Sampai kapanpun, aku memang tak akan pernah menang jika harus melawan masalalumu. Jika kamu sendiri
masih membuka sedikit celah untuk dia masuk ke dalam kehidupan kita.
~Salma Zaliyah🍁Pagi hari dengan rutinan baru sebagai ibu hamil, Salma kembali merasa mual dan lemas ketika ia berusaha mengeluarkan sesuatu yang seakan mengaduk perutnya namun tak ada apapun yang keluar dari dalam sana. Selesai dengan urusannya, Salma kembali menuju ranjang dimana sang suami tengah tertidur pulas diatasnya. Wajar saja lelaki itu nampak terlelap tanpa terganggu sedikitpun oleh suara Salma di kamar mandi tadi, sebab beberapa hari lalu Rony memang kesulitan tidur ketika Salma memutuskan pisah kamar dengannya.
Di usapnya pelan dahi lelaki tampan itu, betapa besar rasa syukur yang menyeruak dalam dadanya ketika akhirnya ia bisa hidup bahagia dalam naungan pernikahan dengan lelaki yang dulunya begit ia cintai ini. Salma tak pernah bermimpi ia akan mampu menempati posisi sebagai istri dari Rony. Lelaki berparas tampan dengan kepribadiannya yang amat baik yang Salma cintai dalam diam sejak beberapa tahun silam.
Krucuk krucuk
Bunyi perut lapar darinya mampu membuat Salma terkekeh, di usapnya perut yang sudah terasa sedikit menonjol itu dengan lembut.
"Adek lapar ya, kita makan tapi ibun bangunin baba dulu ya dek," Salma hendak mengguncang bahu lelaki itu namun urung kala suara notifikasi dari sebuah gawai di atas nakas mampu mencuri perhatiannya.Hp Rony, entah firasat darimana Salma berkeinginan untuk menjangkau handphone itu dan melihat siapa orang yang mengirim suaminya pesan sepagi ini. Diambilnya handphone yang masih menyala menampilkan notifikasi baru itu. Nomor tak di kenal, siapa?
0816388**
Rony
Ini gue, Bianca
Bisa ketemu sebentar?"Sayang udah bangun?" Suara serak khas bangun tidur itu membuat Salma dengan sigap mengembalikan kembali handphone itu pada tempat semula. Menunduk untuk mencoba menyembunyikan air mata yang entah tiba tiba mengalir cukup deras dari kedua matanya.
"Sayang? Ibun? Di tanya kok ga di jawab?" Salma tak mengalihkan pandangannya. Wanita itu tetap menunduk dengan posisi membelakangi Rony yang kini tiduran dibelakangnya.
Lelaki itu beranjak dan mendekat pada sang istri.
"Sayang? Kamu nangis? Kenapa, ada yang sakit? Maaf ya pagi tadi aku ga nemenin kamu morningsicknes.Mendengar pertanyaan itu Salma hanya bisa menggeleng dan kembali terisak. Diraihnya tubuh wanita itu oleh Rony ke dalam pelukan hangatnya. Mengelus punggung Salma lembut berusaha untuk menenangkan.
"Kenapa bun?" Suara lelaki itu kian lembut.
"Bianca."
"Kenapa lagi Bianca,"
"Hiks, dia chat kamu. Aku ga suka bacanya." Rony cukup terkejut mendengar itu, sebelah tangannya segera menjangkau ponselnya dan melihat apakah benar Bianca barusaha mengiriminya pesan.
"Sayang aku beneran ga tau kalo Bianca chat aku. Aku bahkan kaget waktu tadi kamu bilang dia ada chat aku, aku ga pernah kasih nomor aku ke dia Sal. Aku ga tau di dapat nomorku ini darimana. Tolong kamu percaya sama aku ya bun, aku beneran ga ada buka akses apapun buat dia. Aku mohon Sal, percaya sama aku." Rony menggenggam erat tangan Salma. Berharap bahwa apa yang terjadi pagi ini tak akan memancing kemarahan Salma yang akan berujung mendiamkannya seperti kemarin. Rony tak mau, ia tak sanggup.
"Aku percaya mas, aku cuma sedih aja."
"Aku block ya sayang nomornya. Kamu harus percaya sama aku bahwa aku ga akan buka akses apapun buat dia masuk ke dalam kehidupan kita."
"Jangan rusak kepercayaan ku ya mas."
"Sure, sayang. Udah ya jangan nangis," Rony mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut jejak air mata yang membekas pada pipi gembul Salma. Wanita itu mengangguk kemudian menyerahkan dirinya untuk masuk ke dalam pelukan hangat lelaki dihadapanya.
***
Salma kembali berkaca untuk memastikan tampilannya kali ini benar benar nampak sempurna. Rony telah berangkat kerja satu jam yang lalu, dan Salma yang hendak keluar ini tentu saja telah izin pada sang suami bahwa pagi ini ia akan keluar sebentar dengan salah satu sahabatnya. Entah hari yang begitu baik, Rony yang biasanya tak akan mengizinkan Salma keluar seorang diri, kali ini mengizinkan sang istri dengan mudah. Meski masih ada beberapa persyaratan yang harus Salma taat i ketika memutuskan keluar tanpa didampingi oleh sang suami.
***
"Maaf terlambat," ucap Salma kala wanita itu telah sampai dihadapan seorang wanita berambut panjang yang saat ini telah menatap lekat wajahnya.
"Gapapa santai aja, mau pesen apa dulu?" Tanya wanita itu dengan nada yang terdengar cukup angkuh?
"Oh tidak usah Bianca, aku tidak bisa lama lama di sini. Karena setelah ini aku harus ke kantor suamiku untuk menemaninya makan siang." Balas Salma tak kalah angkuh dengan senyum meremehkan yang terlihat begitu menakjubkan ketika Salma melakukannya.
***
Rony berjalan tergesa untuk keluar dari area kantornya. Membaca kembali nomor asing yang baru saja mengirim sebuah foto Salma yang berhadapan langsung dengan seorang Bianca, mantannya.
Sampai pada salah satu caffe yang dikirim oleh si nomor asing tadi, Rony segera memasuki tempat itu. Mengedarkan netranya untuk mencari keberadaan sang istri dan mantannya.
Hingga sampailah netranya menangkap Salma yang saat ini telah berdiri dengan raut penuh emosi dihadapan Bianca yang terlihat duduk santai menatap Salma seolah diantara mereka sedang tidak terjadi apa apa. Rony mendekat, ingin mendengar langsung apa yang tengah mereka bicarakan. Hingga belum sempat lelaki itu singgah di sebelah Salma. Sebuah pemandangan begitu mengejutkannya.
"SALMA!!!" Teriak Rony kala lelaki itu melihat pemandangan di mana Salma menampar keras pipi seorang Bianca hingga wanita berambut panjang itu tersungkur dan terjatuh dihadapannya. Reflek, Rony berlari dan mengulurkan tangannya dihadapan Bianca untuk ia bantu berdiri.
Sedangkan Salma mematung melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Diangkatnya tangan kanan bergetarnya yang baru saja menampar Bianca, ia menyesal sungguh. Salma tak berniat menampar Bianca, ia hanya refleks melakukan hal itu ketika apa yang Bianca biacarakan padanya terdengar cukup gila.
"M-mas aku-"
"Aku ga nyangka kamu bisa sekasar ini Sal." Ucap Rony sebelum lelaki itu membawa Bianca pergi dari hadapan istrinya yang terdiam membisu melihat semua kesakitan yangbia rasakan pada hari ini.
***
Hai hai guisss
Segini aja dulu ya, siap siap cerita ini dikit lagi end kayanya
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMURUH RASA 2
RomansaLANJUTAN DARI AU GEMURUH RASA 1 DI TIKTOK Tidak ada yang menjamin semua akan terus baik baik saja. Perjalanan yang dimulai dari kerumitan antara dua hati yang mencoba beradu dengan rasanya. Menciptakan sebuah gemuruh yang tak ada usianya. Hingga ter...