03. Sang pangkuan

95 12 0
                                    

"Mengejar dunia bukan berarti tidak mengejar akhirat. Terlalu banyak yang engkau harapkan berakhir dengan kepedihan."— Sarhan Al Lathiff
.
.
.


Mari luangkan waktu untuk membaca surah Al - Fatihah kepada  saudara kita di palestina. Semoga dengan segala upaya mereka senantiasa di tempatkan di sisi Allah SWT. Aamiin ya rabbal alamiin.

 Aamiin ya rabbal alamiin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakak Sarhan 🖤

[ Dek, yang ada di berita tersebut beneran. Ayah sama bunda ada di pesawat itu. Tolong jangan beritahu siapapun termasuk Zuri ya dek? ]

[ Kak? Beneran? Jangan Ngadi - Ngadi kak? ]

[ Iya, gak mungkin Kakak berbohong? Kakak sama kak Cakra mau pergi ke Lampung bilang nanti sama mereka kami masih ngurus registrasi oke? ]

[ Iya kak. Nanti Hadden sampaikan. Kalo kak Cakra gimana kumat ga penyakitnya? ]

[ Tadi kumat sebentar. Sekarang lagi tidur ]

Melihat pesan dari Sarhan membuat tubuh Hadden bergetar hebat. Pasalnya baru kemarin Devan dan Aza berkata bahwasannya mereka hanya dua bulan saja di Batam.

Hadden pun menangis tidak karuan. Rasanya dunia begitu kejam kepada mereka. Hadden yang sejak kecil sudah kehilangan orang tua kandung nya. Dan, sekarang? Harus di tinggal oleh sosok figur kedua baginya.

Sakha yang baru saja beres dari taman belakang terkejut melihat Hadden yang menangis terisak.

"Kak Hadden? Kenapa kak? A-ada apa? Cerita cama cakha." Nada khawatir dari sang adek.

"A-ayah sama bun-bunda udah kembali ke pangkuan sang pencipta sak." Jawab Hadden dengan napas yang tersedat. Tidak bisa di pungkiri lagi betapa hancurnya hati Hadden saat ini.

"KAK! JANGAN NGA-CO KAK. JAGA O-MO-NGAN. GAK BA-IK" bentak Sakha kepada Kakaknya.

Hadden yang tidak mau menerima bahwasannya ia dituduh ngaco akhirnya dia menunjukkan pesan dari Sarhan. " KAMU BILANG KAKAK NGACO? COBA LIHAT PESAN DARI KAK SARHAN. AYAH SAMA BUNDA UDAH GAK ADA!!!!."

PLAAKKK

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Hadden. Yap! Itu Zuri sedari tadi Zuri mengintip Hadden dari tadi.

"SINI HP NYA!! SAYA MAU TELPON SI SARHAN ITU. SINI!" Tegas Zuri merebut sebuah benda pipih yang di pegang oleh Hadden.

"Dek."

INI KITA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang