Chapter 5

2.6K 164 3
                                        

Pagi hari ini, Chika berangkat lebih awal ke kantor dengan tujuan meminta maaf kepada Zean. "Pak Zean," katanya sambil mengetuk pintu ruangan Zean. "Saya masuk, ya?" katanya setelah membuka pintu.

Namun, Chika terkejut karena Zean tidak berada di ruangannya. "Mungkin Pak Zean masih di jalan," pikir Chika.

Setelah beberapa jam berlalu, Zean masih belum datang, sehingga Chika mulai merasa khawatir. Ia berniat untuk menelepon Zean untuk menanyakan alasan ketidakhadirannya hari ini.

"Halo, Pak Zean."

"Ada apa?" tanya Zean dari seberang sana.

"Pak Zean tidak datang ke kantor hari ini?" tanya Chika melalui telepon.

"Pak Zean sakit?" lanjutnya.

Namun, sebelum Chika bisa mendapatkan jawaban, teleponnya diputus secara sepihak oleh Zean.

"Apa Kak Zean marah sama aku?"

"Sebenarnya, aku juga memiliki perasaan cinta sama Kak Zean, tapi aku udah terlanjur bilang engga. Gimana aku bisa memperbaiki kesalahan itu?"

"Mungkin aku bisa tanya sama Kak Jaenan, siapa tahu dia tahu alamat rumah Kak Zean."

"Kak Jaenan," panggil Chika.

"Kenapa, Chik?" jawab Jaenan.

"Apa kamu tahu alamat rumah Pak Zean?" tanya Chika.

"Tentu saja, aku tahu. Kenapa kamu bertanya?" jawab Jaenan.

"Bisa antarkan aku ke rumah Pak Zean tidak? Aku memiliki hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya," minta Chika.

"Oke, tunggu sebentar ya? Aku harus menyelesaikan pekerjaan dulu," jawab Jaenan.

"Iya, Kak," jawab Chika.

Setelah beberapa puluh menit menunggu, Jaenan akhirnya mengantarkan Chika ke rumah Zean.

"Rumahnya ada di sana. Aku akan kembali dulu, ya?" kata Jaenan.

"Iya, Kak," jawab Chika.


Suara ketukan pintu terdengar, "Tok tok tok." Chika memanggil, "Pak Zean."

Sebuah suara dari dalam rumah menjawab, "Sebentar."

Pintu rumah terbuka lebar, dan seorang wanita berdiri di ambang pintu. "Kamu siapa dan mau apa ke sini?" tanyanya dengan nada sedikit curiga.

"Saya Chika, Tante. Saya ingin berbicara dengan Pak Zean," jawab Chika dengan sopan.

Veranda, wanita yang berdiri di ambang pintu, memandang Chika dengan mata yang sedikit tajam. "Jangan-jangan ini cewek yang menolak Zean," pikirnya dalam hati.

Namun, Veranda tidak menunjukkan kecurigaannya dan berkata, "Silakan masuk, aku akan memanggil Zean."

Veranda berjalan menuju kamar Zean, meninggalkan Chika sendirian di ruang tamu. Suara ketukan pintu kamar terdengar lagi, "Tok tok tok."

"Masuk," kata Zean dari dalam kamar.

"Ada yang mau ketemu sama kamu, Bang," kata Veranda.

I Love You Chika | Proses Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang