Di hari Rabu yang terik, Biru Ann Kathelyn mendapatkan teguran keras dari kakak kelasnya. Ini salahnya karena tiba-tiba saja dengan tanpa sengaja memergoki perempuan berambut bob itu tengah merokok di jam istirahat.
"Berani lo lawan gue?! Lo pikir lo siapa ngatur-ngatur gue, hah? Nyokap gue aja gak ribet kalo gue ngerokok?!"
"Ya, kan nyokap lo guru kesiswaan. Wajar sih." bisikannya ternyata terdengar.
Dan mau tak mau Biru sudah menduga jika jambakan itu akan terjadi. Ia meringis. Menjauhkan bando hitam kesayangannya agar tidak patah.
Sial, bagaimana bisa tarikan itu seperti harimau putih yang sedang main tarik tambang dengan empat orang laki-laki dewasa? Apa Diandra ini sebenarnya memang jelemaan hewan tersebut?
"Minta ampun gak lo sama gue!"
"Sumpah kak, lo bau samsu. Mending lo keramas daripada-aww sakit bego!" jawaban gamblang dan berani dari Biru nampaknya kembali menyulut api emosi Diandra.
Seragam Biru kusut saat Diandra mendorongnya kearah dinding. Biru berdecak kesal.
"Banyak bacot lo. Bekasan kayak lo emang gak pantes buat Malik. Gimana rasanya diputusin didepan umum huh? Sakit? Huhuhu cry baby cry. Cup cup."
Biru menampar Diandra. Keras dan telak membungkam omongan sampahnya. Hingga bekas tangannya tercetak merah di pipi perempuan itu. Sejenak Diandra meringis lalu termenung. Menatap tak percaya wajah Biru yang terlihat tenang seperti air.
"Gue menghargai lo sebagai kakak kelas. Tapi keliatannya lo gak menghargai gue sebagai adik kelas." ketus Biru.
Perempuan itu membenarkan kembali posisi bando hitam dikepalanya. Menepuk bahu Diandra untuk menyadarkan perempuan itu segera.
"Lagipula lo salah kak. Yang sampah disini adalah lo. Lo justru yang mungut sampah yang udah gue buang."
Mungkin jika ada hari dimana Biru tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaganya, adalah hari dimana tidak ada seorang pun yang berani membahas tentang hari itu. Dan Diandra sayangnya tidak pernah kapok dan selalu menutup mata dengan fakta yang ada.
🍃🍃🍃
"Ada apaan sih ribut-ribut?"
"Ru, anjir, kayaknya lo perlu cabut sekarang deh."
Tarikan ditangan Biru seolah terlalu tergesa. Biru memandang bagaimana raut panik seorang Mentari ikut membuatnya penasaran. Beberapa orang berkumpul di jam istirahat. Niatnya, mereka ingin kembali ke lab setelah menghabiskan bakso di kantin. Namun kerumunan di depan ini seakan menghambat perjalanan.
Bikin panas. Dan berisik.
"Ru please kita lewat jalan lain aja yuk! Gu-gue mau ke perpus, gue lupa ada buku paket yang mau diambil. Soalnya-"
"Nanti aja lah, gue udah gerah banget. Ini pada ngapain sih woy minggir dikit dulu dong, gue mau lewat. Misi misi. Air panas air panas."
Biru menarik tangan Mentari untuk menerobos lautan manusia. Disaat seperti ini rasanya memang ia perlu mendinginkan kepalanya dibawah ac lab. Biru mendengar bisik-bisik tentang satu nama yang sudah tidak asing lagi diingatannya. Sejenak ada gelombang penasaran menghampiri.
Ada apa sih?
Namun ketika ia mencapai pinggir kerumunan, langkah Biru langsung membeku saat tatapannya jatuh memandang seorang pria yang sangat ia kenal baik tengah berlutut didepan seorang wanita dengan sekuntum bunga mawar merah ditangan.
Raut bahagia kedua remaja itu sontak membuat Biru mual.
"Jadi pacar gue ya?"
Dan kalimat itu seakan menjadi dinamit meledak didalam dadanya yang kini sesak. Biru kembali berlari melawan arah. Kedua matanya entah mengapa terasa panas. Yang ia tahu, ia perlu meredakan kecamuk asing yang menahan jalur respirasinya.
Patah hati pertamanya ternyata datang dari orang yang selama ini selalu ia agungkan dihadapan orang-orang terdekatnya.
Malik, sialan.
🍃🍃🍃
Hi, back again with a new story! Apa kabar kalian? Semoga baik baik selalu yaa. Ikutin terus cerita fresh ini yaa. Karena nantinya akan ada banyak kejutan dan ketegangan di setiap babnya :)
Ryujin as Biru ;D
CZYTASZ
If The World Was Ending
Teen FictionDidunia ini ada tiga hal mustahil yang menurut Biru Ann Kathleen tidak akan pernah terjadi selama hidupnya. Pertama; Biru suka balon, kedua; kembali menjalin hubungan dengan Malik, ketiga; kiamat. Karena jika ketiga hal itu bisa Biru lewati, ia aka...