SIAP BACA BAGIAN PERTAMA DARI CERITA DIA R
•
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
••
Hari ini guru-guru sedang ada rapat, makanya semua murid lagi pada nyantai tidak belajar. Jam kosong inilah yang selalu di idam-idamkan semua murid termasuk aku. Tak lama ada Hera menghampiriku, dia membawa satu buah amplop warna putih kecil.
"Mei, nih ada surat." Hera menyodorkan surat ke arahku.
"Dari siapa?" tanyaku penasaran.
Hera hanya menggelengkan kepalanya, lalu setelahnya dia balik lagi ke bangkunya.
Della melirik ke arahku dengan tanda tanya besar. Aku tahu apa yang ada dipikiran dia, aku juga tahu apa yang akan di ucapkan dia setelah ini.
"Jangan-jangan? Surat dari, Raga."
Tuh kan, apa kata aku juga. Dia pasti bakalan menyebut nama Raga sebagai pengirim surat itu. Padahal bisa jadi orang lain, dasar Della sok tahu.
"Hei, Meisya Azahra Purnomo, malah bengong. Ayo dong baca suratnya. Penasaran nih aku?" Della mengagetkanku ketika aku bengong sembari menatap surat itu.
Della kekeuh pengen melihat isi suratnya, tapi aku malu untuk membacanya sekarang. Makanya aku memilih memasukkan surat itu ke dalam tasku. Aku sengaja, mau baca di rumah aja. Kali aja benar itu surat dari Raga.
Eh, apaan sih kamu Mei, berharap banget sih di kirimin surat. Astaga kenapa aku selalu memikirkan dia sih, padahal dia bukan-bukan siapa-siapa aku.•••
"Mei, ayo ke kantin." ajak Della.
Aku menoleh ke arah dimana Della berdiri. "Aku gak ke kantin dulu, Dell. Aku mau ke perpus," tolak ku.
"Oh, ya, udah aku duluan," ucap Della kembali sembari pergi dari ruang kelas.
Aku pun pergi menuju kantin, karena aku ingin meminjam buku di perpus dan aku pengen tahu ada buku apa aja di perpustakaan sekolah ini. Kali aja ada novel yang seru.
Sebetulnya waktu aku tinggal di Jakarta, belum pernah sama sekali ada niatan pergi ke kampus untuk mencari buku apalagi samapi membacanya. Karena waktu itu aku sangat malas untuk membaca, tapi entah kenapa tiba sekarang aku ingin sekali membaca novel entah kenapa.
Sesampainya di perpustakaan sekolah, aku bertemu dengan seorang lelaki Kakak kelas yang menjabat sebagai ketua OSIS. Awalnya aku mau balik lagi karena malu. Eh, malah dia yang duluan manggil namaku ketika aku mau ber balik bada.
"Mei, kok balik lagi. Kenapa?" tanya ketua OSIS itu yang bernama Hendri.
"Nggak, gapapa." Jawabku dengan gugup.
"Gak usah gugup gitu kali, ayo sini mau cari buku apa?" Hendri berucap kembali, kali ini menawariku mau pinjam buku apa.
Aku melangkah mendekat ke arah Hendri. Dia tersenyum, terpaksa aku membalas senyumannya. Aku memilih beberapa buku yang ada di perpus. Ada salah satu buku yang menarik pandanganku sedari tadi. Tapi sayang, letaknya terlalu tinggi.
Dengan tubuh yang tidak tinggal mana mungkin aku bisa menjangkaunya. Mau minta sama Hendri tapi malu mengatakannya. Tapi, ah, apa boleh buat.
Ketika aku hendak bersuara, lebih cepat Kak Hendri yang bersuara.
"Kamu liatin apaan?" Ternyata Kak Hendri sedari tadi memperhatikanku. Aku jadi malu.
"Itu Kak, tadinya aku mau ngambil buku itu tapi gak sampe." Kataku.
"Kenapa gak bilang dari tadi?" Katanya.
Aku terkekeh, habisnya aku benar-benar malu dan tidak tahu harus ngomong gimana. Kak Hendri mengambilkan buku yang aku ingin baca. Dia terlihat baik juga orangnya. Lumayan tampan juga dan berwibawa. Maklum lah dia kan ketua OSIS.
"Nih," Kak Hendri menyodorkan buku itu ke arahku setelah berhasil dia raih.
"Makasih, Kak?" Aku menghilangkan kepala, setelahnya berbalik bandan bermaksud untuk pergi ke kelas. Tapi langkah kakiku terhenti setelah Kak Hendri barhasil menghadang ku.•••
"Ada-ada saja Kak Hendri!" gumamku, ketika mengingat kejadian di perpus tadi.
Aku tidak menyangka kalau dia bakalan menyatakan cintanya kepadaku. Padahal kita belum kenal lama, bahkan ketemu juga baru beberapa kali kenapa biasa dia langsung suaka padaku.
Duarrrrr
"Cieeeee, kenapa ni senyum-senyum sendiri.!
"Astaga Della!"
Della datang mengejutkanku, untung jantungku tidak copot. Dia malah tertawa melihat aku berjingkrak kaget. Kalau bukan teman udah aku pukul nih kepalanya. Sayang aja dia teman satu-satunya saat ini, tidak tahu nanti kedepannya.
"Lagian, lo kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Della.
Aku berhenti sejenak, menarik napas sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan Della. Lalu setelahnya aku pun bersuara.
"Itu, masa Kak Hendri nembak gue?"
"Apa! Kak Hendri yang OSIS itu nembak lo!" suara Della sedikit berteriak.
Reflek, aku segera menutup mulut Della yang berisik. Aku tidak mau banyak orang yang tahu soal tadi.
"Bisa gak sih, lo, Della gak pake toa. Kalau anak-anak lain tau, bias jadi bencana alam ini."
Della berontak, tapi aku sama sekali tak mau melepaskan tanganku dari mulutnya. Sampai kami berhasil memasuki kelas. Dan di dalam kelas barulah aku melepaskan tanganku.
"Inget ya Del, gue harap lo bisa jaga rahasia ini jangan sampai ada yang tahu lagi setelah lo." Ucapku bernada peringatan.
"Iya, iya. Sorry yang tadi gue ke lepasan."
"Lo, mah bukan kelepasan tapi kebiasaan."
Della hanya mementingkan cengiran kuda, di iringi dengan bel masuk sekolah.•••
Segini dulu ya, bab ini.
Semoga kalian suka.
Kalau ada typo jangan lupa di komen aja, aku senang kalau ada pembaca mau ngasih masukan.
Jangan lupa...👉👉 VOTE DAN COMMENTS
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia R
Teen FictionSIMPAN KE PERPUS UNTUK DAPAT INFO UPDATE ••• "Kenapa tuhan memberikan aku mulut kalau tidak bisa di pakai untuk berbicara, kenapa juga aku dilahirkan ke dunia ini kalau hanya untuk di sakiti." "Mungkin kalau aku pergi dari dunia ini untuk selama-lam...