Pengumuman Penting

962 62 15
                                    

CANDA'S POV - 2021

-----------


Belum juga jarum jam hadiah dari toko emas yang menggantung di ruang tamu menyentuh angka 7, tapi rumahku ini sudah riuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Belum juga jarum jam hadiah dari toko emas yang menggantung di ruang tamu menyentuh angka 7, tapi rumahku ini sudah riuh.

Dari celah pintu depan yang terbuka, aku bisa melihat Ibu menggelengkan kepala dengan raut wajah kesal. Tanpa memicingkan mata pun aku tahu ekspresi itu berasal dari tanaman anggreknya yang amburadul digulung angin saat hujan deras semalam.

"Ck ck ck. CAN, TOLONG AMBILIN PENGKI, NAK."

Hhhh... pagi-pagi udah disuruh touch some grass.

"Perasaan semalem tak taruh di sini. Can, liat kacamata Ayah nggak?"

Langkahku baru sejauh dua jinjit, tapi sudah dicegat lagi.

"Udah cek di kamar belom?"

"Enggak, Ayah gak taruh di kamar. Semalem Ayah baca buku di ruang tamu ini. Jadi harusnya ada di atas meja. Can, bantu sini!"

"Tangan Can kotor, Yah." Kepalaku refleks mendongak untuk melihat siapa yang ada di ruang keluarga. Pemandangan di sana sedikit terhalang rak buku aayah yang dijadikan sekat ruangan. "LINTANG, BANTU AYAH CARI KACAMATANYA DI SINI DONG——"

"MAS KANAAAA KAN UDAH DIBILANG JANGAN PAKE KAOS KAKI DEDE!!! JADI MELAR KAN! IHHHH NYEBELIN. IBUUU, MAS KANA PAKE KAOS KAKI DEDE LAGI."

Jeritan minta tolongku kalah nyaring dengan suara si bungsu.

Enggak, dia baru wisuda S1 bulan lalu. Bukan anak umur lima tahun.

"Semalem dingin banget. Emang kamu gak kedinginan?"

"Ya dingin!! Tapi kan bisa pake kaos kaki Mas Kana sendiri!" dumel Lintang, tanpa ragu menarik kaos kaki kelinci itu dari tapak Mas Kana.

"Yang namanya kaos kaki memang sifatnya akan melar. Semua cuma soal waktu."

Oh... lihat itu abang-abang brewokan yang lagi asik makan nasi goreng sambil nonton Spongebob. Si juara 1 guiltrip. Persis bapaknya.

Berhasil menjauh dari segala huru-hara (setelah sujud untuk mengambil kacamata Ayah di bawah kursi), aku pun bergegas mandi. Kucuran air pagi ini lebih dingin dari biasa, satu-satunya efek hujan semalam yang kusyukuri datangnya. Air dingin selalu bisa menjernihkan isi kepalaku. Sekaligus meredam bising di balik pintu plastik ini.

Sebenarnya jika bisa ikut mengeluh, aku ingin sekali marah ke Lintang karena lupa mengangkat jemuran sehingga semua kaus kakiku lembap.
Enggan juga rasaku berangkat ke kantor dengan kondisi badan hangat basian kehujanan.  Masalah-masalah domestik ini biar kutelan saja bersama teh hangat dan mangga Indramayu yang baru dipotong Ibu.

Pokoknya prinsipku kuat, kenyang, kalem!

"Gak mau tahu pokoknya nanti malem kita ke AEON! Beliin Dede kaos kaki baruuu!"

Jokes on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang