Umbra Maritus 9

294 55 12
                                    

Denting jam menyatu dalam ritme dengan jemari yang bermain di atas meja kayu di dalam ruangan. Jemari yang lincah dan mahir merangkai kode-kode digital di layar monitor. Dengan keahlian yang diasah di Prancis, Vee tidak hanya sekadar mengakses, melainkan membaurkan dirinya dalam dunia kriminalitas digital. Vee sukses meretes password komputer milik Thyson.

Dan sekarang, penuh konsentrasi, pria itu memulai proses login pada akun emailnya, langkah demi langkah, dengan setiap penekanan tombol dan pengetikan kata sandi yang disertai dengan ekspresi serius. Bibir bawahnya terjepit erat dalam beberapa detik, menyaksikan layar alat elektronik memuat dengan antisipasi, hingga akhirnya berhasil.

Matanya melekat pada layar komputer, di mana notifikasi email memenuhi bar masuk. Dengan cekatan, Vee menggeser layar secara horizontal, menangkap setiap informasi yang muncul. Namun, yang paling mencuri perhatiannya adalah pesan dari Bryan, seolah-olah menanti jawaban atas rasa ingin tahu yang menggelora tentang siapa yang bertanggung jawab atas kematian Thyson.

From: bryanmcken@gmail.com
6 hari yang lalu: mengapa kau menanyakan ini Vee? Aku tidak menugaskan siapa pun malam itu selain dirimu, mungkin komplotan lain. Dari agaknya, apakah terjadi pembunuhan juga pada 4 April?
3 hari yang lalu; mengapa nomor telepon mu tidak aktif sama sekali? Harus berkomunikasi dengan email kah? Ada job baru untukmu, membunuh pemilik usaha Veteran Milk.

Pikirannya berputar seiring dengan kening yang mengkerut, menangkap setiap pesan yang masuk dengan ketelitian. Artinya, pembunuhan Thyson dilakukan oleh kelompok kriminal lain. Namun, pertanyaan misterius melingkari benaknya: Mengapa begitu terorganisir? Sehingga, bahkan seseorang secerdas Lea tidak mampu melacaknya; Lea bisa dengan mudah mempekerjakan bantuan untuk mengungkap identitas pelaku. Apakah ada yang secerdas dirinya dalam hal melakukan kejahatan ini? Ada aroma keganjilan yang terasa.

Seakan meragukan kemungkinan adanya musuh bagi Thyson, atau mungkin kehadiran saingan bisnis yang menjalankan intrik melihat keberhasilan rivalnya. Bukankah dunia bisnis sering kali terjerat dalam pertarungan penuh tipu daya ketika melihat lawannya berjaya?

Vee menggeliat singkat, membiarkan jemarinya merentangkan gerakannya di atas papan ketik komputernya. Dengan gesit, ia merangkai beberapa kalimat respons.

'Bisakah aku meminta tolong padamu, untuk meminta CCTV yang ada di hotel itu tepat pada malam pembunuhan. Atau tolong tanyakan siapa- siapa saja penghuni kamar hotel pada saat itu, seminggu sebelum 4 April. Kirimkan datanya padaku.'

Ketika kilatan digital tombol kirim menggema, nafas Vee melepaskan beban, memilih membiarkan pandangannya melayang pada jawaban di sela-sela teks digital. Lalu beralih pada pesan-pesan yang lain, memilih balasan dari Morgan.

From: morganaey@gmail.com
Sungguh aku tak minta kau memperlakukanku seperti ini. Kebahagiaan dirimu dan Cestine sudah memberikan ketenangan bagiku. Aku akan mengembalikan uang yang kau kirimkan, jangan menolaknya!

"Pria ini tak kunjung berubah, begitu keras kepala," pikir Vee. Ia menolak menerima apa saja yang Vee berikan. Walaupun dahulu, imbalan yang telah dikirimkan oleh Vee kurang signifikan jika dibandingkan dengan bantuan besar yang telah diberikan pria tersebut kepadanya dan Cestine. Namun, kini segalanya telah berubah. Vee telah memegang sejumlah uang yang diberikan Lea dalam jumlah yang luar biasa besar, dan dengan mudahnya, ia bisa memperolehnya selama bermain peran kepalsuan ini.

'Jangan menolak! Aku akan marah padamu.'
'Jaga dirimu di sana. Jangan lupa makan.'

Vee memiringkan kepalanya, memindahkan pandangan dari kiri ke kanan. Sejenak, ia memberikan jeda. Ini adalah pesan terakhir yang akan dibacanya. Sebuah pesan dari kekasihnya, Cestine Ruby, menanti untuk diungkapkan.

Umbra MaritusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang