4

27 19 4
                                    

"Siapa?, saya tidak kenal jadi silahkan pergi sebelum saya panggilkan satpam"

...

Drtttt Drttttt
Arina meraba-raba tempat tidurnya untuk mencari handphone nya yang tenggelam bersama dengan beragam boneka yang berada di tempat tidurnya.

"Halo, dengan Ananda Arina?" ucap seseorang dari sebrang handphone,  suara laki-laki yang tak dikenalnya menggema di dalam ruangannya.

"Dengan saya Arina sendiri, dengan siapa?"  ucap Arina yang tadinya masih tiduran sekarang beranjak duduk di tempat tidurnya.

"Kamu sudah lupa? kenapa tidak cek perkembangan kanker paru-paru?"

"Hah kanker paru-paru? ada-ada saja anda ini, saya tidak punya penyakit kanker paru-paru"

"Apakah ini benar dengan Ananda Arina Deiri?" ucap laki-laki tersebut dengan nada kebingungan dan dapat dirasakan oleh Arina.

"Arina Deiri? siapa? saya ga kenal jangan ngadi-ngadi deh pak, saya ARINA DEIRA., sama namanya tapi beda 1 huruf, terimakasih saya matikan teleponnya" ketus Arina dengan nada tingginya.

"Tunggu.., jadi ini bukan Arina Deiri? terus kenapa nama kamu sama dengan Deiri? dan kenapa nomor Deiri kamu yang angkat?dimana Deiri" ucapnya memastikan sekali lagi.

"Saya ga tau terimakasih."  ucap Arina langsung mematikan handphone dengan rasa kesalnya.

"Hei tunggu.."

   .......

"Jadi dia tidak Deiri? terus kenapa nama dia sama dengan Deiri? bukankah Deiri tidak mempunya kembaran sama sekali?" ucap laki-laki di ruangannya yang didalamnya terdapat meja konsultasi serta rak buku setinggi 100cm di dalamnya.

   ...

"Tadi siapa sih, bikin kesel aja lagi bangun tidur juga udah di tanyain kaya gitu" ucap Arina kemudian melihat kearah jam menunjukkan pukul 15:00 membuatnya sontak kaget beranjak cepat turun dari tempat tidur.

Di tengah-tengah tangga Arina, melihat ke semua arah tak terlihat siapapun disana.
"Mungkin belum pada pulang kali ya.."

"Eh lupa kan mereka bertiga pergi ke luar kota jadi tinggal aku sendiri di rumah, sepi rumah kotor lagi tapi gapapa deh Arina kan anak kuattt" ucap Arina mencoba menyemangati dirinya sendiri dengan tersenyum lebar menampakkan giginya.

Beberapa menit setelah dia turun bel pintu dari luar ruangan berbunyi kencang memenuhi ruang tamu, Arina sigap membukakan pintu untuk mengecek siapa yang memencet bel.

Laki-laki didepan Arina sekarang menggunakan kemeja putih dengan dua kancing atasnya tak dikancing dan bawahannya berwarna hitam, di tangan kirinya ia menggenggam sekantung plastik berwarna hitam serta jas berwarna putih yang sudah lepas sedari tadi.

"Cari siapa kak?" ucap Arina menyambut orang tersebut dengan senyum ramahnya dengan tangan kirinya yang menutupi lukisan indah yang terukir dengan berwarna kan biru di tangan kanannya.

"Saya ........., kamu Arina Deiri kan? tepat di depan mata kepala saya sendiri?" ucapnya dengan nada lembut serta menampakkan tatapan khawatirnya.

"Ohh, anda yang di telfon tadi ya, mohon maaf ya kakak, saya ini ARINA DEIRA BUKAN ARINA DEIR ini mungkin anda salah orang"

"Saya tidak salah orang, memang ini yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri adalah Arina Deiri" ucapnya kekeh dengan Pernyataannya tersebut.

"Saya tidak kenal dengan anda maupun Arina Deiri jadi berkemungkinan besar anda salah orang dan silahkan berbalik badan kemudian meninggalkan rumah ini."  ucap Arina kemudian menutup pintu rumahnya sontak lelaki tersebut pun mencegah menutupnya pintu dengan memegang gagang pintu tersebut.

"Lepas atau saya panggil satpam di Kompleks ini untuk mengusir anda" ucap Arina dengan raut wajah amarahnya

"Kamu memang Deiri dari segi wajah dan segalanya kamu mirip sekali dengan Deiri"

  Melihat terdapat salah satu satpam kompleks yang memutari pekarangan perumahan itu kemudian Arina meneriaki Satpam tersebut untuk menyuruh lelaki dihadapannya pergi.

"PAK JAMAL TOLONG USIR DIA" ucap Arina berteriak ke arah satpam tersebut yang bernama Pak Jamal dengan sigap berlari menuju ke rumah Arina.

Melihat satpam yang mulai mendekat, lelaki tersebut bergegas menuju mobilnya dan menancapkan gas mobil dan keluar dari gerbang rumah Arina. Pak Jamal yang melihat hanya bisa meneriaki laki-laki tersebut yang mulai menghilang cepat beserta mobil BMW seri 3 berwarna hitam.

Arina dan Luka yang Dipeluknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang