14|| Perpus dan tawanya yang indah

48 21 9
                                    

14 || Perpus, dan tawanya yang indah
____________________
______________________________________________

Bahagia itu sederhana
Hanya dengan melihatnya tertawa,
ternyata sudah lebih dari cukup
.
.
.


Suasana kantin begitu ramai. Wangi makanan mendominasi tempat ini. Aku dan Vio sudah duduk manis di tempat ini sekitar 10 menit yang lalau. Kami sudah memesan. Namun sampai sekarang, pesanan kami belum tiba. Hal itu wajar, karena saat ini kantin cukup ramai. Selalu seperti itu jika istirahat pertama.

"Saya dengar, tadi pagi kamu kesiangan ya?" tanya Vio tiba-tiba

"Iya" jawabku seraya mengangguk.

"Saya juga kesiangan"

"Oh ya? Kok tadi aku gak liat kamu?"

"Mungkin karena saya datang lebih awal dari kamu. Nama saya juga hanya di catat di buku piket. Tidak sampai terkena hukuman." papar Vio.

Aku, Raka, dan Putri tadi pagi memang benar-benar terlambat. Bukan hanya 2 atau 3 menit, melainkan 10 menit. Itulah kenapa, bukan hanya nama kami yang di catat. Melainkan, harus membersihkan Perpustakaan sebagai hukumannya. Dan hal itu sudah kami lakukan setelah upacara tadi. Untungnya, tidak terlalu banyak buku yang harus kami susun. Jadi, kami masih bisa mengikuti pembelajaran pertama.

"Kamu kenapa sampai kesiangan?" tanyaku pada Vio

"Terlambat bangun. Waktu malam saya tidak bisa tidur"

"Kenapa?"

"Mimpi buruk. Akhir-akhir ini sering seperti itu," jawab Vio

Aku jadi mengerti, mungkin itulah kenapa, beberapa hari ini ia terlihat begitu lelah. Lingkar matanya saja sedikit menghitam.
Awalnya aku sempat mengira kalau ada masalah dengan kesehatannya. Tapi syukurlah karena kenyataannya tidak seperti itu.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pesananku dan juga Vio tiba. Tanpa menunggu lama, kami mulai menikmati makanan yang kami pesan. Ternyata selera kami cukup sama. Sama-sama tidak menyukai telur setengah matang. Jika aku tidak suka karena rasanya yang aneh, maka berbeda dengan Vio.

"Saya tidak suka bentuknya. Menjijikan. Apalagi jika kuningnya dipecahkan. Lebih baik makan yang mentah sekalian"

Itulah jawaban yang Vio berikan. Sedikit aneh memang. Justru menurutku, bukankah telur mentah lebih menjijikan? Ya, meskipun aku tahu, selera orang pasti berbeda-beda.

"Istirahat ke dua saya mau ke Perpustakaan. Mau mengerjakan beberapa tugas. Kamu mau ikut?"

Aku hanya bergumam sambil mengangguk untuk menanggapi perkataan Vio.

Aku memutuskan untuk ikut bukan tanpa alasan. Aku ikut karena memang ada beberapa tugas yang harus aku kerjakan juga. Tugas Fisika. Salah satu Mata Pelajaran yang tidak aku suka. Aku tidak tahu kenapa. Tapi memang seperti itu adanya.

Kata Vio, di sekolah, Perpustakaan adalah tempat ternyaman ke-dua setelah Rooftop. Karena di tempat itu, ia merasa tenang. Sangat nyaman bagi-nya untuk mengerjakan tugas. Tidak berisik, dan tidak terlalu banyak orang. Sedangkan rooftop, kenapa menjadi yang pertama, itu karena, di sana ia bisa melihat senja yang indah. Sesuatu yang sangat disukai oleh cinta pertamanya.

Sebetulnya, entah kenapa, hatiku rasanya sedikit tidak senang setiap kali Vio bercerita tentang cinta pertamanya.

"Vio. Kamu suka Fisika?" tanyaku

"Tidak bisa dibilang tidak suka. Tapi, itu lebih baik dari kimia." jawab Vio setelah menyelesaikan suapan terakhirnya. "Kalau kamu?" kini, Vio balik bertanya padaku.

NATAVIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang