Part 1

118 12 0
                                    

Flashback

"Kak pulang, ibu kambuh lagi. Kali ini lebih parah dari kemarin. Aku bingung ayah enggak pulang dari 3 hari lalu" ucap seseorang dari balik telfon itu.

"Tenang dek tenang, sekarang posisi kamu di mana? Ibu udah dibawa ke rumah sakit?" Jawab Keira dengan menahan rasa kekhawatirannya.

"Iya kak, aku udah di rumah sakit, tadi pak RT bantu bawa ibu ke sini. Kak aku takut" ucap lelaki itu sambil menangis.

"Oke tenang, besok pagi kakak bakalan pulang. Lupain soal ayah. Sekarang kasih telfon ini ke perawatnya supaya kakak bisa selesaiin semua keperluan rumah sakit"

"I-iya kak," laki-laki itu kemudian beranjak ke ruang administrasi. Membiarkan Keira mengurus segala urusan rumah sakit dari balik telfon.

"Tenang ya dek, semua urusan rumah sakit udah kakak urus. Tolong jaga dan tetep di samping ibu terus. Kakak nanti pulang di jadwal kereta paling pagi. Tunggu kakak, kalau ada apa-apa langsung telfon kakak ya" ucap Keira menenangkan.

"Kakak hati-hati pulangnya. Aku tunggu di sini sama ibu"

"Iya dek pasti, kakak tutup ya. Kakak mau siap-siap"

Percakapan itu akhirnya selesai. Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Namun kantuk Keira sudah hilang sempurna. Ia sudah tidak bisa tenang lagi. Pikirannya hanya satu, pulang dan bertemu dengan ibu.

Flashback end

2 bulan sudah setelah keputusan besar yang ia ambil. Ya, setelah kejadian malam itu ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.

Keira adalah anak pertama dari dua bersaudara. Lahir di keluarga yang pas-pas an ditambah kelakuan ayahnya yang semakin hari semakin menjadi. Sampai di titik sekarang ayahnya itu tidak kembali lagi ke rumah.

Uang yang Keira kirimkan ke ibu untuk berobat dan biaya sehari-hari habis dibawa kabur oleh ayahnya. Bahkan uang yang katanya hendak dibelikan motor untuk adiknya sekolah pun tak luput diambil. Padahal saat itu Keira tidak memiliki tabungan, ia baru saja gajian untuk pertama kalinya. Alhasil ia pun mencari pinjaman agar bisa memberikan uang itu.

Hampir semua uang gajinya di kantor ia berikan kepada ibu. Bahkan ia rela bekerja part time saat pulang dari kantor atau hari libur demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Ibu dan adiknya selama ini bekerja sendiri. Ibunya sebagai tukang gosok dan menjual beberapa kue rumahan yang dititipkan di warung-warung. Atau tenaga masak di sebuah catering. Adiknya yang masih duduk di bangku kelas 10 SMA hanya bisa membantu ibu menjualkan kue atau menggosok pakaian kalau ramai.

Fakta itu membuat Keira sangat marah dan sedih. Ia tak terima ibu dan adiknya ternyata tidak merasakan jerih payahnya selama ini. Uang itu habis untuk foya-foya ayahnya semata.

Penyakit jantung ibu yang kumat ini pun akibat dari kondisi ibunya yang selalu terforsir. Obat-obatan pun hanya ala kadarnya, karna memang uangnya tidak ada.

Hanya dengan berbekal ijazah SMK dan ketekunannya ia bisa bekerja di sebuah perusahaan start up ibu kota sebagai pembantu divisi accounting. Dari lubuk hatinya memang ia sebenarnya ingin mengenyam bangku kuliah. Namun kondisi keluarga mengharuskannya mengalah.

"Dek, nanti pulang sekolah kalau nggak ada les kakak minta tolong jaga ibu dulu ya. Hari ini kakak pulangnya maleman terus nanti langsung ke rumah sakit temenin ibu. Kalau mau belajar, di rumah sakit dulu ya" ucap Keira pada Arseno adiknya.

"Iya kak, kalau gitu aku siap siap bawa buku buat besok sekalian aja" Jawab Arseno kemudian bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Saat ini ia sudah benar benar pindah dari tempat kerjanya dulu. Keputusan ini tak gampang memang karna gaji kerja di ibukota lebih besar. Namun kondisi ibunya yang belum ada kemajuan mengharuskannya memilih keputusan ini.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang