Chapter 21

623 24 9
                                    

"Bella."

"Iya, Nyo— maksudku... Aunty," sahut Bella. Perempuan itu menyengir kala dilototi Zelda.

"Mana Sophia?" Sekilas Zelda melirik Bella. "Dia baik-baik saja kan?" Dia khawatir jika calon menantunya sakit.

Kening Zelda mengernyit kala menangkap Bella menahan tawa. "Ada apa?" Cepat, perempuan muda itu menggeleng. "Sophia baik, bahkan sangat baik—nah, itu dia." Bella menunjuk Sophia yang menuruni anak tangga.

Seperti biasa, dress bunga selutut melekat cantik pada tubuh ramping gadis itu. Rambutnya masih setengah basah, sengaja diurai sedikit ia juntaikan ke depan.

Melangkah anggun, Sophia tersenyum canggung dibalas senyum hangat Zelda. "Cantik sekali," tutur Zelda lembut. Dia menghampiri Sophia lalu mengusap lembut pundak gadis itu.

Sophia merunduk, pipinya memerah malu. "Maaf, aku bangun terlambat," ringisnya tak enak. Sebenarnya dia bukan terlambat bangun tapi—hah, lupakan.

Sang nyonya rumah tertawa kecil. "Tak apa, Mommy paham." Zelda menuntun Sophia duduk pada kursi lalu pamit ke dapur—membuat kopi untuk suami tercinta. Di meja makan, Bella terbatuk-batuk kecil sesekali melirik leher dan rambut basah gadis di sampingnya.

Dia tersenyum jail. "Ternyata kalian ganas juga," celetuk Bella. Ia lantas tertawa pelan sambil menyenggol lengan Sophia.

Sophia membelalak, dia meletakkan roti dan selainya. Ia menatap Bella dari samping. "Kenapa kau—"

"Lehermu," sela Bella. Ekor matanya melirik leher Sophia, lagi.

"Hei! Pelan-pelan, itu hp baru!" Menghiraukan pekikan Bella, Sophia semakin terbelalak kala menangkap bercak merah di sekeliling leher hingga tulang selangkanya pada layar handphone Bella. Ya Tuhan...

Rasa-rasanya ingin menghilang saja sekarang! Pantas saja tadi—Mommy senyum, dia—membekap mulut dan punggungnya bergejolak. God! Pasti dia sudah berpikiran yang tidak-tidak. Dan tidak-tidaknya itu memang benar. Sekarang apa? Dia harus apa?-ah, ya! Cardigan.

Buru-buru Sophia beranjak melewati Bella yang masih senyam-senyum sendiri. Baru saja menginjakkan kaki pada undakan tangga, di atas Felipe, Harvey dan Kendrick melangkah turun bersama. Bak slow motion, langkah kaki ketiga pria itu dipandang Sophia.

Dadanya berdegup kencang, ia menelan ludahnya. Canggung dia memperbaiki tatanan rambut yang setidaknya bisa menutupi sedikit, pun ia tarik-tarik kerah baju yang sialnya berbentuk scoop. Sudahlah. Terlanjur kepalang basah.

Benar-benar dia merasa dejavu dengan situasi ini. Sekarang-mereka semua duduk berkumpul mengelilingi meja makan. Kendrick duduk pada kursi ujung, di samping kanannya ada Zelda dan Bella serta Harvey. Sedangkan di samping kiri terdapat Felipe dan Sophia.

Tidak. Bukan Sophia yang ingin tapi laki-laki itu yang menariknya dan langsung mendudukkan dia tepat di sampingnya. Semuanya diam, Bella masih senyum tipis-tipis dan sekarang Zelda pun ikut mengulum bibirnya.

Sedangkan Kendrick acuh akan mereka, dia fokus pada makanannya sesekali melirik sang istri. Sophia merunduk, kembali dia memperbaiki tatanan rambutnya menutupi leher.

Di hadapan Sophia—Bella menyenggol kaki Harvey. Lelaki itu menoleh ke arah yang dilirik adiknya, kontan matanya terbelalak melihat pemandangan tersebut. Apa itu? Tidak—bukannya semalam dia....

"Mom... Dad... aku—"

"Nikahi gadismu secepatnya, sebelum cucu Daddy tumbuh di rahimnya," tukas Kendrick santai.

Sophia, Bella, Harvey kompak melotot bahkan Harvey hampir menyemburkan kunyahannya. Sedangkan Felipe dan Zelda tersenyum lebar, semringah mendengar ucapan Kendrick. Otak Zelda mulai merancang pernikahan putranya, tentu saja dengan berbagai kemewahan.

HIS ADDICTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang