Semua prajurit masih bertempur melawan monster yang menyerang kastil saat ini.
Yuuri yang melayang melihat keadaan sekitar yang masih dikerumuni oleh banyak monster.
Matanya memincing tajam melihat area sudut yang terlihat aneh.
Firasatnya mengatakan untuk segera pergi kesana.
Tapi itu tidak memungkinkan melihat masih banyak monster yang menyerang.
Disaat dia akan menghadapi monster lainnya terdengar letusan yang cukup keras dari arah yang sebelumnya dia lihat.
Mencoba memfokuskan penglihatannya.
Matanya langsung membelalak lebar melihat pertarungan sengit kedua orang yang berada disana.
Bibirnya mengucapkan nama seseorang yang dia rindukan selama ini.
"Wol...fram?!"
***
Wolfram mencoba menepis serangan yang ditujukan Julia padanya.
Dirinya terengah-engah dengan kondisinya yang masih menahan rasa sakit di jantungnya.
Punggungnya bermandikan keringat.
Setiap napas yang diambil setiap detik terasa menyakitkan.
'Sial! Jika ini terus berlanjut aku akan kehabisan staminaku.'
Genggaman tangan di pedangnya nampak gemetar dan mati rasa.
"Ugh!"
Erangan terdengar dari bibir Wolfram.
"Sepertinya kau sudah kehabisan tenaga, bukan begitu tuan Bielefeld?"
Suara wanita itu seperti tengah mengejek dirinya yang bertarung dalam kondisi tidak memungkinkan.
'Jika seperti ini terus aku akan tidak sanggup lagi!'
Ingin dirinya menyerah dengan kondisinya saat ini.
Tapi dia yang telah dilahirkan sebagai kesatria pelindung Shinmakoku tidak akan pernah menyerah sampai dirinya benar-benar tidak akan bisa mengangkat pedangnya lagi selamanya.
Mencoba mengeluarkan Maryokunya sekali lagi. Wolfram menyerang lebih sengit dari sebelumnya.
Wolfram berhasil melukai sampai sebatas menggores lengan sang putri.
Namun Wolfram seakan tak percaya melihat kenyataan yang saat ini tepat dihadapannya.
Sebuah tato khas terlihat jelas dibalik lengan lebar sang putri.
Lambang mawar hitam berduri yang menjerat kedua pedang itu dikenal baik olehnya.
"Kau...?"
Terdengar tawa meremehkan dari Julia.
"Kau baru menyadarinya, bukan?"
Rambut Julia yang berwarna biru khas Wincott berganti warna khas coklat dengan ujung rambut berwarna pirang yang mengingatkan akan masalalu dirinya.
Bagi Wolfram kenangan itu seakan masih segar dalam ingatannya.
"Sudah mengingatku? Otouto?"
Kini wajah itu terlihat jelas dihadapannya.
"Sarah...! Mengapa?"
Sorot mata tajam Sarah terlihat jelas ditatapan Wolfram.
"Kau tidak melupakan dimana orangtuaku direnggut oleh para manusia, bukan?"
Wolfram tentu masih ingat kejadian yang telah merenggut ibu Sarah darinya. Tapi Wolfram tidak memahami tindakan yang diambil oleh Sarah sendiri.
"Lalu mengapa kau menyerang Shinmakoku seperti ini?!"