Umbra Maritus 2

494 73 16
                                    

Di dalam unit apartemen, terjadilah keributan antara dua pasangan kekasih yang tak kunjung mereda. Suara teriakan dan jeritan bergema di lorong ruangan, menyebabkan beberapa orang di luar merasa kesal, termasuk seorang pria yang baru saja naik dari lantai bawah.

Dengan harapan kecil akan menemukan kedamaian setelah dikejar-kejar karena tertangkap basah merusak fasilitas supermarket di dekatnya, Vee malah mendapati hal ini.

Dan kini rasa frustrasi kian tumbuh, ketika kedua orang dewasa itu tetap tidak ada niat untuk memberi ruang ketenangan. Ditambah lagi, beberapa pria hidung belang berperut buncit dengan tanpa malu bercumbu-cumbu di sela-sela perjalanan menuju kamar mereka bersama gadis muda. Semuanya benar-benar menguras kesabaran yang tersisa. Jika saja ia tidak terikat untuk mengunjungi Cestine di kamarnya, sudah pasti ia akan memutuskan untuk berbalik dan kembali ke bawah.

Andai saja ia memiliki lebih banyak uang, ia berkeinginan untuk segera melangkah dan membeli apartemen yang lebih baik saat ini juga. Sayangnya, tabungan Vee tidak sebanyak itu. Meskipun jumlah di dalam tabungannya cukup lumayan untuk mendapatkan tempat tinggal baru, tetapi apakah tidak lebih baik menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan Cestine yang tak terelakkan?

Di sisi lain, seorang perempuan masih berdiri tegap dengan satu niat yang jelas: mendekati seorang pria yang berdiri sendirian di koridor apartemen, seolah memperhatikan orang lain yang tidak termasuk dirinya. Ketika berada di dekatnya, rasanya ia seperti melihat seseorang terlahir kembali.

"Thyson"

"Astaga, bagaimana aku melihat duplikat yang amat mirip. Lebih mirip daripada foto yang kulihat."

Lea menggelengkan kepala sekali lagi, membuktikan bahwa perjalanannya ke Prancis pagi-pagi buta tidaklah sia-sia, karena hasil yang diperoleh sungguh memuaskan. Meski begitu, sejenak ia terkejut saat melihat pria itu berjalan menuju pintu kamar dengan niat untuk masuk.

"Tunggu."

Pria dewasa itu memiliki pendengaran yang sangat tajam, mampu menangkap suara wanita di sekitarnya meski mereka berjarak cukup jauh. Ia sejenak menatap kehadiran yang sebelumnya belum pernah ia saksikan. Seolah sadar akan perhatian pria itu, wanita itu langsung melepaskan senyuman.

"Ya, aku memanggilmu. Tuan Vee Devante."

Langkah hels yang berirama dengan setiap langkahnya menyentuh lantai batu pualam, menghasilkan suara yang cukup mencolok dan berhasil memikat perhatian, terutama dari para pria yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh kehadiran seorang wanita yang memesona, mengenakan gaun hitam yang elegan, dilengkapi dengan topi Channel dan kacamata hitam Dior.

Meskipun begitu, wanita tersebut tetap tak terpengaruh dan menjaga sikapnya yang acuh tak acuh, tanpa rasa takut. Hal ini karena ia ditemani oleh puluhan pengawal yang berjaga di luar dan siap menghadapi siapa pun yang berani menyentuhnya.

Hampir saja mata Vee terbelalak karena terkejut ketika menyadari wanita itu mengenali dirinya, menyebabkan ekspresi wajahnya berubah menjadi serius. Dengan suara yang rendah, ia mengajukan pertanyaan dengan tajam, "Kau siapa?"

Pandangan resah terpancar dari mata Vee, tangannya melepas pegangan pintu yang sebelumnya hendak dibuka. Ia tetap berdiri di tempat. Melihat wanita di depannya, Vee menduga bahwa wanita itu bukanlah seseorang yang biasa, terlihat dari aksesori yang dipakainya dan aroma parfum Shumukh yang menguar - parfum termahal di dunia yang diproduksi di Dubai, dengan harga miliaran per ons. Meski begitu, wanita tersebut justru tersenyum lebih lebar, menghilangkan kecanggungan, bahkan mengulurkan jemari tanpa segan.

Umbra MaritusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang