[2] The Physicist Wife Who Overturned The World

287

Ikan itu setidaknya seukuran kuda, atau bahkan lebih besar. Beratnya setidaknya dua hingga tiga ratus kilogram. Selanjutnya sisik ikannya seperti besi hitam, bersinar dengan cahaya putih keperakan. Gigi yang terlihat besar dan tajam. Ada dua tanduk di kepala ikan, dan ekornya lebih panjang dari ikan biasa. Itu mengeluarkan aura berbahaya.

Yang lebih mengejutkan lagi, masih ada petir biru pada ikan besar itu. Meski berada di tanah, busur kecil petir menyambar tubuhnya, membuat jantung seseorang bergetar.

Ikan yang sangat besar dengan kilat di tubuhnya dan sisik yang lebih keras dari besi hitam...

Lupakan empat keluarga besar, bahkan Xue Fanxin dan yang lainnya belum pernah melihat hal seperti itu. Hanya dengan melihat sisiknya, mereka tahu bahwa itu tak bernilai harganya. Siapa pun yang memiliki mata yang baik akan tahu bahwa itu lebih berharga daripada besi hitam.

Gu Jinyuan adalah Tuan Muda Perusahaan Perdagangan Harta Karun Surgawi dan telah melihat banyak harta karun. Sekilas dia bisa mengetahui betapa berharganya sisik ikan besar itu, dan matanya menatap lurus ke arah sisik itu.

Ada begitu banyak timbangan, dan semuanya sangat berharga. Mungkinkah berharganya ikan ini? Selain itu, itu tidak termasuk daging...

Baru sekarang orang-orang dari empat keluarga besar mempercayai Little Lei. Ikan yang mereka tangkap setelah berusaha keras sebenarnya hanyalah bayi. Ikan yang sangat besar seperti yang mereka lihat sekarang...

Namun, kemampuan mereka menangkap ikan dewasa?

"Apa... ikan yang sangat besar!"

"Ikan ini cukup untuk kita makan berhari-hari."

"Bisakah itu dimakan?"

Dengan bounty sebesar itu di depan mata mereka, akan aneh jika orang-orang dari empat keluarga besar tidak bersemangat. Banyak yang berjalan perlahan ke depan dan mendekati ikan besar itu. Niat mereka sudah jelas. Mereka semua menginginkan sebagian kue. Bahkan jika mereka tidak memburunya, mereka yang melihatnya memiliki bagian...

Tuan Ketiga Xue juga termasuk di antara orang-orang ini. Dia mengeluarkan air liur karena ikan besar itu. Dia mengambil beberapa langkah ke depan dan menyadari bahwa Xue Fanxin tidak bermaksud menghentikan. Dia melangkah beberapa langkah lagi. Saat dia mendekati ikan besar itu, dia benar-benar mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, tapi pada akhirnya...

"Ah..." Tuan Ketiga Xue berteriak. Tubuhnya dipenuhi petir biru. Meski petir menghilang dalam sekejap mata, itu sudah cukup untuk melumpuhkannya. Dia tersengat listrik hingga terbaring lemah di tanah. Rambutnya berdiri tegak, dan seluruh tubuhnya kram. Wajahnya pucat seperti kertas.

"Paman Ketiga, ada apa?" Xue Hanxi ingin membantu Tuan Ketiga Xue berdiri, tetapi ketika tangannya menyentuh tubuhnya, dia terkejut. Dia dengan cepat menarik tangannya.

Jika dia tidak berhenti tepat waktu, dia mungkin berada dalam kondisi yang sama dengan Tuan Ketiga Xue.

Little Lei menoleh dan tertawa, "Bodoh sekali. Jelas ada aliran listrik di sana, namun dia tetap menyentuhnya. Dia mendekati kematian."

Xue Fanxin sedang mempelajari ikan besar itu, tetapi dengan pelajaran dari Tuan Ketiga Xue, dia tetap mengendalikan tangannya. Namun, dia tidak bisa mengetahui apapun hanya dengan melihatnya. Tak berdaya, dia hanya bisa bertanya kepada seorang pemuda arogan, "Lei kecil, ikan ini berisi listrik. Aku bahkan tidak bisa menyentuhnya. Bagaimana kita bisa membandingkannya?"

"Menonton ini." Lei kecil berjalan mendekat dan mengulurkan telapak tangan untuk menyedot semua listrik dari ikan besar itu.

Ikan besar itu awalnya masih bernapas, namun setelah listriknya disedot hingga kering oleh Little Lei, ia berhenti bernapas dan lebih mati dari mati. Materi ini dihapus pada n0v𝕖lbin★

Little Lei mengulurkan tangannya dengan lembut, mengibaskan petir yang terserap. Dia memandang Xue Fanxin seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan berkata sambil tersenyum cerah, "Kak, saya sudah menyerap semua listrik di tubuhnya. Kapan kamu akan memanggangnya untukku?"

Lei kecil benar-benar menyukai makanan. Dia selalu ingin makan. Apa pun yang layak dimakan enak di matanya.