2

459 60 0
                                    

Ashel juga lucu.











Mereka sampai di pekarangan rumah seseorang, yang merupakan calon Papa baru Freya.

Ketika Mama Freya ingin keluar dari mobil, Freya menahannya.

"Kenapa, sayang?" tanya Mama Freya.

"Takut," ucap Freya dengan suara gemetar.

"Sayang, jangan takut. Di sini ada Mama yang selalu ngelindungin kamu. kalau mereka nyakitin kamu, Mama gak akan ragu buat ninggalin mereka sayang," kata Mama Freya dengan tulus.

Mendengar itu, Freya langsung berpikir bahwa inilah kebahagiaan Mama, yaitu calon Papanya.

"Ok! Freya siap," ucap Freya sambil keluar dari mobil, diikuti oleh Mama Freya.

"Loh Ma, kok pakai lengan pendek? Pakai blazer aku aja nih," kata Freya sambil melepas blazernya.

Mama Freya tersenyum melihat sikap posesif anaknya itu.

Mereka berjalan menuju pintu dan mengetuknya. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan terlihat seorang pria gagah mengenakan kemeja hitam yang sangat pas di tubuhnya.

"Eh, sayang, yuk masuk," tawar pria itu, dan masuk kedalam diikuti oleh Mama Freya dan Freya.

Mereka duduk di depan tiga pria yang mengenakan pakaian sedikit formal, sementara di samping Mama Freya ada pria tadi.

"Anak-anak, ini Mama baru kalian, namanya Shani Indira Natio. Kalian bisa manggilnya Tante Shani, tapi segera panggil Mama ya," pria itu memperkenalkan Mama Freya kepada ketiga anaknya.

Anak pertama pria itu berdiri dan menyalami Mama Freya serta menciumnya.

"Aran, Tante," ucap Aran dengan ramah.

Adik dari Aran melakukan hal yang sama.

"Aldo, Tante," ucapnya dengan senyum manis.

Adik dari Aldo juga melakukan hal yang sama seperti kakaknya.

"Zee, Tante," ucapnya dengan senyuman yang tak kalah manis.

Shani pun duduk kembali.

"Ini anak Tante, namanya Freya Natio. Dan Freya, ini Om Gracio Harlan. Kamu bisa panggil Om Gracio," kata Shani.

Freya berdiri untuk menyalami calon Papa barunya.

"Freya, Om," ucapnya dengan senyum tipis.

"Panggil Papa saja, ya, sayang," ucap Gracio sambil ingin menyentuh kepala Freya, tetapi seperti kejadian sore tadi, Freya menarik tangannya dengan takut.

Gracio menyadari hal itu, lalu memeluk Freya untuk memberikan kehangatan.

"Degg... Jadi ini rasanya dipeluk Papa," batin Freya, meskipun merasa nyaman, rasa takutnya masih besar. Tangan Freya tetap menggenggam erat sejak pertama kali berpelukan.

Setelah beberapa saat, Gracio melepaskan pelukannya.

"Freya, kamu harus percaya pada Om, ya. Jangan pernah membandingkan Om dengan Papa kamu yang dulu," ucap Gracio dengan tulus. Freya hanya mengangguk, karena ingin segera mendekat ke arah Shani.

"Yuk, sekarang kita makan," ajak Gracio, diikuti semua orang.

Setelah makan selesai, mereka kembali ke ruang tamu dengan posisi yang sama.

"Freya, kamu sekolah di mana?" tanya Aran.

Freya mendongak, merasa namanya terpanggil, karena sejak tadi dia menundukkan kepala sambil memainkan kukunya.

ADILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang