02 - 17 years old

333 14 0
                                    

Bukan hanya rindu yang sakit,
namun kecewa juga sakit.
.
.

Hari ini adalah hari yang sangat berarti untukku, Bukankah biasanya seseorang akan senang ketika tiba hari bertambahnya usia mereka? Mungkin itu yang kini kurasakan.

Ucapan dari seseorang yang menyayangiku dan sebaliknya adalah harapanku setiap tahunnya, walaupun sejak kecil selalu ingin dirayakan dengan meriah, namun untuk saat ini mungkin sebuah ucapan sudah sangat cukup bagiku.

Dengan sabar ku tunggu satu persatu orang mengucapkan selamat ulang tahun untukku, namun dengan sedikit kecewa, ada satu orang yang benar-benar berarti untukku, tertinggal pada daftar ucapan. Malam sudah mulai larut namun dengan bodohnya aku masih menunggu ucapan dari seseorang yang tidak mungkin bisa diandalkan.

Ya! Benar! Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, ternyata ucapan itu sudah musnah!
Yang bisa ku lakukan hanyalah mengirim pesan melalui sebuah aplikasi komunikasi.

"Ayah? Ayah sedang apa?
Apa ayah lupa dengan hari ini?

Waktu berlalu, ternyata yang ku lakukan hanyalah sia-sia!!

Malam itu hanya ada kebencian dan kekecewaan di pikiranku. Apakah sesusah itu mengucapkan selamat ulang tahun untuk anaknya? Apa sesibuk itu ia, sampai-sampai lupa dengan tanggal istimewa ku? Apa tidak se berarti itukah aku baginya? Lantas mengapa kau hadirkan aku sebagai anakmu?

Tidak pernah ada rasa benci ku sedikit pun kepadamu, hanya saja kekecewaan itu masih selalu membekas di dalam hatiku, sadarkah kau dengan apa yang telah kau lakukan? Yaitu menyakiti hati orang di sekelilingmu!

Pantaskah aku memanggilmu seorang ayah? Sedangkan bagimu, aku bukan orang penting dalam hidupmu yang bahkan kau tidak pernah menanyakan sedikitpun kabarku.

Lagi-lagi airmata bercucuran deras yang membasahi pipiku seperti hujan yang turun dari langit , mungkin hanya itu yang kini bisa ku lakukan. Ternyata kecewa memang sesakit ini, ternyata aku lemah, namun aku kagum dengan ibuku yang bisa menguatkan dirinya walaupun kekecewaan terus menghantamnya.

Mungkin untuk saat ini, tidur adalah hal yang harus ku lakukan untuk melupakan semua yang membuat diriku lemah. Tubuhku terbaring di atas kasur dengan wajah basah, hidung tersumbat, mata sembab, dan dada yang sesak menahan suara tangisan dari ibuku. Ternyata tidak hanya menahan cemburu yang sakit tetapi menahan suara tangisan juga jauh lebih sakit.


A Million StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang