02. A way to come home

21 6 0
                                    

Selamat membaca
_________________

HARTA memang tak dibawa mati, tapi jika tidak ingin hidup setengah mati, kita butuh harta--yang banyak. Sama dengan ungkapan uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang.

Akhir-akhir ini Clara dihantui perasaan menggebu-gebu untuk mencari uang. Clara bercita-cita untuk menjadi kaya raya, dimulai dari bekerja untuk melunasi hutang almarhum ayahnya. Kemudian, ia akan mengumpulkan uang dan menghidupi kebutuhan ibu dan dirinya. Lalu, ia akan terus mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya agar menjadi kaya.

Miris sekali.

Setidaknya ia punya cita-cita mulia semata-mata untuk membuat ibu dan dirinya bahagia.

Kini, Clara tengah berdiri di depan gerbang rumah megah. Meski tak masuk akal tapi disinilah Clara berada karena tergiur dengan tawaran dari Albert.

Siapa yang tak mau menjadi pelayan dengan gaji 50 juta 1 bulan? Garis bawahi menjadi pelayan.

Bersih-bersih rumah, memasak, mencuci pakaian adalah pekerjaan rumah yang sebenarnya jarang dilakukan Clara. Apalagi memasak, Clara benar-benar payah soal itu. Nekad... Clara benar-benar nekad mendatangi rumah ini.

"Silahkan masuk nona" satpam itu membuka gerbang membiarkan Clara masuk.

Sekarang pukul 5 sore 1 hari sesudah Albert menemui Clara dan menawari pekerjaan menjadi pelayan di rumahnya dengan gaji 50 juta sebulan.

"Terima kasih banyak, pak" Tanpa ragu, gadis itu melangkah masuk.

Sejenak Clara dibuat terpukau dengan rumah mewah dan megah di depannya. Ia sedikit terkejut mendapati beberapa orang yang berdiri berjejer dengan rapih menggunakan pakaian seragam berwarna putih hitam. Apakah mereka menyambut Clara? Ia terkekeh pelan, mereka tak tahu saja bahwa Clara akan bergabung dengan mereka menjadi pelayan.

"Selamat datang tuan muda" Clara terkejut seorang pria mendahuluinya dengan tak sengaja sedikit menyenggol bahunya.

Pria itu berjalan dengan gagah menggunakan pakaian rapih tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Kakinya terus melangkah hingga menghilang di sebuah lift tanpa sempat Clara melihat wajahnya karena memakai masker.

'wah, bahkan rumah ini memiliki lift' Clara terus dibuat tercengang. Seberapa kaya pemilik rumah ini?

"Permisi, apa nona yang bernama Clara, Brigita Clara?" Seorang pria dengan pakaian hitam putih namun terlihat berbeda dari lainnya, mendekati Clara yang diam di depan pintu.

"Ah, maaf. B-benar, aku Brigita Clara ingin menemui pak Albert" pria di depannya tersenyum sekilas dan menunduk.

"Perkenalkan saya kepala pelayan disini. Mari saya antar menghadap beliau"

"Terima kasih sebelumnya" Clara lantas mengekori kepala pelayan itu yang sudah berlalu dengan langkah sedikit cepat. Clara sampai setengah berlari mengikutinya.

Tibalah mereka di sebuah ruangan yang terlihat seperti sebuah ruang tamu kecil.

"Silahkan anda tunggu disini, saya akan menyampaikan kepada tuan Albert" Clara mengangguk dan mendudukkan diri pada tempat duduk di ruangan itu.

"Wah Clara akhirnya kamu datang" Albert menghampiri Clara dan menjabat tangannya. Clara kikuk sedikit malu.

'aku tau kau sangat membutuhkan sejumlah besar uang sekarang'

Kalimat pria itu kemarin kembali terngiang di benaknya. Tak salah, tapi tahu darimana pria itu? Ia bahkan baru bertemu Albert kemarin. Apa Indah mengatakan keadaan Clara kepada Albert? Rasanya tidak mungkin.

Pov Of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang