"Ayah Devan sama Bunda Aza, pasti bahagia disana."—INI KITA!
.
."Aku sangat merindukanmu, tapi aku tahu kamu berada di tempat yang lebih baik. Kamu akan selamanya dirindukan dan tidak pernah dilupakan." — Liam Azriel Pratama.
"Dek Zuri. Makan dulu yuk. Kakak udah buatkan nasi goreng nih." Bujuk Cakra. Pasalnya dari pulang pemakaman tadi, Zuri belum makan.
"KELUAR GAK! GUE MUAK LIHAT MUKAK LO CAKRA!" Bentak Zuri dengan Isak tangisnya, emosinya naik turun. Disertai dengan wajah sembab.
"Dek dengerin kak Cakra dulu ya? Kita boleh nangis, boleh banget. Kita boleh merasa kehilangan. Dan, itu tidak dilarang dek. Tapi ingat! Air mata yang paling dibenci oleh Allah itu, air mata yang menangisi kepergian seseorang." Jelas Cakra dengan penuh kesabarannya.
"Ayah sama Bunda disana mereka bahagia dek. Mereka udah gak sakit lagi. Mereka tenang. Dan, kita sebagai anaknya wajib mendoakan Ayah sama Bunda iya kan?" Sambung Cakra yang perlahan mengelus puncak rambut Zuri.
Zuri yang duduk di pojokan tembok. Dengan kedua kakinya menikuk. Menangis menjadi-jadinya.Rambut yang begitu berantakan, hati yang tidak karuan. Melihat kondisi Zuri saat ini membuat Cakra kembali dihujamkan sekumpulan duri yang menancap di hatinya.
"Dek. Cukup ya? Air matanya disimpan saja. Nanti malam kita bacain Yassin ya. Oh ya, nanti Zuri tidurnya sama kak Cakra saja ya."
Cakra yang memiliki hati seluas samudra Hindia maupun Pasifik. Perlahan-lahan mendekat sang adek dan merenggakan kedua tangannya. Mendekap kan tubuh sang adek di dalam pelukannya. "Selama ada kak Cakra. Zuri pasti aman. Sekarang tidur ya." Bisik Cakra di telinga Zuri.
Hening, hampa, dan sunyi. Rasanya berkali-kali lipat ada terjangan dahsyat yang merobohkan mereka. Suasana yang begitu mengharukan.
"Kak Hadden. Cakha masih tidak pel-pelcaya kejadian ini." Rengek Sakha kepada Hadden.
"Iya dek. Kakak juga gak nyangka. Padahal masih ada list yang mau di wujudkan sama Bunda Aza." Sahut Hadden seraya mengelus punggung Sakha.
* * *
Sebuah album foto yang sudah kusam. Terdapat tiga sosok manusia disitu. Anak kecil yang masih memeluk satu boneka Doraemon." Bunda Aza. Zuri kangen. Anakmu kangen Bunda. Ayo bangun."
"Zuri. Udah lepas kok bund. Tapi, Zuri rasanya belum ikhlas Ayah."
"Yasudah. Tidak apa-apa kok bund. Masih ada Kakak yang lain."
Zuri yang cukup dibilang sangat membenci keenam Kakaknya yang begitu spesial. Zuri yang sudah di cap sebagai adek dengan mulut pedas itu, diam - diam menyimpan rasa yang begitu sayang kepada keenam Kakaknya.
"Kenapa si, Kakak ini harus cuci darah terus. Uang Ayah Devan sama Bunda Aza habis tau"
"Ini juga! Pilih-pilih makanan. Gausah pilih makanan bisa ga si? Jadi orang gausah terlalu alay"
"Kaki kok gak bisa gerak. Sepanjang hidupmu berarti di kursi ini? Ckckck kasian sekali manusia ini"
"Dasar! Tidak punya ekspresi. Bahkan senyum saja sudah seperti Joker"
KAMU SEDANG MEMBACA
INI KITA!
Mystery / ThrillerDi kisahkan, ada ketujuh bersaudara yang memiliki adek perempuan dengan segala berbagai moodnya. Seorang Kakak yang terlahir tidak sempurna, memiliki banyak macam kekurangan. Akan tetapi, mereka selalu bersyukur dengan segala yang mereka punya. Dan...