5 | The Scorpion

104 8 2
                                    

⋆★⋆

"Hei, apa itu benar?" bisik Jessy.

"Apa?" sahut malas Queenzel yang kini sedang sibuk memandangi pemandangan luar dari jendal kaca sampingnya.

Menyangga kepalanya dengan tangan yang menumpukan siku di atas meja. Sungguh hari ini dia sangat tidak bersemangat untuk mendengarkan pelajaran!

"Kejadian tadi pagi," bisik Jessy.

"Kejadian apa?" balas Queenzel yang memelas lagi.

"Ck! Itu ... saat kau membawakan tas milik raja di sekolah ini, Queenzel!"

Queenzel pun menghela napasnya panjang dan lirih. 'Selain miskin ternyata anak ini memiliki kelemahan lain, yaitu cerewet dan memiliki keingintahuan yang sangat tinggi!' batinnya.

Menyebalkan sejujurnya.

"Bukankah semua orang yang ada di sini sudah melihatnya? Lagipula pasti sudah ada video yang menyebar begitu saja," jawab Queenzel dengan nada malasnya, tentu ia masih fokus dengan pemandangan luar.

Mendengar jawaban dari Queenzel, sontak saja membuat Jessy langsung semakin mendekatkan kepalanya se senti. "Ja-jadi ... kau benar menjadi budak dari raja sekolahan ini? Elsiver Calisto Castello?" bisiknya penuh ada nada kekagetan yang lirih.

'Sial!' umpat Queenzel sembari menejamkan matanya. 'Budak? Aku?'

'Elsiver sialan!'

****

Hari ini rasanya Queenzel benar-benar merasa kalau waktu sangat lamban jalannya.

Sedari tadi Queenzel tidak pernah fokus dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung ini. Entahlah! Pikirannya sungguh kemana-mana saat ini.

Ke kakak keduanya yang sungguh menyebalkan bukan main itu, lalu tiba-tiba terpikir satu pemuda pemilik wilayah balapan itu—Orlovinus.

"Ayo! Kita makan!" ajak Jessy.

Sejujurnya, Queenzel tidak mau, tetapi Jessy yang selalu memaksanya dan merecoki terus, pada akhirnya ia pun mengalah dan menemani Queenzel untuk makan di kantin.

Queenzel heran! Saat perkenalan awal mereka dulu, Jessy adalah orang yang sedikit pendiam, malu-malu, dan sedikit takut. Tetapi saat udah sering bersama, sikap aslinya keluar!

Cerewet dan sangat suka ikut campur!

Baik Queenzel dan Jessy, mereka sama-sama berjalan bersama ke kantin.

Tetapi jelas saja euforia yang ada begitu penuh tekanan saat ini. Pasalnya semua orang yang ada di sepanjang jalan, yang ada di sekolah ini, mereka semua memperhatikan Queenzel dengan tatapan memburu dan cemooh!

Tentu saja bisik-bisik yang sangat terdengar jelas juga terdengar di telinga Queenzel. Dengan jelas bahkan sampai kelewat jelas!

Tetapi Queenzel tak peduli. Ia tetap berjalan tegap dan mengangkat kepalanya. Berbeda dengan Jessy yang sedikit tidak tenang, karena ikut menjadi sasaran tatapan dari para murid yang ada.

Hingga akhirnya mereka berdua pun duduk di salah satu kursi meja makan di kantin ini.

Belum satu suap masuk ke mulut Queenzel, tetapi sudah ada lalat yang menganggu.

"Jadi kau si upik abu yang sedang naik daun itu, huh?" ucapan sinis dari seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya.

Queenzel sedang menunduk untuk makan! Tetapi sudah di ganggu? Sialan!

"Hoho ... jadi apakah ini budak pertama milik Elsiver! Taukah kau itu?" tanya seseorang yang lain.

'Budak?!' geram Queenzel dalam hati, tentu dengan segala umpatannya. 'Ck! Ternyata pembulian di sini lebih parah.'

BEGINNING OF TRAGEDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang