"Ah iya, memang sedikit sakit di bagian lukanya."
Lantas, Dichra pun segera membantu memulihkan luka luar pada tubuh sang putri. Ia meregangkan telapak tangannya dan menyalurkan kekuatan spiritualnya yang bercahaya biru. Pergelangan tangannya ia gerakkan secara perlahan untuk sedikit demi sedikit menutup luka yang lumayan lebar.
Beberapa menit setelahnya, ia pun berhasil memulihkan luka tersebut. Agar sang putri lekas pulih, lelaki itu mengeluarkan botol Crystal yang berisikan satu butir decagon berwarna putih--obat pemulihan yang dikhususkan untuk putri Rysta.
"Telan obat ini, putri. Istirahatlah terlebih dahulu untuk memulihkan kondisimu. Biar aku yang bicara padanya." Dichra tersenyum hangat ke arah wanita di hadapannya.
Namun, ketika ia hendak beranjak. Sang putri mencekal pergelangan tangannya seraya berucap, "Terima kasih."
"Sudah menjadi tugasku, putri." Lelaki itu merespon seraya mengusap lembut jari jemari lentik milik sang putri.
Ia pun berjalan dan menghampiri sang lawan yang juga seorang putri. Namun, ia tidak mengetahui dari kerajaan mana putri itu berasal.
"Mohon maafkan kami. Sebenarnya kami tidak bermaksud menyerang hewanmu. Itu karena kesalahanku pribadi yang telah dengan sengaja menjerat hewanmu. Aku hanya ingin melindungi majikanku." Dichra menjelaskan kepada sang putri tersebut.
Sang putri pun lantas menatap hewannya dan mereka saling bertelepati melalui batin, sedangkan lelaki itu hanya menatap interaksi di antara mereka berdua.
Setelah usai bertelepati, "Baiklah, aku memaafkan kalian. Tolong maafkan kami juga. Mungkin karena hewanku yang sedang asik mencari makan, itu membuat kalian merasa terancam dengan ekor panjangnya yang menjuntai ke bawah."
"Tidak masalah." Dichra berujar seraya tersenyum tipis.
Seketika penglihatan lelaki itu, spontan menatap luka di area lengan kiri milik sang putri yang sepertinya belum pulih. Ia pun menawarkan diri untuk membantunya. "Bagaimana kondisi lukamu? Sebaiknya ku bantu untuk memulihkan lukamu."
Mata dari sang putri pun menyapu ke arah lengan kirinya dan mencoba mengecek kondisi dari lengannya. Namun, ketika ia mencoba menyentuh dan menggerakkan lengannya, ia merasakan nyeri yang lumayan menyakitkan.
"Masih terasa sakit. Tapi tidak perlu repot membantuku, biar ku obati sendiri di kerajaan nanti." Sang putri menolak dengan senyum tipisnya, menjelaskan bahwa dia benar baik-baik saja.
Lantas lelaki yang mendapat penolakan tersebut tetap meraih pergelangan tangan sang putri dan menariknya perlahan, agar ia bisa melihat jelas seberapa parah luka di lengannya, "Jangan mencoba menolakku. Ini atas permintaan dari majikanku, jika kau menolak, aku akan dimarahi olehnya."
Sang putri pun sempat meringis saat lengannya digerakkan oleh lelaki tersebut. Namun ia terkekeh spontan, saat mendengar penuturan kata yang Dichra ucapkan, "Argh! Begitukah? Apa sangat menakutkan jika majikanmu itu marah?"
Dichra menggelengkan kepalanya beberapa saat, "Tidak. Jika ia marah padaku, jati diri yang biasa ia tunjukkan padaku akan hilang. Di antara kami, sebaiknya menjadi teman akrab bukan? Seperti kamu dengan hewanmu."
Sang putri berpikir sejenak mengenai ucapan dari lelaki tersebut dan ia pun memahami apa yang ia maksud, "Benar juga yang kamu katakan."
Tanpa sang putri sadari, lengannya telah usai dipulihkan, "Terima kasih untuk bantuannya. Apa majikanmu sudah membaik? Aku ingin bicara padanya." Wanita itu menolehkan kepalanya.
Dichra pun menoleh ke arah putri Rysta dan mengecek kondisi suhu tubuh sang putri menggunakan sinyal spiritualnya, "Sepertinya sudah. Silahkan."
Mereka pun berjalan menghampiri tempat bersandar putri Rysta. Dichra berjongkok di hadapan putri dan mencekal pergelangan tangan tersebut untuk dicek suhu tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359427078-288-k577177.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐑𝐘𝐒𝐓𝐀𝐋【SlowUp】
FantasíaSuatu kerajaan dengan terangnya rembulan yang benderang menyinari satu wanita cantik berjubah hitam berslayer putih di kedua sisi lengannya. Sorotan tajam dari manik mata birunya sangat mendominasi ketika menyapu kalangan sekitar. "Rysta, kemarin a...