;2

20 7 26
                                    

° ; °
_
_

Adea melangkah kan kakinya memasuki area AKB high school dengan perasaan gusar, ia sangat takut melihat tatapan semua orang yang tampak seperti akan memakannya.

"Masih berani juga lo nginjak sekolah ini, pencuri" Ucap seorang gadis berambut cokelat panjang, ia tengah berdiri sambil bersidekap dada. Dia adalah Adelle, teman kelas Adea.

Adea tidak menjawab ia hanya mempercepat langkahnya untuk segera sampai ke ruang kelas, namun baru saja Adea beberapa langkah berjalan cepat. Tiba-tiba seorang gadis menjulurkan kakinya menghalangi jalan Adea.

Brukk

Adea terjatuh tersungkur, bibirnya berhasil mencium aspal parkiran AKB high school. Semua orang yang melihat itu sontak tertawa terbahak-bahak, mereka terlihat sangat puas melihat Adea yang seperti itu.

"Bwhaaa, si socan nyium aspal" Ucap gadis yang membuat Adea terjatuh, dia Ankara.

Adea bangkit, ia membersihkan bibir dan dagunya yang kotor. Tak lama Atma datang sambil membawa sebuah tisu di tangannya, ia menatap Adelle dan Ankara dengan tatapan tajam.

"Wess bisunya socan datang" Seru Adelle tepuk tangan.

"Sungguh pasangan serasi, istrinya so cantik pawangnya ganteng tapi sayang bisu. Hahaa" Sahut Ankara tertawa mengejek.

Mendengar itu Atma terlihat sangat kesal, ia mengepalkan tangannya menatap Adelle dan Ankara dengan penuh amarah. Ia ingin sekali menampar wajah gadis itu, namun Adea memegang tangan Atma dan menggelengkan kepalanya tidak boleh.

Sedangkan di sisi lain tentunya di pojok parkiran, Matahari terlihat sedang mengepalkan tangannya. Ia tidak suka melihat kedekatan Atma dan Adea.

Dughh

Matahari membelalakkan matanya terkejut, sebuah bola basket tiba-tiba terlempar membentur kepala Adea. Membuat ia kembali terjatuh tergeletak di atas aspal.

Matahari segera berlari ke arah Adea, Ia khawatir terjadi apa-apa dengannya. Namun ketika beberapa langkah lagi Matahari mendekati Adea, ia malah memberhentikan langkahnya. Ia melihat sang ketua OSIS berlari menghampiri gadis itu.

"Lo gakpapa" Tanya OSIS itu dengan raut khawatir, ia adalah Briyan Ancala Putra. Adea tidak menjawab, ia hanya memegang kepalanya yang terasa sangat pening.

"Sor-"

Bughh

Matahari melayangkan tonjokan ke arah laki-laki yang baru saja mendekati Adea untuk meminta maaf, dia orang yang sudah melempar bola basket itu ke arah Adea.

"Lo sengaja kan?" Tanya Matahari sedikit membentak.

"Gu-"

"Matahari? Fadlan!, Keruangan saya sekarang" Seru seorang guru botak menunjuk Matahari dan Fadlan.

"Awas lo" Desis Matahari menatap tajam orang yang sudah melempar bola itu tak lain adalah Fadlan, kemudian ia pergi mengikuti guru botak itu dari belakang.

"Gara gara lo Matahari jadi masuk BK" Kata Adelle menendang kaki Adea.

"Awshh" Ringis Adea.

"Lo apa apaan si Del" Seru Briyan marah.

"Lo yang apa apaan Yan nolongin pencu awshhh sakit bego" Adelle meringis karena Atma menjambak rambut gadis itu dengan tiba - tiba.

"Bisu sakit anjing" Cetus Adelle mencoba melepaskan jambakan Atma.

"Bisu lepas" Titah Ankara membantu Adelle melepas jambakan Atma, namun Atma tidak mendengarkan. Ia malah semakin kencang menjambak Adelle, membuat Adelle semakin meringis kesakitan.

"Sakit bisu setan" Pekik Adelle

"Ma jangan kelewatan" Sahut Briyan menatap Atma untuk segera melepaskan jambakan nya, Atma pun melepaskannya kemudian ia mengacungkan jari tengah ke depan wajah Adelle dan Ankara.

Setelah itu ia jongkok di hadapan Adea, lalu dengan tanpa ijin ia menggendong gadis itu dan membawanya pergi begitu saja. Ankara dan Adelle geram melihat tingkah laku Atma yang menyebalkan.

"Bisu sialan awas lo" Pekik Ankara kesal.

"Lo berdua ikut gue" Titah Briyan menunjuk Adelle dan Ankara satu persatu.

"Lah ko kita?" Tanya Adelle tak mengerti

"Cepet gak ada bantahan, ikut gue ke BK"

"Yan, lo jangan bercanda" Ujar Ankara

"Siapa yang bercanda, ikut gue ke BK atau hormat bendera sampe istirahat" Briyan menunjuk ke arah lapang.

"Iya" Jawab Ankara

"Awas lo" Desis Adelle menatap punggung Atma yang mulai menjauh.

"Pusing" Lirih Adea kecil, Atmapun mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai di UKS. Ia takut terjadi apa-apa pada gadis itu.

Tak lama akhirnya mereka telah sampai di depan ruangan UKS, Atmapun menendang pintu UKS itu dengan kencang. Membuat seorang dokter muda yang tengah duduk anteng sambil memainkan ponselnya seketika berlonjak kaget.

"Astaga, kaget saya" Ucap dokter itu

Atma membaringkan Adea di salah satu berankar UKS, kemudian menggerakkan tangannya menyuruh dokter itu untuk segera memeriksa ke adaan Adea. Dokter dengan nama Ardan itupun menganggukkan kepalanya mengiyakan, Iapun segera mengambil alat medis dan memeriksa keadaan Adea.

"Adea tidak papa, gak usah khawatir. Atma" Ucap Ardan telah selesai memeriksa keadaan Adea.

Atma menghela napasnya lega seraya mengelus dadanya, kemudian ia menggerakkan tangannya lagi mengucapkan terimakasih. Ardan pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Sama sama"

"Atma" Panggil Adea, Atma menatap Adea dengan jawaban iya aku disini.

"Makasih" Ucap Adea tulus

Atma menggelengkan kepala, ia menggerakkan tangannya mengatakan tidak ada kata terimakasih.

"Enggak Atma, makasih udah bawa aku kesini" Lagi - lagi Atma menggelengkan kepalanya, ia tidak suka mendengar kata makasih keluar dari mulut gadis itu.

"Aku gak suka kamu bilang makasih" Jawab Atma lewat bahasa isyarat.

"Kenapa?" Tanya Adea lewat bahasa Isyarat.

Atma merogoh saku celananya, iya mengambil sebuah buku note kecil dan menuliskan sesuatu di atasnya. "Kata terimakasih kamu terlalu mahal untuk aku Adea, kamu tidak seharusnya berterimakasih kepadaku. Berterimakasih lah ke Briyan, karena dia yang udah nolongin kamu" Kata Atma di atas notebook kecil itu.

Ardan yang diam sambil menyaksikan interaksi Adea dan Atma, ia tersenyum kecil. Sungguh remaja yang langka, batin Ardan dalam hati.

Adea bangkit secara perlahan, ia berbicara sambil menggerakan tangannya.
"Kenapa kamu berpikiran seperti itu" Tanya Adea tak mengerti

"Intinya, kamu harus berterimakasih pada Briyan nanti" Jawab Atma menggerakkan tangannya lagi

"Tap-" Ucapan Adea terpotong, kala Atma tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ia menggerakkan tangannya mengatakan sudah, setelah itu ia mengusap puncuk kepala Adea dengan lembut.

Tanpa Adea sadari, mantan kekasihnya Matahari sedari tadi tengah berdiri di ambang pintu. Ia menyaksikan interaksi Adea dan Atma dengan tatapan ntahlah sangat sulit di artikan, yang pasti Matahari mengepalkan kedua tangannya sambil memasang wajah kesal.

"Kalo cemburu samperin, gak usah nahan gengsi diem di ambang pintu" Celetuk seorang laki-laki yang baru saja datang bersama dengan temannya, dia Ateo sahabat Matahari sekaligus waketos AKB High Sechool

"Ups lupa, kan udah di putusin" Sahut seorang laki-laki berambut cokelat, dia Langit.

Matahari berbalik, ia menatap Ateo dan Langit dengan tajam. "Diem lo berdua" Desis Matahari kesal kemudian melengos pergi begitu saja.

"Jyahahaa cemburu tapi gengsi, kasian" Seru Ateo sedikit berteriak.

See you next part

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang