Prolog

33 12 29
                                    

° ; °
_
_

"Adea Pradipta Aksana? apa ini!!" Pekik seorang wanita muda yang umurnya sekitar baru menginjak dua puluh sembilan tahunan, ia terlihat memancarkan amarah besar menatap ke arah seorang gadis yang terdiam sambil berlutut di atas lantai yang dingin.

"Saya sudah sekolahkan kamu di sekolah mahal, tapi kenapa kamu malah kecewain saya hah!!" Bentak wanita itu, tak lain adalah ibundanya bernama Kirana.

"Bun a-aku"

"Kapan kamu akan buat saya bangga?"  Tanya seorang pria muda yang umurnya sekitar tiga puluh tahunan, ia baru saja datang dari arah pintu sambil membawa sebuah amplop besar di tangannya.

Adea berbalik, ia menatap pria itu dengan raut wajah sedih. "Pa-"

"Kenapa bisanya kamu mempermalukan saya hah!, Masih kurang uang yang saya berikan pada kamu!!" Bentak pria itu murka tak lain adalah Aksana, ia melemparkan amplop yang ada di tangannya ke wajah Adea.

"Pa a-aku gak melakukan itu" Jawab Adea dengan jujur.

"Kalo bukan kamu lalu siapa? Jelas-jelas di vidio itu kamu yang ngambil uang OSIS, Adea" Ucap Kirana

"Aku gak ambil uang itu bun" Bela Adea

"Bohong, buktinya udah jelas. Dari baju, postur tubuh di rekaman cctv itu memang kamu, Adea" Sahut Aksana marah

"Tapi itu bukan aku Pa"

"Kalo bukan kamu siapa? orang lain!, Hantu? Atau siapa hah" Bentak Kirana lagi

"Kenapa kalian gak percaya aku?" Tanya Adea menitikan air mata menatap kedua orang tuanya dengan sedih.

"Mulai besok saya pindahkan kamu ke SMA Adiwarna" Ucap Aksana

"Pa-"

"Pergi ke kamar"  Potong Aksana menunjuk ke arah pintu kamar Adea.

"Pa aku gak-"

"Adea" Bentak Aksana

Adea diam, ia menundukkan kepalanya kecewa. Ia tidak melakukan semua itu, ia juga tak mau pindah sekolah ke sekolah Adiwarna. Namun apalah daya Adea tidak bisa membantah perintah Papanya itu.

"Didik anak kamu dengan becus  Kirana, jangan bisanya cuman mempercantik diri tapi ngedidik anak gak becus" Ucap Aksana menatap Kirana dingin.

"Hey! saya ngedidik Adea dengan bagus Aksana, kamu saja yang terlalu sibuk bekerja sampai tidak ingat sama anak sendiri" Balas Kirana tak kalah dingin

"Kalo kamu ngedidik Adea dengan bagus, dia tidak akan pernah mempermalukan saya. Kirana" Ujar Aksana menunjuk ke arah Adea yang tengah menatap keduanya dengan nanar.

"Jangan salahin saya Aksa" Bentak Kirana

"Kamu ibunya Kiran" Balas Aksana

"Cukup" Pekik Adea berdiri sembari mengusap air matanya kasar, ia kesal selalu melihat kedua orang tuanya selalu bertengkar perihal dirinya.

"Adea capek Pa, Bun. Bisa gak sehari aja jangan bertengkar karena Adea" Pinta Adea dengan lirih.

"Saya tidak akan bertengkar kalo ibu kamu didik kamu jadi anak yang berguna. Adea" Pekik Aksana menunjuk wajah kirana dengan penuh amarah.

"Saya udah didik Adea dengan bagus Aksana, jangan salahin saya kalo Adea gak berguna" Sahut Kirana marah.

"Cukup! Pa udah, Bun udah" Bentak Adea melirik Kirana dan Aksana secara bergantian, netranya memancarkan kekecewaan dan kesedihan yang besar di dalamnya.

"Aku capek, sangat capek. Udah ya, aku mau istirahat please" Pinta Adea menitikan air mata penuh permohonan, ia menautkan kedua tangannya.

Aksana dan Kirana tidak menjawab, mereka berdua hanya menatap Adea dengan tatapan dingin.

"Makasih" Cicit Adea kecil, kemudian ia mengambil tas yang tergeletak di atas lantai lalu berjalan pergi ke arah kamarnya.

Sampe sini aja ya, mingdep kita lanjut

See you

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang