3

29 18 1
                                    

Jika kalian diberi satu pertanyaan ini, apa hal pertama yang kalian pikirkan. Hanya satu yang tak mungkin kembali, apa itu?
"nyawa" ucapku ketika dia melontarkan pertanyaannya.

...

Malam hari menurut ku merupakan waktu yang paling indah untuk meluapkan semua isi hati.

Tapi ada dimana waktunya, malam hari bukan menjadi malam yang indah.

"papa kenapa mukul aku lagi pa, aku cape pa" ucapku menangis kali ini bukan di kamar mandi, melainkan di gudang kosong dekat ruang dapur rumahku.

Aku di pukul dibagian kaki kiri menggunakan kayu besar yang ia dapatkan di sekitar gudang itu. Pukulan demi pukulan ia memukul ku.

Darah segar yang keluar dari sela-sela tubuhku. Rasa sakit yang hanya bisa kurasakan tanpa ada perlawanan dariku.

Setelah ia puas karena telah melampiaskan semuanya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan ku yang menangis.

Shayla yang melihat ku dari luar gudang hanya menampilkan smirk nya kepadaku dan pergi begitu saja.

Aku mencoba berdiri perlahan-lahan, aku berjalan keluar menuju ke kamarku. Cuaca saat itu hujan disertai dengan kilatan petir yang menyambar.

Setiap aku berjalan darah menetes mengenai lantai rumah.

Tak ada satupun yang melihat karena waktu menunjukkan pukul 23:00. "Mungkin mereka sedang tidur di jam segini atau tidak?" Gumam ku di depan gagang pintu kamar.

Sinar pagi masuk melalui sela-sela jendela kemudian mengenai mataku, cahaya tersebut membuatku terbangun.

Tanganku mengusap-usap mataku secara perlahan, menyingkirkan selimut yang masih melekat dengan tenang aku beranjak keluar kamar memperlihatkan keadaan rumah bak kapal pecah dengan keheningan bercampur dengan hawa panas ketika mengingat kejadian masa lalu.

Arina dan Luka yang Dipeluknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang