00||05

8 7 0
                                    

SIAP BACA BAGIAN PERTAMA DARI CERITA DIA R

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku terbelalak, ketika melihat ke arah meja tempat aku duduk sudah ada sesuatu bungkusan yang lumayan agak besar. Aku tidak tahu siapa yang meletakkan kotak itu di mejaku. Mengingat ini masih pagi dan di kelas juga belum ada siap-siap. Mau nanya tapi nanya siapa orang di kelas cuman aku sendiri. Della juga belum terlihat batang hidungnya.
    
Aku bergegas duduk dan meraih kotak itu, aku melihat di atasnya ada selembar kertas dengan beberapa tulisan. Aku segera mengambil tulisan itu dan aku baca, karena aku penasaran siapa nama pengirim kotak itu.
    
"Untuk orang yang duduk di bangku ini, aku yakin kamu lagi tersenyum, dan aku yakin kamu pasti suka isinya. Ini sedikit hadiah lagi ini buat kamu. Orang yang saat ini aku kagumi, tapi belum aku cinta. Tapi gak tau lima menit ke depan apakah aku sudah mulai suka dan cinta sama kamu. Aku tebak makanan kesukaan kamu pasti bakso pedas, dengan sambal yang banyak. 'Kok kamu tahu' ya tahu lah. Kan aku cucunya dukun. Hehehe. Becanda viss. Semoga kamu suka. Udah yah segitu dulu. Salam dari aku pengagum kamu yang sebentar lagi akan mencintai kamu... Eh, maksudnya akan berteman dengan kamu."
    
Benar, orang itu benar kalau aku sedang tersenyum karena membaca surat misterius itu. Aku tidak tahu siapa pengirim kotak itu, karena tidak ada nama pengirimnya. Dia bilang aku suka sama isinya, padahal belum tentu aku menyukainya, karena aku sama sekali belum melihat isinya apa.
    
Karena penasaran dengan isinya, aku segera membuka kotak itu. Benar orang itu bilang, bahwa aku menyukai yang ada di dalamnya. Isinya boneka beruang kecil, coklat dan, susu kotak. Dia tahu betul apa yang menjadi kesukaan ku. Tapi aku tidak langsung mengambilnya, aku hanya melihat saja. Lalu aku menutup kembali kotak itu sebelum tahu siapa pengirimnya.
    
"Darrrr...."
    
"Astaga!!! Della kamu ih!" aku terkejut ketik Della mengagetkan ku. Hampir-hampir saja aku reflek dan melemparkan kotak itu ke arah Della. Untung saja aku tidak berhasil meraihnya ketika aku kaget tadi.
    
"Wah, kota dari siapa tuh?" mata Della terbelalak, ketika dia menyadari kalau aku lagi memegang sebuah kotak.
    
"Gak tau, gak ada nama pengirimannya." Jawabku cepat.
    
"Jangan-jangan dari Raga?"
    
"Hust, kamu. Ngada-ngada saja. Mada ada dia ngirim kayak beginian. Setahu ku anak basis gak seperti ini deh.
    
"Bisa jadi loh, Mei. Ya, barang kali dia berbeda dengan anak basis lain?"
    
"Udah lah, ngawur kamu."
    
Di jam pertama hari ini aku belajar bahasa Indonesia, dan guru menerangkan dan menjelaskan beberapa bagian penting dalam hal membuat cerita karangan. Aku sangat antusias mendengarkan Bu Ida menjelaskan semuanya, karena memang aku sangat suka membuat cerita.
    
Kebetulan juga setelah menerangkan, Bu Ida memberikan kami tugas membuat cerpen. Aku benar-benar sangat antusias menyambut tugas itu karena aku memang suka. Tapi kayaknya Della tidak terlalu suka deh, soalnya sedari tadi dia hanya melamun saja dan tidak bersuara sedikitpun. Tidak seperti biasanya yang agak cerewet kalau ada tugas dadakan.
    
Kalau tugas lain aku memang suka menyontek, tapi kalau tugas membuat cerpen aku tidak akan menyontek karena aku bisa untuk tugas yang satu ini.

•••

Ketika aku lagi asik jalan menuju pulang, aku di kejutkan ke datang Raga yang sudah berjalan di sampingku. Menyejajarkan langkahnya dengan langkah ku. Jantungku dag-dig-dug tak karuan, aku tidak tahu harus berkata apa tapi aku memang se-grogi itu pada waktu kedatangannya.
    
"Kamu suka?" ucapannya membuatku bingung.
    
"Apanya." tanyaku balik, karena aku benar-benar tidak tahu apa yang di maksud dia.
    
"Ya itu, kotak yang lagi kamu peluk."
    
Aku menghentikan langkahku, bukan karena terkejut ataupun yang lainnya. Tapi angkot jurusan ke arah rumah sudah ada. Aku langsung menaiki angkot itu tanpa bersuara lagi.
    
"Semoga kamu suka."
    
Dia berteriak ketika aku sudah berada di dalam angkot, dia bilang semoga aku suka. Untuk yang pertama kalinya, aku seneng banget dikasih sesuatu sama orang yang baru aku kenal. Meskipun ini sangat sederhana tapi aku suka.
    
Padahal waktu di Jakarta aku sering di kasih hadiah sama mantan pacarku, tapi tidak sebahagia ini. Padahal barangnya sederhana dan jauh lebih berharga pemberian mantanku dulu tapi jauh lebih istimewa ini menurutku.
    
Saking senangnya, samapi-sampai rumahku terlewati. Untungnya tidak terlalu jauh dan masih dekat. Segitunya aku memikirkan dia yang bukan siapa-siapa.
    
"Bang kiri."
    
Aku merogoh uang ongkos, setelah membayarnya aku bergegas pulang ke rumah. Masih aman dan tidak terlalu jauh terlewat nya.

•••

Aku duduk di atas kasur kamar ku, sembari membuka kotak pemberian Raga. Aku mengeluarkan semua isinya, meskipun sederhana tapi aku menyukainya. Tak lama suara handphoneku berbunyi, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenali. Bergegas aku menerima panggilan itu meskipun aku sama sekali tidak tahu dari siapa.
    
"Halo!!"
    
Suara di sebrang sana ternya laki-laki.
    
"Aku tebak, kamu pasti sedang memakan coklat dan susu kotak pemberianku, betul kan?"
    
Setelah dia berucap seperti itu, aku jadi tahu siapa nomor asing yang menelepon ku. Ternyata dia Raga. Aku benar-benar harus ngomong apa karena aku benar-benar gugup.
    
"Makasih, ya coklat, susu kotak, dan boneka beruangnya."
    
"Iya, sama-sama. Ih, gak usah memuji aku ganteng loh, aku jadi malu ini."
    
"Dih, apaan sih! Orang aku gak ngomong kaya gitu." Dia aneh, orang aku cuman bilang terima kasih doang masa dia bilang aku muji dia ganteng. Padahal emang iya dia ganteng dan manis kalau boleh jujur.
    
"Hehehe, tapi emang bener kan?" ucapannya lagi.
    
"Tau ah, aku gak pernah liat wajah kamu."
    
"Massa, sih?"
    
"Soalnya aku kalau ada kamu, suka merem. Takut jatuh cinta."
    
Eh, apa-apaan ini. Aku malah keceplosan lagi. Aduh gimana ini, aku jadi malu. Aku pun langsung menantikan sambungan teleponnya. Aku tidak tahu harus melakukan hal apa agar dia tidak menganggap serius ucapanku tadi.
    
Aku benar-benar tidak bisa mengontrol dengan ucapanku yang asal jeplak aja. Aduh gimana ini, semoga dia tidak cerita ke temennya sola ucapanku tadi. Kalau misal dia cerita? Habis aku pasti di ledekin temen-temennya. Apalagi kalau Della sampai tahu, sudah pasti habis aku di ledekin.

•••

Segini dulu ya, bab ini.
Semoga kalian suka.
Kalau ada typo jangan lupa di komen aja, aku senang kalau ada pembaca mau ngasih masukan.
Jangan lupa...

👉👉 VOTE DAN COMMENT

Dia RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang