(01) Musang

170 17 3
                                    

Terdengar berisik kaki-kaki berbalut sepatu menginjak dedaunan. Mereka tampak terburu-buru dengan wajah yang khawatir.

Terdiri dari sepuluh orang dengan empat tenaga medis berada ditengah hutan. Hutan belantara yang jarang dijamah manusia, batang pepohonan yang besar dengan dedaunannya yang rimbun, telah menjadi jalur mereka.

"Gimana kalo kita istirahat dulu," ucap seorang wanita. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan keringat yang mengalir diwajahnya.

"Aura!" Seorang wanita menangkap tubuh rekannya yang hampir terjatuh.

"Aku gak papa, Ras."

"Bisa gak kita istirahat disini? Sebentar aja."

"Kapten bagaimana?" tanya seorang tentara yang berada dibarisan depan.

Tentara yang dipanggil Kapten itu tampak diam, matanya mengedar keseluruhan hutan, sebelum matanya jatuh kepada wajah anggotanya yang tidak baik-baik saja. "Baiklah. Hanya beberapa saat, kita harus segera pergi."

"Dua orang pergi memantau barat dan timur." perintah sang kapten.

"Siap." Tanpa perlu di tunjuk dan banyak bicara dua orang tentara pergi melaksanakan perintah.

Sang Kapten berdiri memantau keadaan hutan teropong, mengedarkan pandangannya ke sekeliling hutan.

"Kapten?" panggil seorang anggota.

"Katakan."

"Kita tidak bisa berlama-lama, terlalu berbahaya berada disini," ucap seorang tentara.

"Ya, kita juga harus sampai ke markas sebelum malam tiba," jawab sang kapten.

Empat tenaga medis itu saling pandang, tampak kekhawatiran di wajah mereka. "Sebenernya ini ada apasih? Kenapa mereka tegang begitu?" tanya seorang tenaga medis dengan keheranan.

"Gak tau, tapi tingkah mereka aneh banget, kayak ada sesuatu gitu."

"Apa mungkin kita dalam bahaya," timpal seorang laki-laki yang juga seorang tenaga medis.

Mendengar itu keempat orang itu saling pandang, tidak bisa dipungkiri jika sejak awal mereka sudah merasakan keanehan pada tim patroli ini, mereka terlihat sangat waspada di sepanjang jalan, bahkan sampai saat ini.

"Bukan ngebuat spekulasi kita gak baik, tapi yang saya denger hutan ini bahaya."

"Bahaya?" tanya tiga rekannya secara bersamaan.

"Pelan-pelan suara kalian, mereka bisa denger," tegur laki-laki itu dengan geram.

Pasukan khusus ini berdiri mengelilingi mereka dengan jarak yang cukup dekat, pembicaraan mereka tentu dapat didengar jika terlalu kuat.

"Oke-oke."

"Jadi bahayanya apa, Bang?"

"Kalian tau kan kita gak jadi lewat jalur utama karena ada konflik TNI sama kelompok kriminal di jalur sana, makanya kita lewat jalan ini buat ke pos."

"Iya."

"Semalem waktu aku keluar buat buang air kecil. Saya gak sengaja dengar Kapten Erdan ngomong sama rekan-rekannya kalo jalan yang bakal kita lewatin bahaya."

"Iya bahayanya apa?"

Lelaki itu menggeleng. "Gak tau bahaya apa."

"Gimana sih. Kok gak tau. Udah ah, saya mau buang air."

"Eh Ras ... emang bakal di ijinin."

"Aduh udah kebelet, aku udah nahan dari tadi." Seorang tenaga medis wanita bangkit menghampiri sang kapten yang berdiri didepan didekat pohon besar. "Kapten? Saya mau izin buang air," ucapnya.

HANTU RIMBA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang