13. Beloved bicycle

17 2 0
                                    

Bel pulang pun berbunyi terlihat selalu siswa keluar dari kelasnya masing-masing untuk pulang.

Seperti biasa Geva harus menunggu sepi terlebih dahulu karna sudah terlihat banyak kelas lain yang pulang.

"Eh Gev kita duluan ya" ucap Kio sambil menepuk pundak Geva.

Geva hanya mengganggu menyetujui ucapan Kio.

"Kayak nunggu jodoh aja lo Gev" sambung Elan.

Lalu dua temannya itu pun pulang dan meninggalkan Geva yang masih setia menunggu semuanya pulang.

"Bye om Geva" teriak Elan dari kejauhan.

Setelah Geva melihat semuanya sudah sepi dirinya pun pulang dan berjalan menuju parkiran.

Sesampainya Geva diparkiran terlihat parkiran saat itu yang sudah sepi karna semuanya sudah pulang.

Lalu Geva pun menghampiri sepeda nya yang berada di ujung paling depan parkiran.

Dan Geva pun mengambil sepedanya namun hendak ingin menjalankan nya
Geva menyadari bahwa ban sepedanya terasa aneh.

Geva pun berjongkok melihat ban sepeda nya tapi tidak disangka Geva melihat ban nya terlihat robek robek seperti ditusuk atau di sobek.

Saat itu Geva heran siapa yang menjahili sepeda nya biasanya juga selalu aman.

"Sial siapa sih yang bikin sepeda gue gini" ucap Geva pelan.

Namun tiba tiba seseorang menghampiri Geva.

"Oh jadi ini sepeda lo" ucap seseorang itu pada Geva.

Geva yang saat itu masih berjongkok menyadari ada seseorang menghampiri nya.

Lalu Geva pun menoleh ke atas dan melihat seorang itu dan ternyata itu adalah Gea.

"Lagi lagi harus nih cewek" batin Geva.

"Lo yang bikin sepeda gue gini?" Tanya Geva pada Gea.

"Iya" jawab Gea singkat.

Sontak Geva pun berdiri menghadap Gea setelah mendengar bahwa Gea adalah orang yang menjahili sepeda kesayangan itu.

"Lo mau apa sih sama gue hah?"

Terlihat saat itu Geva sangat emosi bagaimana bisa baru kali ini sepedanya rusak dan dirinya tidak terima jika sepeda kesayangan itu rusak.

Benar Geva sangat menyayangi sepeda nya, sepeda itu sangat berharga bagi dirinya dan itu adalah sepeda pemberian terakhir dari kakek nya sebelum meninggal.

Sejak kecil Geva sangat disayang oleh kakeknya dan bahkan hanya kakeknya yang peduli pada dirinya ketika orang tua nya memukul nya atau memarahinya dan hanya kakek nya lah yang membela Geva.

Namun sekarang Geva tidak lagi merasakan hal itu tidak ada lagi yang membela dirinya sekarang dirinya benar benar sendiri.

"Mau siksa lo" jawab Gea sambil memajukan wajah nya hingga mendekati wajah Geva.

"Ya lo siksa gue, sepeda gue bukan manusia jadi lo gak usah sentuh sepeda gue" ucap Geva sangat emosi.

"Suka suka gue dong" jawab Gea.

Lalu dengan sangat emosinya Geva pada Gea Geva pun mendorong Gea hingga terjatuh ke bawah.

"Apa apaan, lo berani sama gue?" Ucap Gea yang terjatuh dan terduduk ke bawah.

"Lo bisa kenapa gue gak" jawab Geva sambil mendorong sepeda nya melewati
Gea dan meninggalkan Gea yang terlihat masih terduduk dibawah.

"Sial tuh bocah liat aja nanti lo gak bakalan lepas dari gue" batin Gea sambil melihat Geva pergi.

Terlihat Geva berjalan sambil mendorong sepeda nya dengan raut wajah yang terlihat sedih.

"Cewek gila bisa bisanya bikin sepeda gue gini" batin Geva ditengah mendorong sepeda nya.

Lalu saat itu Geva pun memutuskan untuk membawa sepeda nya ke bengkel untuk memperbaiki nya.

Sesampainya di rumah Geva melihat ada mobil terparkir di garasi.

"Masih inget pulang ternyata" batin Geva sambil memasuki rumahnya.

Setelah hampir sebulan orang tua nya tidak pulang baru sekarang orang tua nya itu pulang ke rumah lagi, Geva pikir sudah tidak ingat lagi.

Ternyata Gava kembaran Geva juga ikut pulang kerumah, Geva merasa aneh sekali biasanya juga tidak pulang.

Orang tua Geva itu memiliki rumah selain yang geva tempati bahkan orang tua nya tinggal di rumah itu bersama
Gava dan sangat jarang pulang kerumah yang Geva tempati lebih sering menepati rumah disana.

Semenjak kakek Geva meninggal orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah dan menyekolahkan Gava di sekolah terbaik dan elit namun itu hanya diberikan pada Gava tidak pada Geva sehingga Geva ditinggalkan di rumah itu seorang diri.

Terlihat orang tuanya dan Gava sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton tv dan bercanda.

"Baru pulang kamu?" tanya papa Geva yang sadar keberadaan Geva saat itu.

"Alah lama banget baru pulang paling sekolah nya gak benar itu" sambung Gava.

Geva yang masih berdiri disitu hanya terdiam dan mendengar.

"Kamu tuh sekolah yang bener yang pinter tuh kayak Gava, ini kamu pinter aja enggak" ucap mama Geva membandingkan.

Ingin sekali rasanya Geva bilang bahwa orang tua nya itu tidak pernah peduli pada dirinya sedikit pun, tidak pernah memperhatikan bagaimana sekolah
Geva, bahkan Geva selalu mendapatkan ranking saja orang tua nya tidak pernah peduli akan hal itu, datang untuk mengambil rapor Geva saja tidak pernah apalagi melihat nilai Geva.

Orang tua nya selalu saja membandingkan dirinya pada Gava padahal orang tuanya dia pernah tau apapun tentang Geva, tapi bisa bisanya orang tua nya membandingkan dirinya yang hanya mengetahui tentang Gava saja.

"Udah sana mending kamu masakin buat kita" pinta papa nya pada Geva.

"Ni bocah di omongin malah diem kayak bisu aja" ucap Gava.

"Baik pa" jawab Geva sambil berjalan meninggalkan orang tuanya dan Gava.

Lalu Geva menuju kamar dan memasak untuk mereka.

Setelah Geva selesai masak lalu dirinya pun mandi karna dirinya ingin melihat senja hari ini.

Setelah dirinya sudah siap Geva pun keluar kamar dan berjalan menuju keluar.

Hendak Geva ingin keluar dari rumah tiba tiba Gava menghentikan nya.

"Lo gak bakalan menang dari gue Gev, gue bakalan selalu menang" bisik Gava pada Geva.

Namun Geva hanya acuh dan lajut berjalan menuju keluar.

Lalu Geva pun pergi ke tempat biasanya dirinya melihat senja namun kali ini dirinya berjalan kaki untuk melihat senja di karna kan sepeda nya sedang berada di bengkel untuk diperbaiki.

Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang