02. Dua bulan

203 26 44
                                    

"Semua orang dilahirkan tidak sempurna. Namun, menurutku, engkau sudah terlahir sempurna sebagai kakakku." - Zuri Nayla Farhana.

.
.

"Seorang kakak laki-laki akan dengan sukarela mengalah untuk adiknya, melindunginya, dan menasehatinya. Karena ia tahu, ia ada untuk adik-adiknya sebagai pengganti ayah ketika tak ada." – Cakrawala Dirga Ananta.

Tepat pukul 03.00 . Cakra terbangun dari tidurnya. Membangunkan kelima adek lelakinya yang masih tertidur dengan lelap.

"Dek. Liam, bangun solat tahajjud yuk." Ajak Cakra dengan hidungnya yang di pasang alat pernapasan.

Uggghh...

"Bentar dulu bang. Masih ngantuk lima menit lagi ya?." Bujuk Liam kepada kakaknya dengan muka bantalnya.

"Gak ada lima menitan. Cepet sana udah di tunggu ayah di bawah sama bunda." Nasehat Cakra dan bergegas membangunkan yang lainnya.

Liam Azriel Pratama.Manusia yang paling manja kepada Cakra. Entahlah yang membuat Liam sungguh manja kepada Cakra.

Dan, keenam bocah lelaki itu dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan yang mereka punya. Mereka berenam turun kebawah untuk melaksanakan solat tahajjud bersama.

"Ish, malas kali loh aku. Ngantuk kali. Kan bisanya aku solat subuh. Lagian juga solat tahajjud kan Sunnah. Ngapain wajib - wajib kali." Gerutu Zuri di dalam hati. Pasalnya dari kemarin Zuri tidak pernah solat tahajjud bersama. Palingan solat subuh saja yang bersama.

"Udah pada wudhu semua kan? Sakha udah wudhu? Yazan sudah? Zuri? Cakra? Sarhan? Liam? Hadden?." Tanya Devan kepada ketujuh anaknya. Walaupun keenam anak itu bukanlah anak kandungnya.

"Sudah yah." Jawab serentak ketujuh anak itu.

"Yasudah kita solat dulu ya? Yang imamin solat ini Cakra ya?." Tukas Devan. Bukan sekali atau dua kali Cakra yang mengimamin keluarganya untuk solat tahajjud.

Selesai tahajjud, kebiasaan dari keluarga Bapak Devan ialah berdzikir bersama dan membaca Al - Qur'an bersama hingga subuh mendatang.

"Hoaamm. Bunda, Zuri kekamar dulu lah. Ngantuk, nanti subuh bangunin Zuri ya bund." Jawab Zuri selesai solat tahajjud.

"Kebiasaan ya kamu. Yasudah sana tidur. Nanti kak Cakra yang bangunin kamu." Jawab Aza singkat.

"Hem."

Ditengah heningnya ruangan itu, tiba-tiba saja Pak Devan mengutarakan sebuah kalimat kepada enam pemuda itu.

"Nak. Jadi gini, Ayah sama Bunda nanti mau berangkat ke kota Batam. Di, Batam Ayah ada tugas disitu. Dan, untuk Bunda juga nanti Bunda bakal ikut." Jelas Devan kepada keenam anaknya.

"Berapa hari ayah?." Tanya Cakra.

"Dua bulan. Gak papa kan? Kalian bisa jaga diri disini ya? Nanti kalo ada apa-apa tinggal telpon saja." Jawab Devan.

"Jangan lama-lama yah, bund" sela Liam. Karena Liam terbilang anak paling manja, walaupun masih berstatus sebagai seorang Kakak bagi Zuri.

"Tidak kok nak. Sebentar saja, jagain Zuri ya? Buat dia senang. Mungkin sekarang Zuri belum menerima tetapi nanti insyaallah Zuri pasti menerima kalian sebagai Kakaknya." Nasehat Aza seraya menatap bola mata Cakra.

INI KITA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang