...
Wangi obat obatan khas rumah sakit menyapa Brietta di pagi hari. Suara kicau alat alat monitor kesehatan menjadi musik yang sehari hari didengar olehnya."Selamat pagi, dok"
Dua suster cantik dengan hangat menyapa Brietta yang tengah berpapasan. Suara sepatu heels 5cm itu berdetuk seiring dia berjalan dengan anggun, merespon kepada siapa saja yang menyapa.
"Briettaaaaaaaa good morninggg"
Suara melengking tinggi yang menyakitkan akhirnya sampai juga ke telinga Brietta. Vera, dokter bedah cantik berambut cokelat (sepertinya baru di retouch) yang kebetulan sahabat baik brietta dari masa kuliah dulu. Brietta membalas sapaan Vera dengan pelukan hangat dan mempertemukan kedua pipi mereka secara bergantian, diikuti suara seperti sedang mencium udara.
"Veraaa my dear. how's your head? tadi malem lo minum banyak banget, sorry yaa gue ga nganterin lo pulang." Brietta mengambil sesuatu dari tas nya, dan memberikan sesuatu itu ke tangan Vera. "Nih, pereda pengar. Gue juga bawain lo sup hangat nih, ayo ke ruangan gue kita makan. Gue juga belum sarapan." Vera menerima pemberian Brietta, lalu langsung meminumnya hingga habis sebelum dapat menjawabnya.
"Ahhh.. thankyou love. you're the best. It's Okay, tadi malem pak Tono yang jemput gue, lo yang telfon?" Vera lanjut menutup botol obat yang sudah dihabisinya itu.
"Iyaaa, lo knock-out parah. By the way, lo hari ini gak ada operasi kan?" Brietta khawatir
"Amann, semoga aja gak ada operasi dadakan" cakap Vera.
...
Hari yang melelahkan. Brietta hari ini telah menjalankan 2 operasi yang berjalan sukses. Satu operasi memakan waktu minimal 3 jam. Hari ini terbilang melelahkan tapi masih biasa saja. Sebagai dokter bedah yang berprestasi di rumah sakit ternama di kota, di ruang operasi lah Brietta menghabiskan tiga per empat waktu dari satu hari penuh nya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. oh, udah jam segini. gue siap siap pulang deh, Batinnya. sampai di ruangannya, dia mendapat Vera sedang menunggunya. Vera duduk di sofa biru dengan kaki menyilang sambil memakan cemilan, mengharap harap sahabatnya itu datang.
"OMG biyaa lo baru selesai? gue udah nunggu lo dari tadi, mau nebeng pulang bareng, hehe. Pak Tono gak bisa jemput gue, katanya anaknya sakit di kampung, jadi sampe lusa gue gak ada supir. boleh ya bareng lo hari ini?" Vera berbicara tanpa menelan dulu apa yang dimakannya. remahan keripik kentang terjatuh jatuh di pahanya.
"Okay, no problem at all. Ayo, gue capek banget, lo yang nyetir ya."
"Okay, lovely."
...
Mereka sudah sampai di depan rumah Vera, Mansion besar yang mungkin kalau mau diubah menjadi stadion bola, masih bisa. Vera turun dan memberikan salam perpisahan untuk sahabat nya yang berbaik hati mau mengantarnya pulang.
setelah mereka ber dadah-dadah, Brietta pindah ke kursi supir.Sebelum beranjak pergi, Dia meraba raba mencari sesuatu di dalam tas nya. tidak menemukan apa yang dia cari, dia mencari di kursi belakang, hanya untuk mendapati sesuatu yang dia cari tidak ada di pandangannya.
Vera, yang heran kenapa temannya ini tidak kunjung menjalankan mobilnya? dia mengetuk jendela, terheran heran.
"Oh, Shit! HP dan Laptop gue?!" Brietta terkejut karena hp dan laptop nya tidak ada padanya, padahal tadi sudah di atas meja dan tidak mungkin tertinggal. sontak Brietta berpamitan dengan Vera lalu menjalankan mobilnya kembali ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Blade's Slave | 21+ ADULT STORY⛔
RomanceBrietta terjebak dalam situasi yang sulit. Pacarnya, Sean, terpergok melakukan kecurangan di salah satu kasino terbesar di dunia. Dia punya dua pilihan. Membantu Sean untuk bayar denda miliaran rupiah, atau menjadi jaminan dan di tahan oleh Mr. Blad...