3.

2.1K 121 24
                                        

Tubuh Saemi gemetar kedinginan. Mereka mengambil keputusan untuk pulang secepatnya sebelum mereka terjebak dalam badai sore itu. Heeseung dan Saemi tak punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh ketika langit yang gelap bergemuruh dan tetesan air hujan mulai turun.

Mereka telah mendapatkan beberapa ekor kelinci dari hasil berburu untuk santapan makan malam. Saemi merasakan seluruh energi di dalam tubuhnya lenyap saat ia mulai menunjukkan gejala demam. Faktanya, di semua tempat terlihat sama di matanya. Perjalanan pulang itu terasa lama sekali, tapi Saemi hanya merasa seperti berputar-putar di jalan yang sama.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengeratkan pegangannya pada punggung serigala besar yang kini sedang berlari membawa tubuhnya menembus hujan lebat. Kabut tebal di dalam hutan perlahan-lahan mulai terkikis karena luruhan air hujan.

Ketika sampai di tempat yang tersembunyi itu, tiga orang laki-laki berparas tampan menyambut kedatangan mereka. Tersirat kekhawatiran di setiap tatapan mata mereka, yang paling menonjol adalah si pria dengan kulit putih pucat dan rambut segelap malamnya.

Ia maju untuk membantu Saemi turun dari atas punggung Alpha Heeseung dan menyongsong tubuhnya yang hampir limbung.

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan itu mau tak mau membuat Saemi menganggukkan kepalanya. Ia menatap Jaeyun dan Jongseong mulai melangkah mendekati mereka, karena angin yang tertiup melalui dedaunan sangatlah kencang, surai mereka berkibar ke bawah. "Kami mengkhawatirkanmu, hujan lebat sekali."

"Kami sudah memperingatkanmu tadi, sebaiknya jangan ikut berburu di hutan. Cuacanya sangat dingin, suhu tubuhmu bisa naik drastis." Jongseong ikut menimpali.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu mengkhawatirkanku, Heeseung menjagaku dengan sangat baik." Saemi mengulas senyum, dan menghapus kekhawatiran di mata ketiga Alpha itu.

Saat Heeseung telah kembali ke wujud manusianya, pria itu mendekat ke arah Omega Saemi, dan dengan santai merangkulkan tangannya di tubuh gadis itu. "Menyingkir. Kalian menghalanginya masuk. Udaranya dingin, jika terus berada di sini dia bisa demam," ujarnya sambil membawa tubuh Saemi masuk, tubuh Saemi yang gemetar karena udara dingin menyapu kulitnya perlahan menjadi hangat karena sentuhan lembut Heeseung.

Tatapan ketiga Alpha itu mengiringi kepergian Heeseung dan Saemi. Namun, ada satu tatapan dari mata hitam yang menyiratkan kobaran api yang jelas, seolah merayap dan membakarnya dalam kecemburuan.

"Kau harus mandi dengan air hangat dan mengganti pakaianmu."

Saemi mengangguk canggung. "Terima kasih, Heeseung.. dan maaf untuk yang tadi..."

Heeseung tersenyum teduh. "Tidak perlu dipikirkan."

...

Daging hasil berburu yang dimasak di api unggun dibungkus dengan daun lebar dan diletakkan di samping buah-buahan. Ini sudah hampir lewat jam makan malam, tetapi Saemi belum juga kembali setelah berpamitan untuk mandi dan mengganti pakaian.

Sunghoon. Laki-laki bersurai hitam itu yang memiliki inisiatif pertama kali. Dia yang semula berjongkok di depan perapian untuk membalik dan memasak daging, pun mulai berdiri untuk menghampiri Heeseung.

Laki-laki itu terlihat sedang menata beberapa komponen kudapan selain daging dan buah-buahan. "Di mana Saemi? Kenapa dia belum juga kembali?"

Heeseung mendongak. "Aku tidak tahu. Mungkin dia sedang berganti pakaian. Setelah ini aku akan memanggilnya untuk bergabung bersama kita."

Sunghoon terdiam. Mata Sunghoon yang hitam sontak memicing saat ia melihat sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya.

"Kau terluka?" Tanya Sunghoon telak, menyadari detail yang mungkin terlewatkan oleh sebagian orang.

Servant Of Dominant Alpha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang