PROLOG.

1.5K 105 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..

Tidak ada yang tersisa di desa itu. Tidak satupun setelah peperangan yang melibatkan antar Pack yang sama-sama kuat berhasil meluluh lantakkan seluruh desa hingga habis tak bersisa, puing-puing bangunan bertebangan disapu debu, pohon-pohon habis terbakar tak meninggalkan jejak, belum lagi potongan-potongan daging yang berserak karena pembunuhan akibat perang yang mulai terjadi.

Satu hari saja sudah cukup menjungkirbalikkan seluruh dunia.

Saemi terbangun dengan luka dalam akibat pisau yang menancap di punggungnya. Ia merintih, melihat sekeliling terasa gelap gulita, suara rintihannya bergaung ke seluruh penjuru. Dia adalah seorang omega lemah yang kini hidup sebatang kara karena satu keluarga tewas dibantai, korban dari peperangan beberapa hari silam.

Dia bangun di dalam hutan yang cukup gelap dengan pepohonan lebat, tapi kunang-kunang terakhir di akhir musim panas mengeluarkan cahaya lembut. Ada juga gugusan bunga yang bersinar sendiri.

Saemi tidak sadar dia sudah melarikan diri sejauh itu, melindungi dirinya sendiri agar terbebas dari jeratan peperangan dan pembunuhan.

Meski tangannya gemetar hebat, Saemi berusaha menggigit bibirnya dengan kuat untuk menarik keluar pisau yang tertancap di punggungnya.

"Akh!"

Darah mengucur dengan begitu deras merembes membasahi kepalan tangan Saemi. Dia sudah tidak sanggup lagi, kepalanya terasa berat. Dia hanya bisa berharap kepada Dewa, bahwa dia akan bertemu dengan kawanan packnya (yang jika tak mustahil masih tersisa) untuk membawanya keluar dari hutan belantara ini.

"Kuharap aku mati."

Apa gunanya hidup lebih lama di sini seperti ini? Bahkan jika dia menunggu penyelamatan, sulit untuk berharap sampai selarut ini.

Suara gemerisik dari arah belakang akibat rumput dan daun kering yang terinjak, terdengar begitu menakutkan menyeruak mengisi rongga di dalam gendang telinga. Samar-samar mata cokelat jernih milik Saemi yang berkabut karena kesadaran yang makin menipis menjaring potret bayangan gelap berkeliaran di hutan.

Di dalam kegelapan, bayangan itu seperti mengawasinya dalam diam dan hening yang berkecamuk. Seolah sedang menunggu sesuatu terjadi. Tapi, sesuatu seperti apa?

Saemi mengerang saat tidak sadarkan diri. Seluruh tubuhnya terasa jauh dari energi untuk sekedar mengayunkan tangannya, sepertinya dia tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dan waspada terhadap bayangan yang mengawasinya di ujung kegelapan. Lalu ia merasakan se kelilingnya berubah menjadi gelap.

BERSAMBUNG...

Servant Of Dominant Alpha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang