00||03

12 8 0
                                    

SIAP BACA BAGIAN PERTAMA DARI CERITA DIA R

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu pukul 15.00. Della memaksa ku untuk pergi ke my rooftop kafe, tempat menikmati senja dari atas gedung di tengah-tengah kota. Dengan view rumah-rumah, gedung-gedung, dan masih banyak yang bisa kita lihat. Sebetulnya sore itu aku sangat sibuk, karena tugas sekolah ku belum selesai.

Tapi aku juga penasaran, karena selama aku tinggal di Serang belum pernah ketempat itu. Selain orang baru aku juga malas untuk keluar rumah kalau tidak ada temannya. Mau ngajak Mama, dia sibuk bekerja dan tak ada waktu untuk bersamaku. Paling hanya ada waktu di malam hari saja dan itupun hanya sebentar.

"Emangnya kamu mau ajak aku kemana?" ucapku kepada Della, ketika temanku terus-terusan menarik tanganku.

"Udah, pokonya kamu ikut aja. Pasti kamu juga suka, kok." Katanya meyakinkan ku.

Aku tak bersuara lagi, aku terus membuntuti Della. Karena aku benar-benar tidak tahu tempatnya. Kami ke sana hanya jalan kaki, karena tempatnya tidak jauh juga dari area alun-alun. Juga tidak jauh dari tempat tinggal ku.

"Dell, kamu yakin ini tempatnya?" tanyaku memasuki.

"Khhmm," Della menganggukkan kepalanya. "Iya, ini tempatnya."

Kami berdua mulai memasuki kafe yang memang benar-benar berada di atas gedung. Tepat pada sore itu memang cuaca lagi cerah dan sangat bersahabat. Della memang menghubungi pas jam 3 sore tapi karena kita mandi dulu agar terlihat segar, jadi kami jalan sekitar jam 4 kurang dan tepat kami berada di kafe itu jam 4 lewat.

Dimana senja sudah menunjukkan eksistensinya dan menyepuh seluruh kota Serang dengan keindahan warnanya. Aku tak percaya kalau di kota yang aku tinggali ada tempat indah menikmati senja.

"Mei, kamu mau minum apa?" tanya Della.

"Aku mau capuccino aja, Del."

Della mengacungkan dua jari dan membentuk huruf O. "Oke."

Setelah aku dan Della memesan minuman dan beberapa makanan, kami bergegas menuju tempat yang ada di ujung. Kebetulan memang tempat itu kosong dan belum ada yang menempati sama sekali. Kata Della biasanya lebih ramai dari ini, tapi kali ini terlihat tidak terlalu ramai.

Ketik aku sedang setengah perjalanan menuju tempat yang mau ku tuju, aku tak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki. Karena fokus ku teralihkan karena terlalu indah senja sore itu.

"Aw!" rintih ku.

Aku terjatuh, dia pun terjatuh. Tangan dan kakiku sedikit terasa nyeri. Di tambah malu juga. Sebodoh itukah aku sampai-sampai ada orang di depan tidak terlihat.

Aku terkejut, ketik memalingkan wajahku ke arah depan. Tak sengaja bola mata ku bertatapan dengan lelaki yang barusan bertabrakan denganku. Aku menatapnya, diapun menatap ku.

Ada hal aneh yang aku rasakan, kenapa tiba-tiba jantung berdebar sangat kencang. Padahal sama sekali aku tidak mengenalinya, tapi kenapa ada perasaan aneh yang aku rasakan sore itu. Tak lama Della datang menghampiriku.

"Mei, kamu gapapa?" tanyanya.

"Aku gapapa, Dell," ucap ku. Sembari berdiri di bantu oleh Della.

"Ya udah, ayo kita duduk."

Aku hanya mengangguk, guna merespon ucapan Della. Lalaki yang bertabrakan dengan ku juga berdiri, di bantu oleh teman-temannya. Setelah dia pergi entah kemana. Aku menyadari sih meskipun kulit dia tidak seperti mantan pacar ku yang di Jakarta, tapi percaya deh kalau dia sangat manis. Apalagi senyumnya, membuat hatiku meleleh. Mirip seperti ice cream terpapar sinar matahari.

Setelah makanan dan minuman kami datang, aku dan Della segera melahapnya sembari di temani indahnya senja sore itu. Yang kian sore kian menghilang di telan kegelapan malam.

•••

"Arrrrghhhhh!!! Kenapa aku malah memikirkan dia, sih! Kapan mau selesainya tugas ini!"

Kejadian sore tadi, membuat konsentrasi belajar ku bayar. Aku sama sekali tidak bisa menghilang wajah manisnya dari otakku. Lelaki itu menjadi trending topik dalam pikiranku saat ini.

Aku tidak mengerti, segila inikah aku memikirkan orang yang jelas-jelas tidak di kenali. Tapi memang aku akui, siapapun wanita yang bertatapan mata langsung dengannya pasti bakalan jatuh cinta padanya.

"Jangan bilang kamu suka sama dia, Mei?"

Aku mengacak-acak rambut ku, setelah aku menyadari bahwa sedari tadi dalam pikiranku hanya ada dia. Dan tugas sekolahku belum sama sekali di selesaikan.

Wajahnya benar-benar tidak bisa aku lupakan, karenanya aku segera menghubungi Della lewat sambungan telepon. Meminta jawaban atas tugas sekolah karena kau benar-benar tidak bisa fokus untuk malam ini.

"Halo, Mei. Ada apa?" syara di balik telpon menyambut ku dengan hangat.

"Dell, kamu tugas buat besok udah belum?" ucapku langsung pada intinya.

"Tumben kamu nanyain tugas, kenapa?"

"Pokoknya, aku besok nyontek. Malam ini aku benar-benar tidak fokus."

"Kenapa? Kok bisa. Biasanya kamu paling cepat kalau ada tugas sekolah." Tanya Della dengan nada penasaran.

"Udah nanti aja besok aku ceritakan di sekolah, oke."

Tanpa menunggu jawaban dari Della, aku langsung memutuskan sambungan telepon itu. Karena aku tidak mau kalau Della mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. Bisa-bisa nanti dia meledekku. Bisa jadi nanti jadi tambah bahan pikiran lagi kalau benar Della mengejekku.

Tidak bisa? Pokoknya aku harus tidur. Aku tidak mau gila karena memikirkan wajah dia terus-terusan. Mengingat juga waktu sudah puku 10 malam dan memang waktunya untuk tidur.

•••

"Della!!! Kamu lama amat sih, mana buku kamu. Cepetannnn." Tanyaku tak sabaran.

"Sabar napa, Mei. Gak keliat muka aku kaya gimana?" jelas Della sembari menunjuk wajahnya yang terlihat pucat.

Aku sama sekali tidak menghiraukan ucapan Della, yang terpenting aku mau pinjam bukunya. Karena aku sekarang sangat butuh sekali. Aku menarik paksa ransel milik Della dan langsung mengambil buku pelajarannya. Sesegera mungkin aku menyalin tugas itu dari buku Della ke bukuku.

Della menelungkupkan wajahnya di atas meja, tapi aku belum menghiraukannya, karena masih fokus ke tugas. Setelah selesai baru aku bertanya kepada Della yang keadaannya kurang baik.

"Kamu baik-baik aja kan, Dell?" tanyaku hati-hati. Karena aku takut Della mengamuk dengan pertanyaan ku yang tidak mengenakkan.

"Kamu tidak liat muka ku pucat, mata ku seperti panda!" ketusnya.

"Ya mana aku tahu, kan kamu menyembunyikannya wajahmu dariku."

Della lahirnya mengangkat wajahnya, dan membaliknya ke arah ku. Aku memang tadi melihat wajahnya pucat, tapi hanya sekilas. Kini aku melihat wajah Della yang sangat pucat. Selain itu matanya merah, dan lingkar panda di area sekitar matanya juga begitu besar. Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi pada Della sewaktu malam.

"Aku semalam tidak bisa tidur, samapi adzan subuh. Setelah itu barulah aku bisa tidur." Jelas Della. "Lagi enak-enak tidur, eh, mamaku malah membangunkan ku. Tadinya aku tidak mau sekolah pati Mama memarahi ku jadi terpaksalah aku sekolah dengan keadaan seperti ini." Lanjutnya.

"Astaga Della, kasian sekali kamu."

Aku memeluk tubuh ramping Della, dengan ucapan dia yang tak henti-hentinya. Aku menyarankan kepada Della untuk tidur di ruang UKS, maslah jam mata pelajaran biar aku yang bilang ke guru yang mengajar.

"Dell, mending kamu tidur aja di UKS?"

"Maksud kamu! Jangan ngada-ngara Mei. Yang adan nanti aku di hukum lagi sama guru BK!"

"Udah, maslah absen biar aku yang tangani. Daripada kamu seperti ini coba? Apa ngga bahaya terhadap kondisi kamu."

"Iya juga sih. Ya udah deh."

Akhirnya Della mau dengan sarana ku. Sebelum guru jam pelajaran pertama masuk dan mengajar, aku bergegas menghantarkan Della ke ruang UKS dan meminta surat ijin sakit kepada guru BK. Agar aku bisa langsung serahkan kepada guru yang akan mengajar. Biar Della cepat bisa tidur meskipun hanya satu atau dua jam, itu lumayan buat membalikkan kondisinya dan sedikit menghilangkan mata panda nya.

•••

Segini dulu ya, bab ini.
Semoga kalian suka.
Kalau ada typo jangan lupa di komen aja, aku senang kalau ada pembaca mau ngasih masukan.
Jangan lupa...

👉👉 VOTE DAN COMMENT

Dia RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang