Umbra Maritus 1

875 89 23
                                    

Hallo, selamat datang di dunia UM, tempat di mana semua emosi anda melanda menjadi satu.

Jeritan keras seorang perempuan di dalam kamar rumah sakit menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Sepertinya, ini bukanlah kejadian yang jarang terjadi bagi mereka. Ini adalah bukti yang kuat bahwa teriakan wanita tersebut bukanlah peristiwa pertama atau kedua, melainkan sesuatu yang terjadi setiap kali dia terbangun.

Seorang dokter muda yang memesona berusaha keras untuk menenangkan wanita tersebut, namun setiap upayanya selalu sia-sia. Hingga pada akhirnya, dengan gerakan tangan yang terampil, dia mengambil objek kecil berujung tajam dan menyuntikkan cairan ke dalam tubuh Sooya, wanita yang tengah terperangkap dalam kekacauan mental.

"Aku heran mengapa kakaknya masih mau merawat adik seperti ini. Dia selalu menangis dan berbicara sendirian. Kadang- kadang berteriak. Kalau aku, sudah kubuang saja. Merepotkan." Salah satu perawat berbicara kepada sesama rekannya, selang Dokter Jasline pergi meninggalkan mereka.

Rekannya mengangguk seolah memahami, lalu menoleh melihat ke arah pasien yang disebutkan. Meski tertidur, raut wajahnya menunjukkan jejak-jejak kehilangan yang mendalam.

"Mereka orang berada. Tentu kakaknya akan melakukan apa saja untuk merawat sang adik, bahkan pengobatannya kudengar- dengar sangatlah mahal," ujar sang lawan bicara.

"Sudah, ayo kita keluar. Jangan membuat masalah. Kakaknya sebentar lagi akan datang," tambahnya lagi.

****

Seorang wanita terperangah, segera menutup mulutnya dengan tangan ketika manik jelaganya menatap gambar wajah yang begitu mendalam dalam keingatannya. Di layar besar di depannya, alis, hidung, dan bibir pria itu, semuanya terpahat dengan begitu jelas sehingga menyeretnya ke dalam kenangan pahit. Wajah yang nyaris identik dengan sosok yang meninggalkan kekosongan di hati mereka.

Pandangannya melintas dari satu detail ke detail lainnya. Bagaimana mungkin seseorang dapat terlihat begitu serupa? Kesamaan ini tak hanya sebatas fisik, melainkan hingga ke level identitas yang mencekam. Mungkin, dalam kebingungan, satu-satunya pembeda yang dapat diakui adalah aura yang terpancar.

Thyson, suami dari adiknya yang telah tiada, selalu membawa aura positif dan kebahagiaan di sekitarnya. Namun, pria dalam gambar besar di depan mereka menampilkan sesuatu yang berlawanan. Seolah-olah kehadiran sosok itu membawa angin suram yang mampu merasuki seluruh ruangan, menggantikan keceriaan yang pernah mereka rasakan bersama Thyson.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" Lea memandang sahabatnya itu, Bella.

Begitu hebat rasanya Bella bisa mencari sosok yang teramat mirip lantaran terlalu banyak manusia di muka bumi.

"Dia cukup terkenal di beberapa bar. Pesonanya sangat memabukkan. Dia selalu datang setiap malam rabu dan minggu, tapi tidak setiap minggu. Terkadang selang- seling. Teman ku terus bercerita tentanganya, dan secara tidak sengaja memamerkan foto pria itu di ponselnya. Aku benar- benar terkejut, bagaimana seseorang terlihat begitu mirip dengan adik iparmu yang telah tiada itu."

"Vee Devante, itu adalah namanya."

Jemari Bella tergerak mengambil benda pipih dalam tas miliknya, lalu menekan tombol on dan mulai mengutak ngatik galernya. "Ini dia fotonya, sewaktu dia berada di kolam bar. Kalau tidak salah ini pool party. Temanku mengambil gambarnya diam- diam " Bella menunjukkan sebuah foto

Gambar seorang individu yang sedang berada di kolam renang seraya menghisap putung rokoknya. Tindikan terlihat jelas di telinga pria itu, dan dengan pengamatan yang lebih mendalam, tato terukir di kulit tangannya. Perbedaan mencolok dengan adik iparnya yang tidak pernah merokok, menjaga kebersihan, dan bahkan menjauhi minuman beralkohol.

"Aku ingat Sooya- adikmu yang semakin parah itu. Kupikir ini adalah salah satu penyembuhan Sooya." Bella berujar bijaksana.

Lambat laun wanita itu menjawab, hanya bergeming sesaat. "Apakah aman dari penyakit kelamin?" Lea bergidik ngeri saat menerima fakta pria itu terkenal di bar, sudah pasti pria itu suka celap celup sana sini.

Tidak, dia tidak akan membiarkan adiknya Sooya tertular.

Bella menanggapi dengan tawanya. "Temanku mengatakan dia selalu menolak sentuhan para gadis di sana. Seperti yang dikatakan, ia tampan. Kurasa setelah mendengar ceritanya, aku bisa menyimpulkan jika pria itu sedikit jual mahal mengingat karena wajahnya yang rupawan. Ia hanya sering berhubungan dengan seorang gadis yang selalu di bawanya setiap malam minggu, dan gadis itu selalu orang yang sama. Aku lupa siapa nama gadis itu," jelas Bella mengingat info yang ia dapatkan beberapa minggu lalu, saat temannya itu berliburan di New York, Brooklyn.

Sebelum membicarakan hal ini kepada Lea, sudah pasti ia mencari sosok yang bernama Vee itu lebih dalam, agar tidak terjadi kesalahan informasi.

"Tapi aku akan tetap memeriksanya, tidak akan membiarkan adikku jatuh dalam mala petaka," final Lea tetap pada pendiriannya.

Wanita bernama Bella manggut- manggut, kali ini ia setuju dengan saran temannya. "Aku setuju denganmu. Minggu depan kamu bisa ke Prancis, Kota Annecy. Aku akan meminta temanku untuk mencari alamatnya."

Vee Devante's world

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vee Devante's world


- 10 Januari 2024

Umbra MaritusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang