Selamat membaca
_____________________CINTA dan benci giat mengenalkan manusia pada realita hidup. Senang dan sedih seolah dua mata koin yang tak bisa terpisahkan. Walau jarang dirasakan secara bersamaan, tapi apalah perasaan bahagia jika sebelumnya tak ada sengsara?
Seorang gadis yang 3 bulan lagi akan berusia 22 tahun tengah duduk di atas rumput menatap bangunan-bangunan dari atas bukit dekat rumahnya.
Terik matahari terhalau pepohonan di sekitarnya, angin sepoi-sepoi menyentuh kulit menerbangkan helai rambut yang dibiarkan tergerai.
Momen ini seharusnya cukup syahdu untuk menenangkan isi kepala yang berisik, tapi nyatanya tak mempan bagi seorang Brigita Clara, gadis sederhana yang tengah diburu oleh kejamnya masa dewasa.
"Kerja apa yang bisa bikin langsung kaya?" Spontan menjadi orang bodoh, setelah bersih keras menyikapi hidup sepintar--ah, maksudnya sebaik yang ia bisa.
Lahir dari keluarga pas-pasan tak begitu menyenangkan ketika beranjak dewasa. Jika saja ia punya privilege selain jabatan atau kekuasaan, misal-- fisik yang cantik? Agaknya akan lebih muda. Sebab riset mengatakan 90% manusia good looking itu beruntung. Oke, mati-matian gadis itu mensyukuri segala hal dalam hidupnya selama ini, bisa runtuh dalam sekejap hanya karena pesimis seperti ini.
Drttt Drttt
Suara ponsel menarik atensi Clara, buru-buru ia mengecek layar ponsel yang menampilkan panggilan dari sahabatnya.
"Halo Indah?"
"Oke, sore nanti aku kesana. Terima kasih sebelumnya" Wajah yang semula lesu kini tersenyum penuh makna. Matanya berbinar senang mendengar kabar dari temannya.
Beberapa hari lalu, Clara memang sudah menghubungi Indah untuk bertanya mengenai lowongan pekerjaan. Awalnya gadis itu sempat meragu untuk bertanya kepada temannya yang sedang sibuk bekerja di sebuah restoran. Karena ia tahu bahwa sedang tak ada lowongan pekerjaan di sana. Tapi siapa sangka? Kalimat 'coba aja dulu, setidaknya sudah berusaha daripada tidak sama sekali' ternyata mujarab.
Indah menghubunginya bahwa ada lowongan pekerjaan baginya di restoran tempat Indah bekerja. Ah, rasanya senang sekali. Suasana hati gadis itu langsung berubah 180°. Lupakan pertanyaan bodohnya tadi mengenai pekerjaan yang menjadikan seseorang cepat kaya, dapat pekerjaan dengan gaji kecil saja ia sudah sangat bersyukur. Mengingat sudah sebulan ini ia mencari pekerjaan tapi tak kunjung dapat.
"Gapapa gak good face, yang penting good body" ucapnya seraya membereskan kotak bekal yang ia bawa. Kalimat itu adalah penenang baginya ketika sedang insecure. Salahkan otaknya yang tiba-tiba memikirkan hal-hal tak mengenakkan itu.
"Mau jadi tukang cuci piring pun, aku bakal terima. Daripada tidak sama sekali" ucapnya ketika dengan hati-hati menuruni bukit. Rupanya gadis itu sudah pasrah saking lelahnya mencari pekerjaan. Katanya memang cukup sulit mencari pekerjaan jika sudah berada di bulan-bulan mendekati akhir tahun.
Melihat rumah yang tak besar tetapi tak terlalu kecil itu, Clara kembali menarik nafas berat. Rumah yang kini mulai tak ramah usai kepergian sosok ayah 1 tahun lalu.
Rasanya baru kemarin--sesak di dada ini menjadikan rasa kehilangan itu terus membara mencipta perasaan rindu yang hebat. Clara benar-benar belum terbiasa.
Tungkainya bergerak mendekati rumah yang pintunya terbuka lebar, suara televisi memasuki indera pendengaran.
"Mama?" Clara tak menemukan sosok wanita paruh baya yang seharusnya sedang tiduran di atas tikar di depan televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pov Of Love (END)
RomantikCERITA PENDEK. ________________ Clara tumbuh menjadi seorang manusia yang penuh dengan cinta. Terlalu penuh hingga tak ada alasan untuk tidak memberikan cinta sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang ia sayangi. Terlalu mudah jatuh cinta? Ya bena...