Negeri di Awan (Ice x Ying)

58 6 3
                                    

"Negeri di Awan" © Roux Marlet

BoBoiBoy © Monsta

Tak ada keuntungan material dari cerita ini

Lagu "Negeri di Awan" © Katon Bagaskara, Andre Manika

Romance, Angst, Grown-up chara, MarriageAU, Ice x Ying (rating M biar aman)

Jumlah kata: 669

Dipublikasikan di Twitter pada 12 Juli 2023

#IFA2023 #rubrikIFA2023

Prompt 3: awan

.

.

.

.

.

Sinar mentari menyusup masuk dari balik tirai, jatuh di wajah seorang lelaki muda yang terbungkus selimut. Iris berwarna biru terbuka sedikit, masih bersalut kantuk, namun jadi berbinar ketika memandang sosok yang tidur bersisian dengannya.

Tanpa bersuara, si pemuda meraih ke depan dan dengan lembut menyingkirkan rambut yang menutupi wajah oriental itu.

/Di bayang wajahmu, kutemukan kasih dan hidup, yang lama lelah aku cari di masa lalu/

BoBoiBoy Ice tersenyum mendapati si putri tidur terlihat tak terusik dengan gerakan lembutnya yang memang tidak berniat mengusik. Sekarang Ice bisa melihat dengan jelas wajah cantik itu, bentuk matanya yang sipit, hidungnya yang tak terlalu mancung, dan bibirnya yang terbuka sedikit. Kejelitaan yang mulai kemarin telah resmi menjadi pasangan hidupnya.

/Kau datang padaku, kau tawarkan hati nan lugu/

Ice masih ingat kejadian konyol yang mempertemukan dirinya dengan Ying. Dia sedang makan es krim sambil jalan dan tersandung badan si gadis yang sedang stretching di teras pondokan mahasiswa. Bukannya marah, Ying malah merasa bersalah membuat es krim milik Ice hancur dan mau membelikannya lagi. Kenangan itu membuat Ice tiba-tiba terdorong untuk mencium sang putri tidur.

"Mmm?"

Ice dengan sukses mengusik istrinya kali ini. Dikecupnya sepenuh kasih bibir yang manis itu, yang sungguh manis dari hatinya dan bukan hanya di permukaan saja seperti seseorang yang toksik di masa lalu.

"Pagi, Ying." Ice masih tersenyum setelah selesai dengan ciumannya.

"Pagi, Ice," balas Ying dengan suara mengantuk. Dia ikut tersenyum sambil mengucek mata pelan-pelan.

Ice menatapnya lekat-lekat. "Tidurmu enak?"

Ying mengangguk dan Ice kembali menciumnya. Mereka berangkulan di atas tempat tidur, erat, seolah tak mau kehilangan yang lain.

/Selalu mencoba mengerti hasrat dalam diri/

Ice sangat mencintai Ying, Ying sendiri tahu itu. Dia bisa merasakannya tanpa Ice perlu mengucapkannya, karena Ice juga bukan orang yang menunjukkan perasaannya lewat perkataan. Hanya sedikit yang menurut Ice cukup penting untuk diutarakannya dengan kata-kata, yaitu bagaimana dia selalu menahan diri untuk tidak mencium Ying selama mereka berpacaran, seberapa pun inginnya. Tak seperti Ying, Ice sudah pernah pacaran sebelumnya dan merasa dirinya bisa kelewat batas kalau dia menginginkannya.

Ice mau memiliki Ying sepenuhnya setelah mereka menikah. Yang sudah disahkan kemarin. Yang malam pertamanya telah mereka lalui hanya dengan tidur bersebelahan di satu ranjang.

/Kau mainkan untukku: sebuah lagu tentang negeri di awan, di mana kedamaian menjadi istananya/

Setiap kali Ying menatap mata Ice, selalu ada binar yang tenang dan damai di sana. Biru yang seperti langit, dengan awan-awan yang bergerak perlahan dengan sama tenangnya. Seolah-olah dia menghadirkan 'negeri di awan' itu dalam hati Ying. Seluruh eksistensi Ice: sorot matanya, senyum di wajahnya, sentuhan lembutnya, semua terasa seperti memancarkan kedamaian yang terlalu luar biasa bagi Ying sampai membuatnya terharu. Apakah surga memang terasa seperti itu?

/Dan kini tengah kaubawa aku menuju ke sana/

"Ying ...?" Suara Ice terdengar lagi. Dia sudah menyadari Ying menangis.

"Maaf ...." Ying mulai terisak.

Ice mengeratkan pelukannya, mendekap kepala Ying di dadanya. Mereka tak bicara apa-apa, tapi Ice tidak melepaskan Ying sampai perempuan itu puas menangis.

/Ternyata hatimu penuh dengan bahasa kasih .../

"Aku serius dengan janjiku kemarin, Ying," ucap Ice pada akhirnya. "Aku memang nggak pandai bicara, tapi janji yang kemarin itu ... aku perlu bilang apa lagi?"

/... yang terungkapkan dengan pasti .../

Ying menggeleng. "Aku juga mencintaimu. Nggak ada yang perlu diucapkan lagi."

Janji suci yang diikrarkan Ice kemarin telah mematahkan segala keraguan di hati Ying yang merasa seluruh hidupnya hancur oleh diagnosis yang datang dua hari sebelum pernikahan mereka.

Karena itu jugalah dia dan Ice sama sekali tidak (belum) berhubungan intim. Ying merasa buruk sekali karena membuat Ice harus menahan diri lebih lama lagi untuk bisa memilikinya seutuhnya. Ice sendiri banyak diam, lebih diam dari biasanya setelah kabar mengejutkan itu.

Ada massa jaringan yang cukup ganas di dalam rahim Ying, yang baru diketahui dalam pemeriksaan kesehatan pranikah. Ying akan dioperasi, dengan kemungkinan terburuk: dia tidak akan bisa memiliki anak.

/... dalam suka dan sedih./

Ice tetap menikahinya. Janji untuk tetap bersama dalam suka dan duka, dalam sehat maupun sakit. Ice tetap mau bersama Ying.

Sampai maut yang memisahkan mereka kelak.

.

.

.

.

.

Author's Note:

Ini lanjutannya thread-fic tanggal 10 Juli kemarin :") prompt-nya awan, auto ingat lagunya Katon.

Terima kasih sudah membaca!

It's Dark, but I'm Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang