Extra I : No one but You

14 6 0
                                    

Selamat membaca

___________________


KATANYA rembulan mengantarkan perasaan rindu. Menarik atensi para pemujanya dengan mudah, seolah punya kekuatan magis memberi rasa candu.

Tahun 2019, di sebuah kamar.

"Kak, kenapa kau mengoleksi banyak boneka beruang? Kau itu laki-laki" Rachel menatap geli lemari berisi banyak sekali boneka beruang. Sedangkan lelaki yang dilempari pertanyaan hanya menghadap ke arah boneka-boneka itu tanpa berniat menjawab.

"Jangan salahkan ayah yang terus menganggap mu memiliki kelainan" mata gadis itu berhenti pada se-bucket bunga mawar yang terlihat sangat segar tepat di samping lemari boneka-boneka beruang. Huh, apa maknanya sih itu? Selama dia berada di luar kota, ia memang tidak terlalu mengetahui apa yang tidak dan disukai kakaknya. Tapi Rachel benar-benar tidak tahu, kesukaan kakaknya terlihat feminim.

"Aku baru tau kau menyukai bunga mawar" Gadis itu berdiri menggerakkan tungkainya menjelajah seluruh kamar.

Lawan bicara masih setia membisu. Menurut Rachel pandangan mata kakaknya terlihat sendu.

Seketika ia berhenti, melihat sebuah boneka beruang yang tak terlalu besar yang dipakaikan syal berwarna merah. Sontak ia mendekati boneka itu.

"Apa ini punya mu?" Rachel mengambil boneka itu dengan mata berbinar. Melihat adiknya sudah memeluk boneka itu, ia berdiri dan mengambilnya.

"Kau boleh ambil boneka lain, tapi tidak dengan ini" Rachel mendengus sebal. Huh, dasar aneh. Kali ini ia mulai meragukan kakaknya sama seperti sang ayah.

Dulu ketika ia berumur 6 tahun, Rachel bersekolah di luar kota dan tinggal bersama dengan kakak dari ibunya. Bahkan ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di sana. Gadis kecil itu tak tahu apa-apa kenapa ia tiba-tiba dipindahkan ke sana. Meskipun begitu, secara berkala ayah dan kakaknya selalu mengunjungi Rachel.

"Kau pelit sekali, kak" Gadis itu langsung duduk dengan kasar di atas kasur.

"Boneka dan syal ini sangat berarti bagi ku. Jadi ku mohon mengertilah" penuturan kakaknya membuat gadis itu mengernyit heran.

Seberapa berarti benda-benda itu? Dan kenapa mereka berarti?

"Kenapa begitu?" Rachel memposisikan dirinya dengan nyaman. "Ayo ceritakan padaku. Aku sangat ingin tau. Jika tidak, aku akan mencurinya" Pria itu lantas menatapnya tidak suka. Tangannya langsung memeluk boneka itu posesif sembari tangan satunya mengelus boneka itu.

"Seseorang yang kucintai memberikannya pada ku" Rachel melongo di tempat.

Apa katanya tadi? Seseorang yang dicintai? Jadi kakaknya yang selama ini dituduh memiliki penyimpangan seksual memiliki seseorang yang dicintai? Wah, Rachel tampak semakin bersemangat.

"Siapa dia? Aku ingin tau perempuan manakah yang berhasil meluluhkan hati kakakku yang tak tersentuh ini" Rachel membaringkan tubuhnya dengan tangan menopang dagunya. Sepertinya ini akan menjadi cerita yang menarik dilihat dari kakaknya yang terlihat sedih.

"Namanya Clara, tapi aku memanggilnya Rara. Gadis kecil yang cerewet dan menarik" ucapnya sembari tersenyum sedih melihat ke arah boneka dan syal merah di genggamannya.

"Lalu dimana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya kak" Rachel memekik girang. Baru pertama kali kakaknya memuji gadis lain selain dirinya.

"Aku tidak tau. Ia menghilang sejak hari itu"

"Apa?" Rachel terkejut. Wah, pupus sudah harapannya melihat Rafael menjadi budak cinta.

Kemudian cerita Rafael berlanjut dengan Rachel yang senantiasa mendengarkan kakaknya dengan seksama. Huh, kasian juga kakaknya itu.

Pov Of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang