"Makan Payung" © Roux Marlet
BoBoiBoy © Monsta
Tak ada keuntungan material dari cerita ini
Family, Drama, Indonesian!AU
Elemental twin toddler: Daun, Cahaya
Jumlah kata: 634
Dipublikasikan di Twitter pada 13 Juli 2023
#IFA2023 #rubrikIFA2023
Prompt 4: payung
.
.
.
.
.
Amato bin Aba paling suka minum teh di sore hari. Sepulang kerja, dia bisa melepas penat dengan kepulan teh hangat buatan Hanna sang istri tercinta, sambil menikmati kedamaian di rumah sederhana mereka karena si kecil biasanya masih tidur siang.
Namun ternyata, kali ini mereka sudah bangun dari lelap.
"Huwaaaaaaaa!"
Tangisan kencang itu membuat Amato tersedak. Buru-buru diletakkannya cangkir teh ke meja lalu berlari ke kamar bermain sang buah hati.
"Waaaaaaa!"
Dari kejauhan saja sudah jelas bahwa yang menangis adalah si kembar yang lebih tua, Daun. Bocah lima tahun itu duduk di atas karpet, meraung-raung sambil menggenggam sesuatu. Adik kembarnya, Cahaya, berdiri agak jauh dengan wajah cemberut menahan tangis.
"Daun, kenapa? Ada apa?" Amato refleks bertanya pada yang terdekat dari pintu, mendekati Daun dan berlutut. Ketika tangisan Daun makin keras, dia menoleh dengan panik dan bingung pada putranya yang satu lagi. "Cahaya, ada apa?"
Ditanya begitu, air mata Cahaya juga jadi jatuh.
"Huweee ...."
Cahaya ikut duduk dan menangis.
Duo miniatur Amato itu serempak berpadu dalam tangisan yang membuat ayah mereka makin bingung. Kemudian, Daun mengangkat tangan untuk mengusap air matanya dan genggamannya terlepas. Sesuatu berwarna jingga cerah dari tangannya terjatuh ke karpet. Benda itu terbuat dari plastik, panjang dan tipis, dengan bagian ujung yang satu melengkung unik, membuat Amato hampir teringat sebuah benda lain yang familier tapi tak segera mendapat jawabannya.
"Cahaya makan payungku!" pekik Daun sekeras yang ia bisa di tengah tangisannya.
"Aku nggak sengaja!" balas Cahaya, tak mau kalah keras. Sama-sama masih sambil menangis, tentunya.
"Cahaya ... makan ... payung?!" Amato malah diserang panik yang lebih parah. Sepasang matanya jelalatan ke seluruh penjuru ruangan dan dia menemukan satu buah payung panjang di sudut, terlipat pada tempatnya. Ini musim hujan, kalau tak salah ada payung yang kemarin dipakai oleh Hanna. Namun, Hanna selalu mengembalikan payung sesegera mungkin kalau sudah kering. Harusnya ada berapa payung di ruang bermain ini?!
"Cahaya! Payungnya Daun! Kembaliin!"
"Mana bisa?! 'Kan, udah dimakan!"
Kedua anak itu malah berdebat, membuat Amato makin pusing. Dia masih tak percaya pada pengaduan Daun dan mengira anak itu berimajinasi. Setidaknya, adiknya biasanya sedikit lebih rasional.
"Cahaya, kamu betulan makan payung?"
"Iya, Ayah!" Cahaya membelalakkan matanya yang berair. "Aku nggak sengaja!"
"Tunggu dulu. Gimana caranya kamu bisa nggak sengaja makan payung?" Amato tak habis pikir.
Apa Cahaya juga memasuki fase di mana anak-anak banyak berkhayal sekarang ini?
"Habisnya, Kak Daun geletakin payungnya di mejaku. Ya, aku makan, dong!"
"Meja?" ulang Amato, menoleh ke arah perabot kayu kecil berukuran sepanjang setengah meter. "Meja gambarmu yang ini?"
"Iya!" balas Cahaya, masih tak mau disalahkan.
"Daun lupa itu meja Cahaya!" kilah Daun, juga tak mau jadi yang salah. "Terus, Daun ketiduran!"
"Kalian," sela Amato, berdiri meraih sesuatu dari rak yang paling tinggi, "yang kalian maksud payung yang dimakan itu ... ini?"
Di tangan Amato ada sebatang permen cokelat berbentuk kerucut panjang dengan sebuah tangkai melengkung dari plastik jingga.
"Cokelat payung!" pekik Cahaya terheran-heran.
"Yeeeey, ternyata masih ada!" sorak Daun kegirangan. "Cahaya nggak boleh dapat ini lagi! Weeek!"
"Uuuh," keluh Cahaya, tertunduk.
"Ini buat Daun," ujar Amato, menyerahkan cokelat payung itu kepada Daun yang melompat-lompat senang. "Buat Cahaya, nanti malam ada lagi, kalau kamu minta maaf ke Kakak. Itu memang 'payung'-nya Daun." Amato geli dengan ucapannya sendiri.
"Kukira Ayah tahu gambarku hari ini dapat nilai A, makanya aku diberi hadiah," ungkap Cahaya yang tampak akan menangis lagi.
"Ini hadiah Ayah buatku karena dapat nilai A duluan!" ujar Daun sembari membuka bungkus plastik cokelatnya.
Di luar dugaan, Daun malah menyodorkan cokelat itu pada sang adik. "Ini, buat Cahaya aja."
"Eh?" Amato dan Cahaya sama-sama heran.
"Daun mau lihat Cahaya makan payungnya!" seru Daun antusias. "Kata temen Daun, kalau beruntung, payungnya bisa membuka di mulut!"
"Apa iya?" Cahaya jadi tertarik. "Tadi, sih, payungnya kayak gitu aja. Aku mau coba lagi!"
Amato tertawa dan mengacak rambut kedua putranya dengan gemas.
.
.
.
.
.
Author's Note:
Prompt 'payung' membawa Roux pada permen cokelat jadul ini wkwk siapa yang seumuran saia? X"D
.
Yak! Penutup kumpulan drabble ini adalah toddler!AU manis duo fotosintesis / duo bunga matahari.
(Ternyata meski saya suka Solar, mayoritas pemeran utama dalam kumpulan drabble ini malah Ice XD)
Terima kasih sudah membaca! Sampai ketemu di cerita selanjutnya!
![](https://img.wattpad.com/cover/360818657-288-k616796.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Dark, but I'm Not Alone
FanfictionMeskipun gelap, sesungguhnya aku tak sendirian; aku bersama "DIRIMU". Kumpulan drabble BoBoiBoy (tiap cerita hanya 1.000 kata atau kurang dari itu) yang dipublikasikan di Twitter tahun 2023. Alternate Universe, Hurt/Comfort, sekuel dari berbagai fan...