Sepulang sekolah, perkiraanku telah sirna. Melangkah dalam kesendirian tanpa harus merana. Tak ada yang menemani adalah hal lumrah. Mungkin akan ada yang bertanya, kemanakah sosok siswa artis tersebut? Dia sedang menjalani hukuman bersama seseorang karena ketahuan bayar tak sesuai harga.
~◇☆♧$♡!¿♤~
Kini, aku telah sampai di depan gerbang tempat parkir. Matahari tak bosan-bosannya menyengat banyak mahluk yang masih menyentuh dataran ini. Aku menyeka keringat pada dahi sembari mengingat posisi kendaraan terparkir.
"Nah itu dia, gila ... ga lagi-lagi aku parkir di sana," ucapku menyesali posisi tersebut.
"Vario merah yang ada di tengah-tengah itu yak?" Terdengar seseorang menyebut warna motorku.
Sepintas kualihkan pandangan pada sumber suara. Sudah pasti dibuat terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba tanpa salam sapa.
"Njir, bikin kaget aja kau Van," kesalku menatap sinis.
"Ya maaf, motorku juga kejebak noh," ujar Evan sembari menunjuk kendaraannya.
"Kau sumber perkara motorku gak bisa keluar," jelasku masih merasa kesal.
"Hehe sorry brader, aku telat tadi, mau ga mau nyelip parkir di depanmu," dalih Evan tertawa tipis.
"Alasan doang, noh lihat tiga motor termasuk punyaku ga bisa-"
"Eis eis udah, kita neduh dulu, motorku juga ga bisa keluar karena di tengah juga," potong Evan, seketika melihat sekitar, "Noh di sana kuy ada pohon singapur."
Kami berdua mulai berjalan menuju pohon yang baru saja ditunjuk Evan. Intermezzo sekilas, Evan ini tetanggaku. Hal wajar dan tak perlu dipertanyakan mengapa diriku sudah kenal jauh sebelum kami satu sekolah.
Kini kami meneduh di bawah pohon tersebut. Evan melepaskan dan menaruh tasnya di bawah sembari sesekali bermain kerah karena terik panas. Dia mulai melihat sekitar, entah apa yang akan ia lakukan.
"Nyari apa kau Van?" tanyaku penasaran.
"Kita kalau cuma berdiri doang di sini, lama-lama dikira tukang parkir lah," jawab Evan.
"Mana ada tukang parkir pakai seragam sekolah," ujarku terheran-heran dengan Evan.
"Nah tuh ada kur-"
"Berapa uang parkirnya bro?"
Seketika fokus kami terpecah dengan nada bicara santai tersebut. Sontak membuatku beralih pandang dari Evan menuju sumber suara. Nampak murid dermawan saat di kantin tadi.
"Hah? Kita sama-sama pakai seragam sekolah loh woi!" sergah Evan nampak tak terima.
"Lagian juga ngapain kalian berdiri di sini," ujar murid tersebut mulai melipat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Research Group
HumorMereka cukup sibuk untuk membahas sesuatu hal yang dapat membuat seseorang viral dan sering dibicarakan. Namun di sisi lain, mereka sendiri saat ini tak sadar diri akan reputasi mereka. Dianggap terkenal, namun merasa hanya punya banyak kenalan. Di...