4 | Jennie Staufenberg

137 12 0
                                    

⋆★⋆

Kini langit sudah mulai sangat malam. Rembulan sudah mulai naik ke tahta yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Ck! Gawat! Sepertinya aku kemalaman lagi! Untung saja mommy sama daddy sedang ada di Washington," gerutu Queen yang juga sedang sibuk menapaki jalan hutan di sekitaran Mansion.

Tak ada cara lain dari ini. Jika melewati jalan utama atau menelepon supir untuk menjemputnya, tentu saja kabar jika dirinya terlambat pulang akan sampai di telinga sang ayah. Jika seperti itu, dia akan dikenakan hukuman lagi!

Aku tak mau jika harus dihukum lagi, God!

Gegara masalah terakhir yang ia perbuat, saat ini Queen sedang menjalani sebuah hukuman. Ia tidak boleh terlambat pulang lagi, uang saku juga dipangkas setengah. Tidak diizinkan keluar rumah tanpa penjagaan saat diluar sekolah. Dan yang paling parah adalah sepeda motor kesayangannya disita!

Sungguh, itu kesialan yang paling berat bagi Queen.

"Ok, Queen ... jangan sampai kau ketahuan, jika sampai ini terdengar ke telinga daddy, maka nerakamu akan semakin panjang! Huft ... padahal hukuman ku akan segera berakhir dan aku bisa mendapatkan motorku lagi!"

Queen pun melanjutkan perjalanan pulangnya secara diam-diam. Menyelinap ke hutan yang mengelilingi mansion mereka. Lalu masuk lewat belakang mansion, dan ia pun memanjat dinding untuk sampai ke lantai empat, tempat kamarnya berada.

Ok, tentu saja Queen sudah menguasai teknik manjat memanjat. Lantai empat mansion miliknya memang tinggi, tetapi jangan remehkan soal kepiawaian Queen untuk memanjat rumahnya sendiri!

Well, kamar dirinya, dan kedua kakaknya itu ada di lantai empat. Sedang orang tuanya ada di lantai lima.

"Astaga ... ini sungguh menyiksaku!" gerutu Queen yang sudah sampai tepat di depan jendela kamarnya. Dia bergelantungan di tembok luar.

Jangan tanya kenapa dia bisa memanjat sampai di lantai empat!

Tentu saja bisa! Itu sudah menjadi keahliannya.

"Untung saja aku mengetahui semua letak titik buta mansion ini sehingga tak akan ada CCTV yang melihatku! Dan yang paling penting adalah aku tidak mengunci jendelaku!" cengiran Queen mengembang saat ia begitu cerdas dengan segala persiapan jaga-jaga di saat genting seperti ini.

Masih mengagumi kepintarannya, Queen pun meraih tepian jendela kamarnya untuk ia congkel sedikit dan terbuka. Tetapi ....

"!!"

Queen membulatkan matanya dan mengerutkan dahi karena bingung bukan main saat ini.

"Ke-kenapa jendelanya tidak dapat dibuka?"

Jendela itu tidak bisa dibuka alias dikunci dari dalam. Queen pun semakin mencoba untuk membuka jendela itu lagi. Ia sangat yakin dan ingat betul kalau ia tak mengunci jendelanya ini.

Ok, sekali lagi!

Queen pun mencoba membuka jendelanya ini sekali lagi dengan posisi yang seperti cicak yang menempel di dinding. Namun sialnya tetap tak bisa.

"Ck! Fuck!" umpat Queen kesal.

Lalu secara samar, Queen pun melihat sebuah bayangan siluet dari dalam kamarnya. Berjalan ke arah jendela yang sedang ia gelendoti ini. Perlahan dan pasti, siluet itu semakin dekat dan dekat. Berjalan secara perlahan seakan seseorang yang sedang ingin menangkap seekor cicak.

Queen melihat kaki siluet itu dengan jelas saat sudah ada tepat di depan matanya meski masih terhalang jendela. Ia pun mengangkat kepalanya untuk menyusuri tubuh tegap di depannya.

BEGINNING OF TRAGEDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang