Umbra Maritus 10

322 49 11
                                    

"Bagaimana akhir- akhir ini Sooya?" Lea tersenyum kembali mengutarakan topik yang menjadi pikirannya, ingin tahu bagaimana agaknya hari adiknya selama dua hari ini.

Menatap sang kakak, tercipta senyuman di bibirnya. "Sangat baik kakak. Aku tidak menyangka bahwa ini benar- benar terjadi. Aku seperti merasakan mimpi." Menorehkan pandang pada Vee yang tidak menatapnya.

Lea mangguk- mangguk. Dalam hatinya, beruntung ia menemukan Vee dan bisa mengajak pria itu kerja sama. Sejauh ini semuanya aman- aman saja. Sooya adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Lea sekarang, tentu ia akan melakukan apapun untuknya.

Orang tua mereka tewas saat menjadi korban kecelakaan pesawat yang mendarat pada dua puluh dua tahun silam, sewaktu pergi ke Tunisia perihal pekerjaan. Lea yang berumur delapan tahun mau tak mau harus menjalani figur kakak dan orang tua bagi adiknya yang kala itu masih berusia dua tahun, dibantu oleh bibi mereka yang kini telah tiada.

Sejenak matanya menyapu tajam tepat pada Vee yang terlihat tak perduli pada percakapannya dan Sooya. "Eoh. Kakak sangat senang mendengarnya. Apakah dia memperlakukanmu dengan baik? Terbaring lama di rumah sakit membuat seseorang melupakan banyak hal bukan? Bagaimana Thyson?" Lea sengaja memancing pria itu dengan tanyanya berupaya membuatnya bersuara.

Merasa nama bayangannya disebut, Vee menautkan atensi sejenak dalam wanita dewasa yang memanggilnya itu. Mau tak mau, ia harus menampilkan senyuman dan anggukkannya.

Bergulir pada wanita di sampingnya yang menghening tanpa kata. "Tentu. Aku sudah mengatakan hal ini kepadanya kakak ipar. Dan Sooya sangat mengerti keadaanku."

Baiklah, Lea akan mengutarakan tanyanya lagi.

"Menurutmu apakah ada perubahan dalam diri Thyson?" Lea mengajukan pertanyaan lagi, mencoba menangkap pendapat Sooya di sela-sela suapan makanannya.

Pandangan wanita itu bergulir dari Sooya kepada pria yang berada tak jauh dari mereka. Lea dapat menangkap ketegangan yang merayap di wajah pria itu, ekspresi datarnya menyimpan banyak cerita.

Sementara Sooya, jika ia mengizinkan hatinya berbicara, ada banyak hal yang ingin ia ungkapkan. Tentang Thyson yang membentaknya, perubahan sikapnya yang terasa begitu berbeda, atau tatapan asing yang menyelip di setiap pertemuan mata mereka yang tak disengaja.

"Tidak. Tidak ada yang berbeda. Dia tetap Thyson yang dulu," ujar Sooya sambil tersenyum simpul, sesekali melirik suaminya yang tidak membalas tatapannya.

Namun, dalam hatinya, Sooya tahu ia tidak sedang berkata jujur. Ia tak ingin menyakiti perasaan suaminya—Thyson—yang tengah berjuang untuk pulih. Sebagai istri, Sooya merasa ia akan terlihat kejam jika menuntut terlalu banyak.

Lea mengangguk pelan, jemarinya mengambil lauk pauk tambahan.

"Kakak sudah mengirimkan kabar mengenai kembalinya Thyson sebelum kemari, dan syukurlah, semua memberikan tanggapan positif. Tapi sebagai kakak yang peduli, aku ingin memberi kalian waktu lebih untuk bersama. Pergilah ke mana pun kalian inginkan..."

Tatapan Lea sedikit tajam saat ia memandang Vee yang tetap tak bergeming, seolah tak mendengar ucapannya. "... tapi kau harus tetap menjaga adikku."

"Kakak, tentu Thyson akan menjagaku!" Sooya cepat-cepat memprotes, tak setuju dengan nada ketidakpercayaan kakaknya terhadap suaminya.

Sooya tidak tahu saja jika ketakutan Lea begitu besar untuk melepaskan Sooya untuk berlibur atau pergi jauh bersama Vee, tentu karena Lea tahu siapa pria itu sebenarnya, dan hal buruk diluar prediksi bisa saja terjadi. Tentu Lea tidak akan membiarkannya, anak buahnya akan ia kerahkan untuk memantau mereka.

"Ya baiklah- baiklah. Kau pasti akan selalu membela suamimu itu, dasar bucin!" ejeknya, sembari tertawa kepada sang adik.

Sooya tidak merespons ejekan dari kakaknya, hanya menggerutu dalam hati atas balasan yang ia terima. Mengapa hanya dirinya yang terlihat terlalu mencintai Thyson? Sementara pria itu diam tanpa bereaksi, matanya menatap ke arah Sooya dan Lea dengan ekspresi tak terbaca. Sooya merasa seolah sedang merayu pria dewasa yang masih asing baginya.

"Thyson? Kau diam saja melihat istrimu yang begitu mencintaimu?" Lea mencoba membangun chimestry di antara mereka dengan senyuman jahilnya, meski susah karena nyatanya ini bukanlah adik iparnya dulu, melainkan orang asing.

Berharap sosok Vee Devante ini tahu diri untuk melakoni perannya sebaik mungkin!

Dan saat ini Vee seperti sosok yang bodoh saja, terjebak dalam situasi yang tak bisa ia jawab.

"Aku? Kurasa itu hal yang normal antara istri dan suami."

"...berbicara cinta."

Dalam hatinya ia menggerutu akan kalimat yang spontan ia ucap, sangatlah tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaan Lea. Payah, menghadapi dua saudara ini saja ia tak becus.

"Jawaban macam apa itu?!" Lea berusaha menahan tawanya yang pecah menggema di dapur klasik desain amerika classic itu.

Jawaban yang sangat tidak masuk akal. Lea tak habis pikir jika pria yang katanya berbahaya ini ternyata begitu lemah menghadapi situasi ini. Tiba- tiba ia ingat akan janjinya dengan sang suami, David.

"Baiklah Sooya, sepertinya kakak akan pulang ke rumah. David sudah tiba di rumah." Lea beranjak dari kursinya, berpindah situasi.

Wanita yang mengenakan style dress lumayan pendek itu kemudian menggeser langkah untuk mengacak sorai rambut lurus adiknya lalu mengecup kepalanya singkat sebagai tanda ia akan pergi.

"Jaga dirimu sayang. Jika butuh apa- apa, katakan pada kakak."

Sooya memgangguk tanpa protes lalu melambaikan tangannya sebagai tanda Lea sudah berpindah atmosfer dari mereka. Dalam hatinya, ia begitu beruntung punya kakak seperti Lea yang benar- benar memainkan figur kakak dengan baik. Sooya seperti merasa Lea adalah ibunya dalam versi muda, meski ia tidak terlalu suka akan penampilan Lea yang kerap terbuka.

Pakaian Lea bisa dibilang kekurangan bahan semua.

"Kakakmu sangat menyayangimu."

Suara bariton rendah menganggu lamunannya, dan tanpa protes mengangguk setuju.

Vee yang terlihat seperti tak berniat nimbrung pada percakapan dua saudari itu nyatanya memerhatikan dengan detail interaksi keduanya. Rasa sayang Lea kepada Sooya begitu dalam. Wanita itu seperti rela melakukan apapun demi adiknya bahagia, dan Vee sadar jika ia akan selalu berada dalam pantau Lea.

Umbra MaritusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang