Selamat membaca
__________________
RINAI hujan di bulan Agustus adalah pertanda bahwa September sudah menunggu di depan mata. Daerah dataran rendah adalah saksi bisu bagaimana tetesan-tetesan air itu begitu istimewa.
Ada yang sibuk melihat bagaimana hujan membasahi permukaan bumi, ada yang sibuk meresapi merdunya suara yang diciptakan olehnya, ada juga yang tengah setia menunggu hujan mereda.
Rafael menatap penuh damba sosok gadis di seberang jalan tempat ia berdiri. Orang lain tengah memuja tetesan-tetesan air yang jatuh, tapi bagi Rafael penantian hujan setelah kemarau panjang bukanlah apa-apa dengan penantian yang ia lakukan demi sosok gadis yang berada di sana.
Ingin sekali Rafael menghampirinya dan membawa gadis itu ke dalam pelukan pria itu.
Drrtt Drttt
Suara ponsel mengalihkan sejenak atensi Rafael,
"Iya, dia benar-benar Clara" Rafael tersenyum lebar terus memandangi Clara dari kejauhan. Menatap penuh minat setiap gerak gerik yang ia lakukan.
"Thank you, Dad"
"Tidak, aku belum siap. Aku akan memberinya waktu, dia juga masih diliputi duka karena ayahnya meninggal"
Sosok di seberang panggilan terkekeh geli, tak percaya bahwa penantian panjang Rafael masih bisa ia tahan.
"It's up to you. I'm happy if you're happy" Albert tertawa kecil membayangkan bagaimana wajah senang Rafael sekarang. Pria dewasa yang hampir menginjak umur kepala 3 itu, masih saja terlihat kanak-kanak menurutnya.
"Sekali lagi, terima kasih pa"
Panggilan itu berakhir dengan hujan yang juga ternyata sudah reda, membawa seorang Clara yang sedari tadi menunggu hujan itu reda langsung beranjak pergi dari sana.
"Mau kemana dia?" Rafael seketika panik. Pria itu tak ada pengalaman bagaimana cara mengikuti seseorang tanpa ketahuan. Ia tak mau di kira penguntit. Ia juga belum siap untuk menyapa Clara.
'Eh, Clara masih ingat aku tidak, ya?'
Berbagai skenario Rafael pikirkan jika nanti ia sudah siap menyapa Clara. Mungkin pria itu akan langsung menyodorkan boneka beruang milik Clara berharap ia akan langsung mengingat pertemuan mereka belasan tahun lalu.
Sedangkan di tempat lain, Clara sedikit berlari takut-takut jika hujan kembali turun karena ia tak membawa payung. Ingatkan ia untuk keluar membawa payung di lain kesempatan karena sekarang sudah mulai memasuki musim hujan.
◎◎◎◎
"Sampai kapan kau akan melihatnya dari kejauhan? Apa tidak ada niatan untuk menyapa?" Indah gemas sendiri. Ingin rasanya ia mendorong pemuda di sampingnya yang menatap penuh minat seorang gadis yang tengah duduk sambil membaca sebuah buku.
"Aku tak tau kenapa dan bagaimana, tapi percayalah, Clara menyukaimu sejak kalian pertama bertemu. Jadi apalagi yang kau ragukan?" Indah sudah lelah menanyakan hal yang sama. Memangnya apalagi sih yang ditunggu Rafael ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pov Of Love (END)
Storie d'amoreCERITA PENDEK. ________________ Clara tumbuh menjadi seorang manusia yang penuh dengan cinta. Terlalu penuh hingga tak ada alasan untuk tidak memberikan cinta sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang ia sayangi. Terlalu mudah jatuh cinta? Ya bena...