BANAFSHA | CHAPTER 18

170 17 24
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Kaget di awal pernikahan adalah hal yang wajar, terlebih jika sebelumnya tidak benar-benar saling mengenal."

💍🤲💍

SEPULANGNYA dari masjid usai melaksanakan salat isya berjamaah, Ghazwan langsung memasuki kamar dan mendapati Raiqa yang masih asik membaca al-quran di atas sajadah.

Ghazwan ikut menghamparkan sajadahnya tepat di samping Raiqa. Dia menyimak dengan baik bacaan sang istri, sesekali mengoreksi jika ada yang keliru.

"Bacanya gini lho, Dek ...,"

Dengan sabar dan lembut Ghazwan mengajari sang istri bagaimana cara membaca al-quran yang baik dan benar.

"Yang utama itu bukan lagam, tapi tajwid dan juga pelafalannya. Suara Adek, Mas akui sangat indah dan merdu, tapi nanti kita benahi lagi tajwidnya ya?"

Raiqa mengangguk semangat. "Mas serius mau ngajarin aku ngaji supaya bisa lebih fasih?"

Ghazwan mengelus puncak kepala Raiqa. "Pasti itu, nanti kita ngaji sama-sama ya."

Senyum Raiqa kian lebar. Dia sangat amat mendambakan sosok suami yang benar-benar bisa mengaplikasikan perannya dengan sangat baik. Bukan hanya sebatas teori, tapi juga dibarengi dengan aksi dan diarahkan secara nyata.

"Salat sunnah yuk, Mas," ajaknya.

"Boleh, mau salat sunnah apa emangnya?"

Raiqa menyimpan terlebih dahulu al-quran ke atas nakas lalu membisikkan sesuatu di telinga Ghazwan.

Lelaki itu bergeming, tak sedikit pun buka suara. Bahkan, Raiqalah yang kini tengah berusaha untuk memulihkan kesadaran sang suami.

"Mas masih ada wudu, kan?"

Ghazwan terkesiap saat melihat wajah Raiqa tepat berada di depannya. "Mas ambil wudu dulu sebentar."

Raiqa mengangguk singkat, lalu menata rapi sajadah mereka. Berdiri menunggu kedatangan Ghazwan seraya berdzikir singkat. Setelahnya barulah mereka menunaikan salat sunnah berjamaah.

Suasana malam yang sunyi, semakin menambah kekhusyukan salat. Saling berdialog, dan seolah tengah berbicara langsung dengan Allah. Salat, memang jadi ibadah penenang jiwa. Meskipun singkat, tapi cukup berdampak.

Terlebih Allah sudah menjanjikan, bahwasannya jika kita memperbaiki salat, maka Allah akan memperbaiki hidup kita. Kurang baik apalagi coba? Memang harus lebih banyak bersyukur lagi kita ini sebagai manusia.

Raiqa menyalami Ghazwan saat suaminya itu sudah memutar tubuh. "Mas kenapa? Dingin banget lho ini tangannya, muka Mas juga mendadak tegang. Mas sehat, kan?"

Ghazwan hanya menggeleng, dia kehabisan kata-kata untuk berujar. Debaran di dadanya sungguh luar biasa menyiksa, bisa-bisanya dia dibuat mati kutu oleh istrinya sendiri.

"Tuh, kan sekarang malah sampai keringat dingin lho ini," sambung Raiqa tanpa sungkan langsung mengelap dahi Ghazwan dengan punggung tangannya.

Ghazwan meneguk ludah susah payah, lalu menahan tangan Raiqa lantas berkata, "Mas mau ke kamar Ibu sebentar boleh?"

"Silakan aja, Mas, kenapa harus segala minta izin?"

"Sebentar yo, Dek," katanya lalu bangkit berdiri dan mengelus puncak kepala Raiqa.

Raiqa tak ambil pusing akan gelagat aneh suaminya, dia lebih memilih untuk melipat sajadah lalu duduk bersandar di ranjang dengan masih mengenakan mukena.

Banafsha [ PROSES TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang