01|| Aktor yang hebat

370 71 19
                                    

Bagiku, hidup di dunia ini adalah sebuah pertunjukan. Di mana kita menjalankan skenario dari Tuhan sebagai Aktor, dan dunia ini sebagai panggungnya. Dan aku, aku adalah Aktor yang hebat. Mengapa demikian?

~Reynata Hera~
.

.
.

Ah, menyebalkan. Menangis hampir semalaman membuat mataku bengkak, kering, dan bahkan sekarang aku melihat ada beberapa bercak kemerahan yang menempel. Untungnya, aku sudah sempat menyiapkan beberapa sendok yang kusimpan di dalam lemari pendingin. Entah ini hanya mitos atau apa. Tetapi, aku selalu merasa lebih baik jika sudah menempelkannya pada mata. Rasanya mataku kembali lembab setelah itu. Dan kini, aku melakukan hal itu lagi.

Reynata Hera, itu namaku. Ada gabungan nama kedua orang tua-ku di sana. Yaitu Hendrik dan Safira. Saat menamai aku, mungkin adalah saat-saat di mana mereka sedang saling jatuh cinta dan kasmaran. Tidak seperti sekarang, yang rasanya hampir setiap hari mereka bertengkar. Entah apa yang menjadi mosi dalam perdebatan diantara keduanya. Intinya, setelah itu, aku sudah tidak lagi merasakan keharmonisan dalam keluarga. Dan hal itu jugalah yang membuatku melakukan hal konyol, dipagi hari seperti ini. Meletakan sendok dingin pada kelopak mata. Itu semua karena semalam, mereka kembali bertengkar. Dan bodohnya, aku selalu menangis setiap kali hal itu terjadi. Namun tidak apa-apa. Itu lebih baik, jika dibandingkan dengan tidak melihat mereka dalam satu rumah lagi.

Menjadi anak tunggal dalam keluarga ini, membuat aku sedikit tertekan. Andai saja aku memiliki adik atau kakak yang bisa aku ajak bicara saat berada di rumah, mungkin aku tidak akan terlalu merasa kesepian. Tapi untungnya, aku memiliki Putri. Sahabatku dari kecil, yang sangat baik dan perhatian.

Kurasa tidak ada lagi hal yang menarik dari diriku untuk aku ceritakan. Menurutku, penggambaran di atas sudah cukup menggambarkan tentang diriku. Ah sudah, kenapa aku malah bercerita. Aku hampir saja lupa kalau aku sudah mau terlambat untuk sekolah. Hari ini adalah hari pertama aku sekolah sebagai murid SMA kelas 3. Aku bersekolah di salah satu SMA swasta yang cukup terkenal di kotaku. Kami masuk pukul 07:00 dan bel pulang akan berbunyi tepat pada pukul 15:00. Dan sekarang jam sudah menunjukan pukul 06:45.

"Celakaaaa!! Aku pasti kesiangan" ucapku sedikit berteriak sambil berlari keluar kamar dan langsung turun ke bawah. Aku berlari masuk ke dalam mobil dan langsung duduk di kursi belakang."jalan pak" ucapku sambil sedikit terengah.

Di perjalanan aku hanya diam sambil melihat indahnya langit yang sudah menampakkan wajahnya. Wajah penuh kejujuran. Kini langit sedang berbahagia. Gelembung putih susu bergerak perlahan dibalik latar biru miliknya yang indah.

Sambil memandangi langit aku pun mulai melamunkan kejadian semalam, saat kedua orang tuaku bertengkar. Mereka berbicara dengan suara lantang sedikit berteriak, saling memaki bahkan dengan bahasa yang kasar. Bahkan aku pun bisa mendengar ada barang yang berjatuhan, entah siap yang melempar. Aku tak berani melihat keluar kamar. Seperti biasa aku hanya mengurung diri di dalam kamar. Menangis tanpa suara sambil menutup telinga. Dan tanpa sadar, aku mulai meneteskan air mata.

"Sudah sampai non." Suara pak Toha memecahkan lamunanku. Aku yang tersadar langsung menghapus air mataku dan turun dari mobil. Dan ya, ini saatnya aku bermain peran. Di hari pertama masuk, aku malah kesiangan. Tapi untungnya penjaga hari ini lumayan baik, aku tidak dihukum. Tapi, kalau nama di daftar piket guru, itu sudah pasti.

Aku masuk ke dalam gerbang dan mulai mengikuti upacara. Aku baris di barisan paling belakang, dan menyimpan tasku di sembarang tempat. Jujur saat itu aku lumayan gemetar dan ketakutan, karena ini merupakan kali pertama aku kesiangan. sebelumnya tak pernah.

Tak terasa waktu berlalu dan upacara pun selesai. Aku meninggalkan lapangan dengan membawa tas ditangan dan berjalan menuju ke kelas. Setiba di kelas aku lumayan bingung duduk di mana, karena sepertinya hampir seluruh kursi sudah terisi. Namun, ditengah kebingungan, Putri datang menghampiriku sambil melontarkan beberapa pertanyaan.

"Kamu kenapa telat Reyn? kok tumben. kamu sakit? kena macet? kamu bergadang? atau telat bangun? kok matamu sembab?" ujar putri sedikit khawatir

"sut sut sut ...! Pelan-pelan dong ngomongnya, satu-satu kalau ngasi pertanyaan. Aku bingung nih mau jawab yang mana dulu" jawabku sedikit tertawa

"Oke. Sekarang kasih tau aku kenapa? Atau kamu lagi ada masalah ya?"

Mendengar putri yang kembali bertanya, aku hanya bisa tersenyum lalu menjawab "Gak kok put. Aku baik-baik aja, percaya deh. Kalau ada apa-apa, aku pasti cerita."

Maaf put, karena untuk yang kesekian kalinya, aku kembali berbohong.

Ini bukan satu, atau dua kali aku berbohong pada Putri. Ini sudah kali kesekian aku melakukannya. Bukan tanpa alasan. Aku hanya merasa, kalau ini belum saatnya, dan aku belum siap untuk bercerita.

"Ah udah ah Put, kakiku pegel nih. Aku bingung mau duduk dimana, belum dapet kursi soalnya." lanjutku sambil melihat ke sekeliling.

Entah hanya di sekolahku, atau mungkin disekolah lain pun sama. Intinya, setiap hari pertama masuk sekolah, para siswa akan datang pagi-pagi untuk berebut tempat duduk. Namun, karena aku terlambat, jadi Putri yang memilih.

"Tenang nyonya, kursi anda sudah saya siapkan" ujar putri sembari menarik tanganku dan mempersilakanku duduk di kursi yang akan kami tempati. Aku benar-benar bersyukur karena memiliki teman sebaik Putri.

Aku dan Putri duduk bersama, sembari berbincang-bincang kecil membahas tentang liburan, selagi jam pelajaran belum dimulai.

Sudah aku bilang dari awal. Putri adalah teman yang baik dan sangat tulus. Berbanding terbalik denganku. Aku tidak bilang kalau aku tidak tulus berteman dengan Putri. Hanya saja, kebaikan dan keceriaannya sering aku manfaatkan. Bukan untuk macam-macam. Namun, tanpa Putri sadar, keceriaannya inilah yang membuatku terbawa, dan tanpa ia sadar, justru mendukungku dalam bersandiwara.

........

Cukup segitu dulu ya teman-teman.

Gimana? Reynata benar aktor yang hebat kan? Atau di sini juga ada yang seperi dia? Pura-pura bahagia, padahal aslinya ma enggak, hehe becanda

Terimakasih bagi yang sudah membaca🤗
Jangan lupa comment dan vote ya teman-teman.

Selamat membaca😙

NATAVIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang