Pagi itu mereka akhirnya pergi bersama ke rumah sakit. Setelah semua yang terjadi semalam, rasa benci Keira terhadap laki-laki itu muncul kembali. Memang ia tetap memasakkan sarapan untuk laki-laki itu. Namun, bukan dari hati ia melakukannya. Melainkan sebuah perintah bagi seorang pekerja.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit hanya keheningan yang ada di dalam mobil. Keira sibuk melihat jalanan dan Jonas, yah apalagi kalau bukan pekerjaan. Hari ini bukan weekend, tentu ia harus bekerja walau dalam kejauhan.
Setelah semua pemeriksaan selesai dan Keira benar benar dinyatakan siap, kini saatnya tindakan dilakukan. Rasanya begitu sakit setelah sel telurnya diambil. Ini pertama kali bagi Keira. Ternyata begini perjuangan orang orang yang ingin memiliki anak. Kini Keira sadar, perjuangan ibu memang begitu besar.
Mereka harus menunggu 7 hari untuk transfer embrio ke rahim Keira. Sampai sejauh ini semuanya lancar, rasa lega terbesit di hati Keira. Ia ingin semuanya cepat selesai.
"Nyonya kenapa tegang banget?" Tanya bi Narti ketika Keira duduk di meja makan.
"Hari ini transfer embrio bi, Keira bener bener takut. Doakan Keira ya bi semoga lancar sampai Keira dinyatakan hamil"
"Pasti nyonya, Tuhan selalu menyertai"
_____________________________________Tuhan, transfer embrio ini ternyata lebih sakit dari pada kemarin. Tidak ada yang menemaninya, hanya Ben yang mengurus segala administrasi hari itu. Kemana Jonas? Dia bahkan lebih mementingkan kolega bisnisnya dari pada Keira.
Bahkan hingga dua hari ia rawat inap untuk menstabilkan kondisinya. Sang suami 'kontraknya' itu tidak datang sedetikpun.
"Gini ya rasanya berjuang sendiri. Kalau bukan karena ibu aku gak akan mau Tuhan" ucap Keira bermonolog. Kini dirinya masih bersandar di kasur rumah sakit.
Sambil memegang perutnya yang rata ia berkata "nak, cepet hadir di perut mama ya. Mama sama papa tungguin kamu ada diantara kita. Ckk bahkan apa boleh panggilan mama itu tersemat buat aku?" Ucap Keira sambil meneteskan air mata.
"Halo, nona Keira. Gimana keadaan hari ini, masih nggak nyaman sama perutnya?" Tanya dokter Tari memastikan ketika berkunjung.
"Sampai sejauh ini aman dok, cuman masih nyeri sedikit"
"Oh kalau gitu berarti aman. Okey hari ini udah boleh pulang ya. Pesen saya karna kemungkinan transfer embrio ini bisa gagal, tolong Nona jaga diri baik baik. Jangan kerja yang berat berat dulu. Vitamin dan obat yang saya resepkan juga jangan lupa diminum. Selalu makan bergizi! Okey?" Ucap dokter Tari memberi nasehat, Keira pun mengangguk mengiyakan.
Sekarang Keira sudah berada di rumah, Hanya bi Narti yang benar benar merawatnya seperti ibu kandung. Sedih memang, tapi setidaknya ada yang bisa ia harapkan kehadirannya di rumah ini.
"Kata mas Ben nyonya harus banyak istirahat ya. Jangan bantuin bibi yang berat berat dulu ya nyonya. Nanti urusan masak biar bibi aja dulu yang urus, nyonya istirahat aja pokonya"
"Hehe iya bi, makasih banyak. Keira jadi ngrepotin bibi begini"
"Enggak ah, nyonya ni udah saya anggep kayak anak saya sendiri. Jangan sungkan sungkan nyonya"
"Bibi jangan panggil Keira nyonya terus dong kalo gitu berarti. Panggil nama aja ya, Keira ngerasa gak pantes"
"Jangan dong, nyonya kan istrinya bapak. Masak saya panggil nama"
"Bi, disini Keira juga pekerja, status itu cuma dua tahun. Bibi tau sendiri pasti. Jadi tolong banget ya bi" ucap Keira dengan mata berkaca-kaca.
"Yasudah saya panggil mbak aja ya karna kita sama sama dari Jawa" ucap bi Narti sambil tersenyum dengan Keira yang mengangguk menyetujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Romance*HIATUS SEMENTARA* NB : next part dlm waktu yg tidak bisa ditentukan, author sedang skripsi 😔🙏🏻 Setelah Ayahnya kabur meninggalkan keluarganya, Keira yang telah mapan bekerja di ibukota harus kembali ke kampung halamannya demi mengurus ibunya yan...