Raden Mahen Wirandraya Pandita
Charismatic, full of planning, has a cool attitude, full of calculation, independent, charming, hot, likes riding.
___
"Thania!"
Hening.
"Thania!"
Hening.
Menarik napas dalam-dalam, pria berpakaian rapi itu mengeram di tempatnya, wajahnya datar dengan sorot tajam, siap melahap habis gadis yang pura-pura tidak mendengar panggilannya.
"Nona Adista Thania ...!" panggilnya keras penuh ketegasan.
"Apa sih, Om....?" sahutnya tanpa mengalihkan tatapan dari layar ponsel, tidak takut dengan panggilan tegas pria itu.
Gadis berkepang dua dengan tali pita itu memusatkan segala atensi pada layar yang tengah menayangkan sebuah video, lagu dari aktris Doja cat x The weeknd x Lana Del Rey menggema dalam ruangan minimalis tersebut, sekarang——ponsel mahal keluaran terbaru itu berubah alih menjadi kuasa Thania setelah di curi paksa dari sang pemilik.
"Siapa yang minta kamu kesini? Kenapa nggak masuk sekolah?!"
"Nggak ada, aku mau ketemu om, aku libur," balasnya enteng membuat wajah sang pria semakin mengetat.
"Libur? Sekarang lagi ujian semester, Thania! Kenapa kamu bisa libur?"
Heran, satu kata itu cukup berkelumit dalam pikiran pria dewasa itu. Apa Thania sakit? Tapi gadis itu tampak baik-baik saja.
Sejenak, pria itu—— Mahen ... Raden Mahen Wirandraya Pandita mengangkat pena, memusatkan semua perhatian pada anak tetangga apartemen yang selonjoran di sofa sambil menonton video, satu tangannya memegang ponsel sedangkan satu tangannya lagi memegang cemilan, wajahnya yang ceria dengan mata berbinar begitu cerah, seperti mentari yang akan tenggelam di ufuk barat.
Tidak ada tanda-tanda sakit, wajahnya masih ceria seperti biasanya, dan——masih nyebelin seperti biasanya juga.
"Ya bisa lah, Thania gitu loh."
Masih dengan nada super menyebalkan, Thania menjawab tanpa rasa takut sama sekali, padahal wajah Mahen sudah merah sempurna karena menahan emosi.
"Thania!"
Bukannya takut, justru Thania makin tersenyum lebar, ia sangat suka saat Mahen menyebut nama belakangnya, entahlah, rasanya terdengar sangat istimewa.
"Saya tanya kenapa nggak sekolah?! Kenapa kamu bisa libur?"
"Dan kenapa kamu bisa ada di sini? Bukankah saya sudah katakan berkali-kali! Jangan pernah masuk tanpa seizin saya! Mengerti, Thania!"
Demi Tuhan! Apa gadis ini tidak punya kegiatan lain selain menjadi penguntit dan merecoki hidupnya?
Mahen sangat benci pada orang yang melanggar privasinya, apalagi sampai ada yang menduduki sudut-sudut tempat yang ada dalam ruangannya.
"Kenapa nggak bisa? Itukan sekolah punya bapakku, jadi bebas," balas Thania ngeyel sambil cekikikan.
Di tatapnya sebentar wajah sang pujaan lalu gadis itu kembali menekuni ponsel milik Mahen.
Mahen hanya meraup wajah guna menyalurkan emosi, ia bisa saja bertindak kasar pada gadis tersebut, Mahen bukan pria yang lemah lembut, dia adalah tipikal orang yang tak segan-segan bertindak layaknya emosi sebagai laki-laki saat ada orang yang mengganggunya.
Namun, sekarang ia tidak punya pilihan selain menahan segala emosi, jika ia tidak ingat kalau perempuan ini adalah perempuan, sudah pasti laki-laki tersebut mengusirnya dengan cara yang tidak terhormat!
"Dasar bocah ingusan!" dengus Mahen kembali menekuni pekerjaannya.
"Heh!"
Thania melotot tidak terima, cepat-cepat gadis itu bangun dan mendekati sang dominan, masih mengapit cemilan gadis itu berkacak pinggang, menatap garang lawan bicaranya yang menjulang tinggi di depannya.
Perbedaan tinggi mereka membuatnya harus mendongakkan kepala, sebelum angkat bicara, Thania menelan cepat makanan yang memenuhi bibir mungilnya.
Sedangkan dua pria di balik pintu ... Agree berdiri, salah satu di antara mereka tampak menahan tawa sejak tadi, sementara Kama, pria yang punya sifat sebelas duabelas dengan Mahen hanya berdiam diri tanpa ekspresi.
"Gua nggak habis pikir sama mereka berdua."
Bisa-bisanya sahabat mereka——seorang Mahen yang berwatak dingin bisa kalah sama anak di bawah umur.
"Kalau mau bilang bocah ya bocah saja, ingusannya nggak usah di ikutin, aku itu nggak ingusan!" omelnya tidak terima.
Wah ... apa om Mahen tidak melihat rupa wajahnya yang shining shimmering splendid ini? Masak gadis cantik begini di bilang ingusan?
"Om buta ya?"
Thania kesal bahkan marah kalau ada yang bilang dirinya ingusan, arti ingusan baginya adalah——anak kecil yang belum cukup umur sedangkan Thania sendiri ingin segera dewasa biar bisa pacaran sama om Mahen, pria yang menjadi cinta pertamanya.
___
Hey, aku bawa cerita baru, ramaikan dan dukung karya ini. Cerita ini berlatar Indonesia, dan——ini cerita cegil, semoga kalian suka, terimakasih.•Jangan silent, tinggalkan jejak•
Temani aku sampai cerita ini END, aku butuh dukungan kalian ❤
Simple story
POV 3 [ Adista Thania Fhouzia & Raden Mahen Wirandraya Pandita ]
Ditulis oleh : NdayaAmlya.
So enjoy and happy reading love.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 DAY
Fiksi RemajaSegala cara Thania lakukan untuk mendapatkan hati Mahen, pria yang sudah membuatnya jatuh cinta sejak tujuh tahun terakhir. Dan siapa sangka? Takdir membuatnya terikat dengan pria itu. Namun, bukan kebahagiaan yang ia dapat, justru ia merasa hampa k...