2.

1.1K 112 27
                                    

Pagi menjelang, Saemi terbangun dari tidurnya yang lelap kala suara kicauan burung di atas pepohonan rindang terdengar. Cahaya matahari pagi yang hangat menyinari wajahnya, dia menggeliat sambil meregangkan ototnya, lalu duduk di atas sebuah batang pohon yang besar dan mengumpulkan separuh kesadarannya.

Saemi terbiasa bangun dan disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Tempat ini begitu indah, sehingga Saemi bertanya-tanya mengapa dia tidak mengetahuinya sebelumnya.

Tepinya dikelilingi oleh batang pohon, dan bunga-bunga cantik bermekaran di antaranya. Dan juga kolam air yang menenangkan dengan gugusan bunga teratai menjadikannya terlihat begitu hidup.

Suara angin sepoi-sepoi yang bertiup melalui dedaunan mengibarkan rambutnya yang tergerai panjang. Saemi menderap langkah menuju kolam air yang menenangkan di ujung sana. Ia merunduk, menjatuhkan kedua lututnya menyentuh permukaan rumput yang hijau sebelum menangkup air di antara kedua tangannya, lalu membasuh wajah dan kedua tangannya dengan air yang menyegarkan itu.

Setelah berjalan beberapa saat, Saemi tiba-tiba berhenti. Itu karena ada orang lain jauh di bawah akar pohon. Ada Heeseung, Jongseong, dan juga Jaeyun di sana, tepat di bawah tanaman hijau dan ranting-ranting pohon lapuk yang ditumpuk seperti pohon natal.

"Sedang apa?"

Mendengar itu, mereka serentak menoleh menatap Saemi. Salah satu di antara mereka, si pria dengan kesan rapi dan juga surai cokelat yang lembut tersenyum. "Kau sudah bangun, ya?"

"Ya.."

"Hari ini aku akan pergi berburu di hutan untuk makan malam dan membersihkan tempat ini dari daun-daun kering yang telah berguguran. Kami berbagi tugas untuk hari ini."

"Kenapa tidak memberitahuku? Aku bisa membantu kalian."

"Ini masih terlalu pagi. Kami sengaja tidak membangunkanmu karena kami tidak mau melihatmu lelah," Jaeyun berujar.

"Lagi pula kami bertiga masih sanggup mengerjakan ini bersama-sama."

"Di mana Sunghoon?"

Saemi menyerngit saat menyadari laki-laki bersurai hampir segelap kayu aboni itu tidak bergabung bersama ketiga alpha di hadapannya. Matanya ikut serta menyeleksi se area penjuru dan sama sekali tak mendapati eksistensi lelaki yang luar biasa tampan itu.

Oh astaga.. ingatan tentang ciuman yang hangat dan menyenangkan semalam kembali mengalir menguasai kepalanya, tanpa sadar kedua pipi Saemi memerah mengingatnya. Semua terjadi dengan begitu cepat. Namun, ia biarkan kesadarannya jatuh ke dalam kegelapan yang jauh lebih nyaman ketika bibir selembut madu milik Sunghoon menciumnya.

"Dia sedang pergi ke kuil Dewi Bulan."

Ketika suara Jongseong mengudara, Saemi mengerjap dari lamunannya dan menjawab kikuk. "Ah... Begitu.."

Heeseung menyerngit saat mendapati pipi gadis itu memerah. "Ada apa? Kau ada kepentingan pribadi dengan Sunghoon?" tanya Heeseung.

"Tidak.. aku hanya sedikit heran tidak melihatnya bersama dengan kalian."

"Sunghoon mungkin akan pulang terlambat malam ini, sembari menunggu dia kembali dari kuil, aku akan berburu dan Jaeyun serta Jongseong akan mengurus keperluan yang lain di tempat ini."

"Kau pergi berburu sendirian di hutan?"

Tanpa melepas tatapan darinya, Heeseung mengangguk. Laki-laki itu tersenyum memamerkan jajaran giginya yang rapi. Angin bertiup kencang menerbangkan rambutnya yang tenang. Dan, ia terlihat tampan. Dia memiliki penampilan, perawakan, dan tubuh yang langsing tanpa lemak.

Tapi lebih tepat jika dikatakan bahwa laki-laki ini lebih dari sekedar kata tampan, yang terpenting, cahaya matahari pagi itu mewarnai rambut cokelatnya. Dia tampak tinggi menjulang di samping Jaeyun dengan anak panah yang sudah disandang pada belakang punggungnya.

Servant Of Dominant Alpha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang