Bab 5 : Reason

8 1 0
                                    

"Sebanyak tiga ratus orang pendemo tewas akibat tembakan gas beracun yang dilakukan oleh Resimen Polisi Militer pada "Tuntutan Keadilan" yang dilakukan oleh "Koalisi Partai Keadilan Galaksi" pada hari Selasa, 20 Agustus 3019. Akibatnya Komandan Satuan Polisi Militer, Komodor Toshiro Maeda dipanggil oleh Mahkamah Militer untuk menjalani pemeriksaan."

***

"Hei, Arlan."

Arlan menolehkan kepalanya, sejak keluar dari rumah sakit, senyumannya tak kunjung kembali. Tak hanya keadaan Andrea yang menganggu pikirannya, tetapi bagaimana caranya untuk menjelaskan kejadian ini pada Ayla yang membuat pikirannya keruh. Dia khawatir, justru Diana lah yang akan menjadi pelampiasan amarah ibunya akibat keadaan Andrea.

"Biar aku saja yang menjelaskan masalah ini pada ibumu," suara lembut Diana menenangkan perasaan Arlan.

Sesuai dengan yang Arlan duga, Ayla telah menunggu mereka di depan rumah dengan muka merah padam. Tubuh Arlan bergetar, dia tahu Ayla saat ini sedang naik pitam, ditambah lagi kemungkinan dia tahu soal keadaan Andrea. Tetapi dia berusaha untuk tetap tenang, karena dia percaya pada Diana untuk ini, namun perasaannya menjadi berubah ketika melihat Ayla berjalan kearah mereka dengan postur tubuh yang kaku.

PLAK !

Sebuah tamparan keras mendarat di atas pipi mulus Diana.

Hanya suara desiran angin dan dedaunan berguguran yang terdengar setelah itu. Arlan menolehkan kepalanya pada wajah Diana, tetapi karena perbedaan tinggi mereka, dia tidak bisa melihat muka Diana dengan jelas. Nafas Diana berhembus tenang dengan mata yang menatap Ayla tajam, seolah dia sedang berhadapan dengan seniornya di Akademi MWDF.

"Kau...seharusnya kau segera pergi dari sini, kalau bukan karena kau.....Andrea tidak akan celaka," Suara Ayla bergetar menahan emosi yang meluap di dadanya.

Diana tidak langsung menjawab, kemudian dia menyerahkan selembar kertas kepada Ayla. Kertas itu berisi biaya operasi dan perawatan Andrea yang telah dia bayar secara lunas. Ayla membaca isi dari kertas itu, wajahnya semakin mengeruh.

"Saya memohon maaf atas apa yang terjadi pada Andrea, ini kesalahan saya karena membuatnya celaka, saya bertanggung jawab penuh atas kejadian ini," ujar Diana dengan nada suara yang rendah.

SRAAAAK !

Ayla merobek kertas itu hingga terbelah dua.

"KAU MENUNJUKKAN KEKUATANMU DISINI !? SEHARUSNYA KEHIDUPAN KAMI BERTIGA AKAN AMAN DAN DAMAI ! TETAPI KARENA KAU DAN KAKAKMU, ANDREA MENJADI CELAKA !".

PLAK !

Tamparan kedua mendarat di pipi Diana.

"KAU PIKIR DENGAN UANG DARI AYAH ANGKATMU, KAU SEENAKNYA SAJA BISA MEMBUAT ORANG LAIN MENDERITA SESUKAMU ?! KAU DAN AYAHMU SAMA SAJA !" Bentakan Ayla dari membuat burung-burung beterbangan.

Pupil Diana membesar, tangannya terkepal dengan erat.

"IBU CUKUP ! INI BUKAN SALAH KAK DIANA ! KAK ANDREA TERLUKA KARENA KECEROBOHANNYA SENDIRI ! DIA MEMAKAI "BIG BANG" UNTUK MEMBUNUH PARA BANDIT !"

Air mata Arlan menetes perlahan.

"PADAHAL KAK DIANA BISA MEMINDAHKAN KAMI ! TETAPI DIA TETAP SAJA MENGGUNAKAN TEKNIK ITU HINGGA MENCELAKAKAN DIRINYA SENDIRI ! KUMOHON IBU, BERHENTI MENYALAHKAN ORANG YANG TAK BERSALAH ! APA IBU INGAT APA ALASAN SEBENARNYA KENAPA AYAH TIDAK PERNAH KEMBALI !?".

Gemercik gerimis mulai membasahi Hutan Elyra, burung-burung beterbangan kembali menuju sarang mereka. Ayla tersentak mendengar luapan emosi Arlan untuk pertama kalinya, selama lima belas tahun Arlan selalu mematuhinya. Arlan menghapus air matanya dan menatap Ayla tajam.

Andromeda Series : Boy of KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang