Part 6

119 17 1
                                    

"Mohon maaf Pak, Bu, darah ini bisa jadi darah menstruasi. Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan dan frekuensi darah yang dikeluarkan cukup banyak, embrio yang kita transfer kemarin sudah terlepas" ucap dokter Tari menjelaskan.

"Tapi dok saya sehat sehat saja setelah transfer kemarin, kenapa tiba-tiba begini?" Tanya Keira sambil menangis.

"Ibu Keira ini sepertinya melakukan pekerjaan yang berat setelah transfer embrio kemarin ya. Walau tidak 100% kelelahan menjadi penyebab. Namun tidak berarti kita bisa menganggapnya enteng. Jadi dengan berat hati saya katakan program bayi tabung ini gagal"

"Kapan kita bisa lakukan program ini lagi?" Kini Jonas mulai membuka suara setelah diam sedari tadi. Pikirannya kacau sebenarnya apalagi melihat wanita yang notabene istrinya itu menangis dari tadi.

"Setelah kegagalan, berarti kita harus memulai serangkaian perawatan dari awal lagi, kira kira butuh waktu 2-3 bulan sampai bisa transfer embrio. Tapi kami akan selalu pantau keadaan ibu Keira, ketika tubuh sudah memungkinkan, secepatnya bisa kami lakukan tindakan" ucap dokter Tari meyakinkan.

"Oke lakukan apapun sampai program itu cepat dilakukan lagi" ucap Jonas serius kemudian pergi meninggalkan ruangan dokter itu. Meninggalkan Keira yang kini masih menangis memikirkan segala hal yang terjadi pada dirinya.

______________________________________

Sekarang Keira sudah berada di rumah besar itu lagi. Hari-hari hanya ia isi dengan menangis dan memikirkan hal hal yang semakin membuatnya gelisah. Ia berjuang sendiri disini, tidak ada keluarga yang memberikannya support. Beruntungnya ia masih ada bi Narti yang dengan telaten merawat dirinya.

"Mbak, jangan nangis terus gih. Makan yang banyak lah mbak. Atau mau ikut bibi ke pasar ikan aja nggak? Saudara bibi mau ada arisan, bibi rencana mau masakin pepes buat besok dianterin" tawar bi Narti saat membawakan makanan ke kamar Keira.

Keira pun beranjak duduk. Entah kenapa justru air matanya kini keluar kembali.

"Bi, Keira ngerasa nggak becus jadi ibu. Seharusnya sekarang Keira udah dinyatakan hamil, tapi karena Keira seenaknya sendiri dia pergi. Keira takut banyak hal bi, bahkan sekarang bapak juga gak pernah pulang semenjak dari rumah sakit. Mau sampai berapa lama lagi Keira terkekang disini bi. Aku capek" ucap Keira sambil terisak.

"Mbak bibi nggak tau perasaan dan semua kesulitan yang mbak alami selama ini gimana jadi mbak gapapa nangis sebanyak apapun. Tapi mbak harus tau bibi bakalan terus ada di samping mbak. Mbak udah saya anggap anak sendiri, jadi jangan segan-segan buat cerita ke saya ya mbak. Saya cuma minta satu, mbak harus kuat buat diri mbak sendiri, ya?" Ucap bi Narti, tangannya dengan tulus menggenggam tangan Keira.

Tangis Keira kini semakin pecah, ia luapkan semua tangisannya di pelukan bi Narti. Siang itu perasaan dan pikiran buruk yang selama ini menyelimuti dirinya mulai pudar. Benar apa kata bi Narti, ia harus kuat untuk dirinya sendiri. Orang orang yang ia cintai menunggunya kembali.

Ia harus selesaikan semua yang telah ia pilih. Kejadian buruk yang telah menimpa dirinya tidak boleh terulang lagi ke depannya.

5 hari setelah pernyataan bahwa program itu gagal, Jonas masih belum pulang. Di sisi lain kini Keira berusaha untuk kembali kuat. Dirinya mantap untuk tidak menjadi lemah lagi. Ia harus berani demi kebaikan dirinya sendiri.

"Bi, kira kira kalau Keira pengen masak kue gitu aman gak ya bi?"

"Masak tinggal masak ajalah mba, biar alat alat dapur pada kepake. Saya udah tua, udah enggak mahir lagi pakai alat alat begituan"

"Bibi mah bisa aja, orang masih cantik begitu. Okedeh nanti kita ke supermarket ajalah bi sekalian beli keperluan rumah. Keira lagi pengen banget bikin kue, nanti kita beli beli bahannya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang