihat oleh pandangannya.

“Putri, Berhati-hatilah. Di depan sana, akan ada serangan dari arah tenggara.” Dichra memberitahu sang putri agar wanita itu mempersiapkan diri.

“Siapa yang akan menyerang?” Ia bertanya kepada lelaki itu seraya tetap berjalan dengan berani.

Dichra memejamkan matanya sejenak dan mencoba menerawang kembali untuk melihat sosok seperti apa yang akan menyerang mereka, tetapi lelaki itu tetap tidak dapat menjangkaunya, “Aku tidak tau putri, sosok itu tidak dapat dilihat oleh pandanganku.”

“Baiklah, tidak apa-apa. Tidak perlu memaksakan dirimu, hematlah terhadap tenagamu.” Lelaki itu pun patuh terhadap perintah yang sang putri berikan.

Pandangan Dichra menyapu area hutan dengan seksama. Pohon-pohon tua nan hijau tetap terlihat sejuk dan indah di penglihatannya. Lelaki itu pun mencuri pandang untuk menatap sang putrinya. Seketika senyuman di bibirnya pun tak dapat terelakkan.

“Putri, apa kamu merasa kalau hutan ini sangat menenangkan?”

Pertanyaan itu membuat Rysta seketika mengalihkan pandangannya kepada Dichra dan menatapnya, “Ku harap begitu. Tapi tetap saja aku merasa was-was dengan bahaya yang kita tidak akan pernah tau apa itu.”

Semarak akar yang menggantung menjuntai ke bawah bagaikan rambut perawan. Namun, hal ini membuat Dichra spontan terfokus pada apa yang akan terjadi.

Semilir angin ringan yang tak biasa hanya muncul pada satu titik, di mana titik tersebut tepat berada di dekat putri Rysta. Akar yang tergerak itu pun memiliki warna yang berbeda. Sudah dipastikan kalau akar tersebut bukan termasuk ke jenis akar pohon.

“Putri! Berputar ke arahku segera!!” Rysta yang mendengar arahan itu pun seketika bersiap mengeluarkan kekuatan Needle Lightning--jarum penyengat yang apabila terkena tusukannya, sang lawan akan menerima sengatan petir.

Sedangkan Dichra mengeluarkan kekuatan Elongated Fur--benang tebal sekuat rantai yang tak mudah untuk putus jika tubuh sang lawan sudah terperangkap pada ikatan benang tersebut.

Namun, sebelum serangan dari Rysta itu berhasil diluncurkan. Sebilah pisau melayang dan memutuskan benang tebal yang mengikat seekor hewan Linsang tersebut. Iya benar, hewan yang mereka perangkap adalah Linsang--dengan warna tubuh bergaris putih hitam.

Mengapa benang tebal sekuat rantai itu bisa terputus? Mungkin saja pisau tersebut mendapatkan tetes darah dari seekor burung yang sejenis dengan Dichra.

“Jangan sentuh hewanku!!” teriak seorang putri cantik bergaun putih dengan aksen gold di bagian dada hingga bagian pinggang yang berhiaskan bunga dan daun gugur.

Dari kejauhan 1 kilometer di depan. Sang putri itu menarik Linsang tersebut agar terbebas dari jeratan Dichra dan putri Rysta, “Siapapun yang berani menyakiti hewanku, dia harus bisa menyakitiku terlebih dahulu!” Tantang sang putri tersebut.

Lantas Putri Rysta pun menyetujui tantangannya dan terseyum smirk ke arah lawan mainnya, “Aku sangat bersedia putri. Mari bertarunglah denganku.”

Sang putri mulai mengeluarkan kekuatan Tree Roots--akar pohon yang melintir cepat, mengincar area tubuh yang sangat berpengaruh dalam hidup dan matinya manusia seperti jantung dan ginjalnya.

Putri Rysta pun dengan segera memutar tubuhnya dengan elegant hingga jubah yang ia gunakan turut berputar indah. Namun, dengan pasti ia pun mengeluarkan kekuatan A Sharp Whirlwind--angin puyuh melesat dan berputar ke arah lawan. Siapapun yang terkena kekuatan tersebut akan merasakan tusukan dari ribuan duri tajam.

Kondisi Rysta yang masih terus berputar indah dan mengayunkan tangan lentiknya untuk mengeluarkan kekuatan angin puyuh tersebut secara bertubi-tubi.

“Argh!” Sang lawan pun akhirnya mendapatkan luka di bagian lengan kirinya.

Karena luka yang didapat, ia pun tak terima. Alhasil ia mengeluarkan kekuatan Root Whip--cambuk akar berayun cantik mengincar tubuh sang lawan, bila terkena cambuknya, itu akan amat terasa perih dan menyiksa.

Dengan amarah yang sang lawan keluarkan untuk putri Rysta. Ia tak sanggup untuk terus berputar menghindari cambukan. Ketika cambuk akar itu mengenai tubuh bagian depannya, alhasil mereka pun berhenti melawan.

“Aaa! Sial!” umpat putri Rysta. Karena mereka sudah sama-sama saling terluka, Dichra pun menengahi pertarungan mereka.

“Sudah hentikan, putri! Lihat kau terluka, dia pun terluka. Seharusnya sudah impas bukan?”

Lelaki itu menghampiri dan mengecek seberapa parah luka sang putrinya. Kalau ia lihat dari sobekan bajunya dan darah segar yang keluar dari area tersebut, kelihatannya lumayan parah.

Sang putri terhuyung ketika mendapati luka tersebut. Dichra pun segera menopang tubuh wanita itu dan menyandarkannya di pohon.

“Aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku.” Rysta berujar kepada Dichra.

Awalnya memang terasa sakit. Namun, dalam hitungan beberapa menit ia merasa sakitnya tersebut berangsur menjadi kehangatan yang mengalir ke dalam tubuhnya.

Rasa ini pernah ia rasakan ketika berlatih di aula dengan ayahandanya. Sepertinya pemulihan dirinya dibantu dengan tanda bulan sabit hitam yang ia miliki di belakang tengkuk lehernya.

Sang lawan yang terlihat khawatir pun bertanya di dalam batinnya, apakah separah itu seranganku? Mengapa aku menjadi merasa bersalah padanya?

Tanpa memedulikan lawan dari sang putri yang juga terluka, ia lebih khawatir pada kondisi dari sang putri, “Benar kamu tidak apa-apa?Aku akan menyembuhkanmu.”

“Tidak perlu, bantulah putri itu. Ia juga terluka karenaku. Aku sudah pulih, jika kamu tidak percaya, periksalah suhu tubuhku.” Rysta pun mencoba meyakinkan Dichra dan memberinya ijin untuk mengecek kondisi dirinya.

“Baiklah.” Dichra menggenggam perlahan pergelangan tangan milik sang putri dan ia meregangkan telapak tangannya untuk menyalurkan kekuatan spiritualnya, guna untuk menerawang suhu nadi sang putri.

“Ah iya benar, 70% tahap pemulihan. Tapi dilihat dari wajahmu, kamu sangat pucat. Apa luka luarnya masih sakit?” Lelaki itu dengan spontan menyentuh pipi lembut milik sang putri.

🌜🌛🦊🌜🌛

Putri Rysta welback nih gaes💋
Siapa yang merindu dan menunggu updatenya hayoo?🤪

Silahkan nikmati ceritanya dan janlup di dengar juga pakai soundtrack fantasinya yaw biar lebih menyelam🤪


Semoga kalian suka yaa.. And tinggalkan cap jempol kalian😗 see youu soon💅

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐑𝐘𝐒𝐓𝐀𝐋【SlowUp】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang