Penantian 06

415 55 11
                                    

Pada awalnya semua terlihat damai, tapi tak berapa lama beberapa monster mulai muncul dan menyerang kota. Conrad dan Yozak yang masih bertugas di wilayah Timur segera dipanggil kembali ke istana. Di sekitar kawasan istana terlihat kacau. Yuuri dan yang lain segera menuju ke baris terdepan.

Monster itu nampak kuat dan mereka seperti tidak ada habisnya. Yuuri juga membangkitkan kekuatan Maounya. Juga mengerahkan seluruh kemampuannya. Namun perlahan kekuatan Yuuri mulai habis. Tanpa di sadari olehnya dari arah belakang monster mulai menyerangnya. Yuuri tidak bisa mengelak, hanya bisa pasrah. Tapi disaat bersamaan Wolfram sudah berada didepannya. Wolfram berusaha memblokir serangan yang ditujukan untuk rajanya. Sebelum monster itu menyerang, monster itu menghilang seakan lenyap tertiup angin. Akan tetapi yang membuat Wolfram tampak tercengang adalah monster itu terbuat dari api yang hanya dimiliki oleh bangsawan von Bielefeld.

"Wolfram kau tidak terluka?" Yuuri mencoba bangkit menghampiri Wolfram yang hanya terdiam.
"Aku tidak terluka lagipula kita semua kelelahan." Wolfram juga membantu Yuuri kembali ke istana. Conrad dan yang lain mulai menghampiri mereka berdua. Wolfram juga meminta Conrad untuk membawa Yuuri ke dalam kamarnya. Setelah itu dia meninggalkan mereka berdua. Conrad dan Yuuri hanya bisa memandang punggung Wolfram dari kejauhan.
'Entah kenapa kau seakan perlahan menjauh dariku Wolfram.' Batin Yuuri.

Wolfram segera menutup kamarnya. Keringat mulai membanjiri keningnya. Dari tadi dia mencoba menahan rasa sakit pada bagian dada kirinya. Kakinya tak mampu menompang berat tubuhnya. Dia tidak ingin semua orang tahu yang diderita olehnya selama ini. Lagipula dia tidak mau di pandang lemah oleh semua orang terutama untuk Yuuri. Dia berusaha merangkak menuju tempat tidurnya, meski susah dia tetap berusaha menggapainya. Tapi hanya selimut yang masih bisa terambil. Wolfram segera menjejalkan selimut itu pada mulutnya. Dia mencoba meredam teriakan rasa sakitnya.
Airmata mengalir deras dari kedua matanya yang terpejam. Dia berusaha agar dirinya tidak diambil alih oleh monster yang berada didalam tubuhnya saat ini. 'Lebih baik aku mati daripada dikendalikan olehnya.' Batin Wolfram tak terima. Perlahan matanya mulai memberat tak sadarkan diri.

Keesokannya Yuuri mendapat sepucuk surat dari Julia yang berisikan kekhawatiran pada istana serta Yuuri. Tapi perlahan rona merah muncul pada kedua pipinya. Dia merasa bahagia bahwa Julia menyukainya. Namun perasaan Yuuri mulai bimbang. Jika dia membalas perasaan Julia bagaimana dengan Wolfram. Terdengar ketukan pintu Yuuri terlihat terburu-buru memasukan surat ke dalam sakunya, takut ditemukan oleh orang lain terutama Wolfram. Jika Wolfram sampai tahu bisa dipanggang habis olehnya. Yuuri pun segera menyuruhnya masuk. Tak lain ternyata Wolframlah yang datang. Dia melihat gelagat Yuuri yang aneh.
"Kau kenapa Yuuri?" Wolfram mengernyitkan satu alisnya.
"Ah... ada apa Wolfram?" Tanya Yuuri gugup. Wolfram mencoba mendekatinya tapi Yuuri segera kabur dan langsung menutup pintu. Kaki Wolfram menginjak sesuatu. Dia segera membaca selembar surat yang tanpa sengaja dijatuhkan oleh Yuuri, dan mulai membacanya. Raut wajah Wolfram mulai berubah, hatinya merasa sakit, marah, dan kecewa. Namun dirinya tak tahu apa isi hati rajanya. Dia mencoba menguatkan hatinya, dan mulai mencari Yuuri. Disaat bersamaan Yuuri mencari selembar surat itu. Dia nampak kebingungan. Dari arah belakang terdengar seseorang memanggil namanya. Wolfram mencoba bersikap acuh tak acuh dan memberikan secarik surat yang terjatuh. Yuuri sudah berkeringat dingin menerima surat itu. Sebelum Yuuri membuka mulut Wolfram sudah pergi meninggalkannya.
"Tunggu Wolfram...aku bisa jelaskan in.." langkah Wolfram terhenti dan perkataan Yuuri terputus saat Wolfram membalasnya tanpa menghadapkan wajahnya.
"Tak perlu kau jelaskan. Lagipula itu terserah dirimu Yang Mulia. Aku hanyalah seorang bawahan tak lebih dari itu. Jika kau ingin memutuskan pertunangan ini tak masalah bagiku. Akan segera kusiapkan dokumennya. Jika tidak ada yang diperlukan, maka aku akan kembali." Tanpa sempat memandang kebelakang, dia perlahan meninggalkan Yuuri yang terdiam mematung dilorong dengan pandangan yang sulit diartikan.



Maaf ya segitu dulu... 😆👋

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang