Bel masuk berbunyi. Semua murid yang masih berada di sekitaran sekolah masuk ke kelasnya untuk memulai pembelajaran pagi hari.
"eh eh hari ini pelajarannya pak Gion kan ya? pasti si Arina nilainya bagus kan dia simpenan pak Gion" ucap Asya, tepat di sebelahnya adalah Arina, ia mengeraskan suaranya agar semua temannya mendengarkannya.
"Ahahhahah, iya tuh simpenan pak Gion pantes nilainya 100 mulu" ucap Disna begitu keras agar semua orang mengucilkannya.
"kasian pak Gion, masi muda malah cari simpenan pembunuh" ucap Silla dengan keras, dari kedua temannya Silla merupakan orang yang ucapannya paling ganas dan pedas. Walaupun dia jarang berbicara tetapi jika ia mengejek seseorang orang tersebut seperti tertusuk-tusuk dengan ucapannya.
Arina yang sudah terbiasa mendengar hal itu setiap hari hanya bisa diam saja.
Pintu kelas yang dibuka, memperlihatkan seorang guru muda dengan kemejanya yang berwarna putih serta celana hitamnya. Dia pak Gion Alfedro. Dia merupakan guru termuda yang mengajar di SMA BANGSA AGUNG. Ia mengajar pelajaran matematika.
"Beri salam" ucap ketua kelas bernama Zirto, ia merupakan murid pendiam. Ia selalu mengejar nilai, ia selalu bersaing dengan Arina karena Arina selalu mendapatkan peringkat 1 sedangkan dia peringkat 2.
"Selamat pagi pak" ucap murid-murid
"Selamat pagi juga anak-anak" ucap pak Gion yang duduk di kursinya.
"untuk materi hari ini membahas geometri bidang datar" ucap pak Gion dengan keras.
Pak Gion menerangkan materi tersebut dengan jelas dan mudah untuk dipahami Arina.
"Nah bapak ada 3 soal siapa yang mau maju?" ucap Pak Gion memberikan 3 soal tentang materi geometri bidang datar. Tak kunjung ada jawaban pak Gion berinisiatif untuk menunjuk beberapa orang, tapi Arina sudah berdiri dan berjalan ke arah papan tulis.
"bagus Arina, ayo silahkan kerjakan" ucap Pak Gion sembari memberikan spidol kepada Arina.
Murid-murid yang melihatnya pun hanya memandang jijik Arina karena sok bisa mengerjakan materi geometri, karena sebelumnya belum pernah diterangkan.
Tak butuh waktu lama Arina mengerjakan ketiga soal tersebut tanpa di suruh oleh pak Gion. "loh saya suruh ngerjain 1 malah ngerjain 3" ucap pak Gion heran.
"gapapa pak, pasti ga ada yang mau jawab" ucapku pelan kemudian meletakkan spidol tersebut di meja pak Gion.
Aku berjalan menuju tempat duduk ku, tetapi ada beberapa murid yang melempari ku dengan segumpal kertas yang sudah mereka buat dengan tambahan air liur yang mereka sengaja di gumpalan kertas itu.
"hei hei yang lempar, ambil kertasnya buang ke tong sampah depan" ucap pak Gion.
"selamat Arina soal kamu benar semua" ucap pak Gion.
"tepuk tangan dong anak-anak, kalian harus mengapresiasikan hal seperti ini, bukan mengapresiasikan tawur-tawuran yang ga jelas" ucap pak Gion tetapi tetap tidak ada jawaban dari murid-murid.
PROK PROK PROK Galang dan Gesya bertepuk tangan paling keras sendiri, walaupun hanya mereka berdua tetapi mereka mengapresiasikan Arina.
Setelah jam pelajaran berakhir waktunya jam istirahat. Aku pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukaku. Gesya dan Galang pergi ke kantin untuk membeli makanan.
"woilah si pembunuh disini cok" ucap Asya dengan ekspresi jijiknya melihat Arina yang membuka manset lengannya dan kemudian membasuh nya dengan air.
"berisik" ucapku sekilas melihat kearah Asya kemudian membasuh muka dengan air mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina dan Luka yang Dipeluknya
Short StoryAngin di malam hari berhembus dengan cepat yang mengenai tubuhku, rasanya aku ingin menenggelamkan diriku sendiri di dalam air laut itu. Rasa dingin yang ku rasakan ketika aku berjalan ke arah lautan, langkah demi langkah ku lalui tak kusangka air...